Ikhlas dan tidaknya amal perbuatan seseorang
tidak dapat dinilai dari besar kecilnya, sedikit banyaknya harta yang
dikeluarkan , sering tidaknya perbuatan itu dilakukan, sopan atau tidaknya
tutur kata yang diucapkan karena semua hal tersebut dapat saja direkayasa dan dilakukan seseorang karena strategi atau mempunyai ambisi dan cita-cita duniawi.
Sedang orang
yang ikhlas semua perbuatan yang dilakukannya tidak lebih dari sekedar
menjalankan perintah Allah SWT dan hanya mengharapkan keridhoannya saja. Namun
demikian ada ciri-ciri tertentu yang
dapat dikenali oleh orang yang melakukannya sebagai tolak ukur atau kendali
diri dalam hati nuraninya apakah dia dapat berbuat yang ikhlas atau tidak
di antara cirri-ciri yang dapat dirasakannya adalah :
1.
Selalu Berhusnudzon kepada Allah SWT
Khusnudzon berasal dari dua kata khusnu yang berarti baik dan dzon
artinya prasangka, jadi khusnudzhon kepada Allah adalah berbaik sangka kepada
Allah yaitu meyakini bahwa apa yang Allah SWT perintahkan, apa yang dilarang
maupun takdir yang menimpa terjadi
semuanya adalah kebaikan yang mempunyai hikmah yang terkadang baru deketahuinya
beberapa waktu kemudian dalam kehidupannya, karena pada semua peristiwa ada
pelajaran yang dapat dipetik dan bentuk kasih sayang Allah, baik itu berupa
teguran karena melakukan kesalahan agar tidak terus menerus berbuat kesalahan
atau ujian yang membuat semakin yakin dan kokohnya iman didalam jiwa.
Orang yang ikhlas akan selalu berpandangan bahwa apabila hidup dijalaninya dengan benar
mengikuti ketentuan dan syariat-syariat Allah maka pasti akan menganggap bahwa
semua yang Allah turunkan adalah kebaikan.
Firman
Allah didalam Qs. An-nahl(16) : 30
وَقِيلَ
لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ
دَارُ الْمُتَّقِينَ
Artinya : “ Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa:
"Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah
lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa”. (Qs. An-nahl(16) : 30)
2.
Tiada mengharap balasan kecuali dari Allah SWT
Balasan dari manusia baik itu berupa harta benda, jabatan maupun
pujian bukanlah tujuan yang ingin diraih dari orang-orang yang ikhlas karena
dalam pandangannya semua itu hanyalah sekedar kembangnya saja sedangkan buahnya
adalah keridhoan Allah SWT
Qs.An-Nur(24)
: 38
لِيَجْزِيَهُمُ
اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya : “(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah
memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan
Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.( Qs.An-Nur(24) : 38)
Mengharap balasan kebaikan dari manusia akan melelahkan dan bersiap
untuk kecewa karena terkadang perbuatan
baik yang kita lakukan pada seseorang belum tentu ia akan membalasnya dengan
kebaikan juga, bahkan bisa jadi akan mendapat balasan yang buruk, untuk itu
orang yang ikhlas jangankan balasan yang baik, ucapan terimakasih sekalipun
tidak diharapkannya.
Sayyidina 'Ali pun pernah berkata, orang yang ikhlas itu jangankan
untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali
tidak akan pernah mengharapkannya, karena setiap kita beramal hakikatnya kita
itu sedang berinteraksi dengan Allah, oleh karenanya harapan yang ada akan
senantiasa tertuju kepada keridhaan Allah semata. Firman Allah Al-Insan(76) : 9
إِنَّمَا
نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا
Artinya : “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih”.( Qs.
Al-Insan(76) : 9)
3.
Tidak terpengaruh oleh pujian atau cercaan
Pujian orang, bisa membuat semangat untuk beramal lebih bergairah,
hati terhibur bahkan bisa membuat orang menjadi bangga akan dirinya hingga
melupakan tuhan yang telah mencurahkan nikmat kepadanya, sedangkan cercaan atau cacimaki malah akan berakibat
sebaliknya bisa membuat orang pesimis, menurun semangatnya, hati bersedih dan
kecewa, kepercayaan pada diri sendiri akan berkurang dan minder, mengeluh dan
meratapi nasib dan pada puncaknya
menyesali takdir dan menyalahkan Allah karena merasa keadilan Allah tidak
berpihak kepadanya.
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak memiliki sikap mental
seperti ini karena baginya pujian tidak lebih dari sekedar apresiasi orang atas
karya baik yang dilakukannya, dan bila salah menyikapinya bisa jadi malah akan
membuatnya binasa, karena itu terhadap pujian, akan dianggap sebagai suatu
tanda bahwa ia harus lebih berhati-hati dalam berbuat karena tanpa diminta ada
saja orang yang siap untuk memberi penilaian, sedangkan terhadap cercaan
dianggapnya sebagai bentuk kasih sayang dari seseorang yang tidak rela melihat
dirinya melakukan kesalahan walaupun dia yakin bahwa apa yang dilakukannya
adalah benar.
Secara manusiawi hampir semua orang ingin dipuji dan tidak suka
dicacimaki namun bila kita menyadari bahwa manusia adalah mahluk yang lemah dan
mudah melakukan kesalahan maka pujian tidak selalu mendatangkan kebaikan dan
cacian pun tidak selamanya mendatangkan keburukan.
Firman
Allah dalam (Qs. Al-Baqarah(2): 216)
كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا
وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Artinya
: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal
berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Qs. Al-Baqarah(2): 216
Orang yang
ikhlas dia tidak akan pernah berubah sikapnya seandainya disaat dia berbuat
sesuatu kebaikan ada yang memujinya, atau tidak ada yang memujinya bahkan
dicacipun hatinya tetap tenang, karena ia yakin bahwa amalnya bukanlah untuk
mendapatkan penilaian sesama yang mudah sekali berubah tetapi dia bulatkan
seutuhnya hanya ingin mendapatkan penilaian yang sempurna dari Allah SWT,
karena itu ketika ia melakukan kebaikan tidak menunggu-nunggu sampai ada orang
yang melihatnya, pendek kata dalam situasi sendiri atau bersama orang lain akan
tetap tampil apa adanya.
4. Senantiasa bersegera pada kebaikan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat (Qs)
Al-Baqoroh(2): 148)
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
أَيْنَمَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam
berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Qs. Al-Baqoroh(2): 148)
Rugi
rasanya bila tidak ikut andil dalam kebaikan karena pada perinsipnya semua
perbuatan baik yang dilakukan seseorang itu akan kembali kepada orang yang
melakukannya, demikan pula perbuatan buruk walaupun sesaat terkesan
menguntungkan namun pada hakikatnya keburukan tersebut akan kembali kepada
orang yang melakukannya, baik itu kecil atau sedikit maupun besar sehingga ia
tidak meremehkan dan Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil.
Diriwayatkan bahwa Imam Ghazali pernah bermimpi, dan dalam mimpinya
beliau mendapatkan kabar bahwa amalan yang besar yang pernah beliau lakukan
diantaranya adalah disaat beliau melihat ada seekor lalat yang masuk kedalam
tempat tintanya, lalu beliau angkat lalat tersebut dengan hati-hati lalu
dibersihkannya dan sampai akhirnya lalat itupun bisa kembali terbang dengan
sehat. Maka sekecil apapun sebuah amal apabila kita kerjakan dengan sempurna
dan benar-benar tiada harapan yang muncul pada selain Allah, maka akan menjadi
amal yang sangat besar dihadapan Allah SWT.
5. Dapat menjaga ketulusan hati saat berbuat Amal
Kebaikan
Allah SWT memberi kebebasan kepada kita untuk melakukan kebaikan
boleh dikerjakan dengan terang-terangan dan dapat juga dilakukang secara
diam-diam sesuai dengan firmannya didalam Qs.Ar-ra’d (13) : 22
وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا
الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ
بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ
Artinya :
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari
keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak
kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan
(yang baik)”.(Qs.Ar-ra’d (13) : 22)
Ayat diatas jelas sekali menunjukan bahwa
bolehnya kita bersedekah secara terang-terangan untuk mencari keridhoaan Allah
SWT bukan untuk mencari keridhoan mahluk atau mengharap pujian manusia yang
penting hati terjaga dari maksud tersebut, selain itu dengan sedekah secara
terang-terangan akan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama dan
menjauhkan orang dari prasangka buruk (syu udzhon) kepada dirinya, terlebih
bila ia adalah seorang yang dipandang termasuk orang yang berharta, dengan
demikian iapun telah menolong orang lain dari berbuat dosa karna prasangkanya.
Namun bagi yang berpandangan bahwa ia tidak
dapat menjaga hati bila ada orang yang memuji terhadap kebaikan yang
dilakukannya, maka lebih aman baginya untuk memilih jalan sembunyi-sembunyi
dengan harus tetap pandai-pandai menjaga
lidahnya untuk tidak menceritakan amal baiknya kepada orang lain, karena akan
percuma saja menyembunyikan mengerjakan kebaikan manakala disaat yang lain ada
keinginan untuk menceritakannya.
Diantara dua cara tersebut masing-masing memiliki keutamaan baik
yang terang-terangan maupun yang secara sembunyi namun dalam pandangan Allah
SWT ternyata yang sembunyi-sembunyi lebih baik nilainnya sebagaimana terdapat
dalam firmannya Qs. Al-Baqarah(2):271)
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا
وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu
adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Qs.
Al-Baqarah(2) : 271)
6. Tidak diskriminasi dalam berbuat kebaiakan
Berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita adalah hal yang sudah
semestinya dan berbuat baik kepada orang
yang dikenal juga merupakan hal yang wajar, namun untuk berbuat baik
pada semua manusia yang dikenalinya atau
yang tidak dikenalnya atau kepada orang yang memusuhinya disaat orang tersebut
membutuhkan pertolongan dan bantuannya tidak semua orang mampu berbuat seperti
itu,
Padahal Allah SWT mencontohkan kepada kita
untuk berbuat baik kepada semua mahluk ciptaannya baik yang beriman yang taat
padanya, maupun kepada yang kafir yang membangkang kepadanya, semua dicukupi keperluannya,
diberinya rizki, kesehatan, harta dan berbagai kenikmatan dan kesenagan hidup
di dunia, dan Allah pun memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada
siapa saja tanpa memandang status, suku, bahasa, bahkan agama sekalipun
sebagaimana firmannya didalam Al-Qur’an surat Al-Hujurot(49) ayat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(Qs.
Al-Hujurot(49) : 13)
Orang yang paling mulia adalah orang yang
paling bertaqwa yaitu orang yang selalu berbuat baik kepada siapa saja bukan
hanya kepada sesama manusia tetapi terhadap binatang, tumbuhan dan alam
lingkunganpun akan berlaku yang sama sebagai perwujudan ketaatan kepada sang
pencipta Allah SWT.
7.
Dikerjakan dengan senang hati dan atas kesadaran sendiri
Pekerjaan yang berat akan terasa berkurang beratnya, pekerjaan
sulit akan dapat diatasi dan ditemukan solusinya, bila semua dilaksanakan dengan hati ikhlas
yang riyang dan atas kesadaran atau kemauan sendiri tanpa ada paksaan atau tekanan dari siapapun, namun sebaliknya
pekerjaan yang mudah dan spele akan terasa begitu sulit dikerjakaan bila tanpa
adanya dorongan kesadaran yang timbul dari dalam hatinya.
Contoh yang sangat sederhana bisa kita lihat pada Seorang anak SD
yang tinggal dipedalaman berjalan kaki beberapa kilo meter melalui jalan
setapak yang sulit terlebih bila musim hujan jalan yang dilaluinya becek dan
licin, naik turun bukit, melintasi hutan
ditambah lagi harus menyebrang sungai yang lumayan deras airnya, ternyata tidak
menghalangi niatnya untuk berangkat menuju sekolah, sekalipun harus pagi-pagi
dan perut belum terisi makanan, rutinitas seperti ini mereka lakukan dengan
senang bahkan kadang diselingi canda tawa bersama teman seperjalanan, sementara
dikota seorang anak SD yang bangunan sekolahnya terlihat dari rumahnya
kadang-kadang tidak jadi berangkat ke sekolah bila tidak diantar oleh orang
tuanya atau bila uang jajannya kurang.
Orang yang ikhlas adalah orang yang bergembira berbuat kebaikan
karena adanya kesadaran yang tumbuh dari dalam hatinnya bahwa tidak ada alasan
yang tepat untuk melakukan suatu kebaikan dengan terpaksa atau dengan bersedih
karena semua yang ditanam akan memberi buah, dan buah yang akan dipetik
bergantung baik tidaknya tanaman yang ditanam, pertanyaannya, apakah layak
orang yang ingin memetik hasil buah yang baik, manis dan segar bersedih?. Allah SWT berfirman :
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ
لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya : “Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang
besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman”. (Qs. Ali Imron(3) : 171)
Demikian Ciri-ciri orang yang Ikhlas ibadah
karena Allah swt semoga
bermanfaat,
Wawlohu ‘Alam bis showab
Wassalammualaikum wr wb.