Hukum dan cara berTaubat serta kisah Taubatnya pembunuh
99 orang
Apakah taubat itu? Taubat secara bahas artinaya
kembali sedangkan menurut istilah taubat adalah kembali menuju kepada
keridhoaan Allah swt setelah melakukan kesalahan atau dosa yang menyebabkan seorang
hamba keluar atau menjauh dari jalan keridhoaannya karena dorongan hawa nafsu
yang rendah dan kejahilan yang ada
padanya.
Perintah Taubat Nashuha
Al-Qur’an suarat At-Tahrim (66) : 8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً
نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu".( Qs. At-Tahrim (66) : 8)
Taubat nashuha adalah taubat tang sebenarnya atau taubat murni itu wajib dilakukan dengan
memenuhi tiga macam syarat sebagaimana di bawah ini, yaitu:
(a) Semua hal-hal yang mengakibatkan
diterapi seksa, kerana berupa perbuatan yang dosa jika dikerjakan, wajib
ditinggalkan secara sekaligus dan tidak diulangi lagi.
(b) Bertekad bulat dan teguh untuk
memurnikan serta membersihkan diri sendiri dari semua perkara dosa tadi tanpa
bimbang dan ragu-ragu.
(c) Segala
perbuatannya jangan dicampuri
apa-apa yang mungkin dapat mengotori atau sebab-sebab yang menjurus
ke arah dapat merosakkan taubatnya itu.
Hukum dan cara Bertobat
Mengerjakan taubat itu hukumnya wajib dari
segala macam dosa. Jikalau kemaksiatan itu terjadi antara seseorang hamba dan
antara Allah Ta'ala saja, yakni tidak ada hubungannya dengan hak
seseorang manusia yang lain, maka untuk
bertaubat itu harus menetapi tiga macam syarat, yaitu:
Pertama hendaklah menghentikan sama sekali seketika
itu juga dari kemaksiatan yang dilakukan,
kedua ialah supaya merasa menyesal kerana telah
melakukan kemaksiatan tadi dan ketiga supaya berniat tidak akan kembali
mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya.
Jikalau salah satu dari tiga syarat tersebut di
atas itu ada yang ketinggalan maka tidak sahlah taubatnya.
Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya dengan
sesama manusia, maka syarat-syaratnya itu ada empat macam, yaitu tiga syarat
yang tersebut di atas dan keempatnya ialah supaya melepas-kan tanggungan itu
dari hak kawannya. Maka jikalau tanggungan itu berupa harta atau yang semisal
dengan itu, maka wajiblah mengembalikannya kepada yang berhak tadi, jikalau
berupa dakwaan zina atau yang semisal dengan itu, maka hendaklah mencabut
dakwaan tadi dari orang yang didakwakan atau meminta saja pengampunan daripada
kawannya dan jikalau merupakan pengumpatan, maka hendaklah meminta penghalalan
yakni pemaafan dari umpatannya itu kepada orang yang diumpat olehnya.
Seseorang itu wajiblah bertaubat dari segala
macam dosa, tetapi jikalau seseorang itu bertaubat dari sebahagian dosanya,
maka taubatnya itupun sah dari dosa yang dimaksudkan itu, demikian pendapat
para alim-ulama yang termasuk golongan ahlul haq, namun saja dosa-dosa yang
lain-lainnya masih tetap ada dan tertinggal - yakni belum lagi ditaubati.
Jaminan
Ampunan bagi yang mau bertaubat
Seorang
yang berbuat dosa lalu membersihkan diri (wudhu atau mandi), kemudian ia shalat
dan memohon pengampunan Allah maka Allah akan mengampuni dosanya. Setelah
berkata demikian Rasulullah mengucapkan firman Allah surat Ali Imran ayat 135:
"Dan orang-orang yang apabila melakukan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka
itu sedang mereka mengetahui." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kisah orang yang Bertaubat setelah membunuh 99 orang
Dari Abu Said,
iaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahawasanya Nabiullah s.a.w. bersabda: "Ada
seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh
sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari
penduduk bumi, lalu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. la pun mendatanginya
dan selanjutnya berkata bahawa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh
sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah seorang lagi itu. Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahawa sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih diterima taubatnya.
Orang alim itu menjawab: "Ya, masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Orang itu terus pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian.
Kemudian
bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan
malaikat siksaan - yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas
memberikan siksa, malaikat kerahmatan berkata: "Orang ini telah datang
untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta'ala." Malaikat
siksaan berkata: "Bahawasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan
kebaikan sedikit pun."
Selanjutnya ada
seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia
dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni
dijadikan hakim pemutusnya - untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata:
"Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih
dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya - maksudnya jikalau lebih dekat
ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik
malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah
milik malaikat siksaan." Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian
didapatinya bahawa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang
dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu
maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah
riwayat yang shahih disebutkan demikian: "Orang tersebut lebih dekat
sejauh sejengkal saja pada pedesaan yang baik itu - yakni yang hendak
didatangi, maka dijadikanlah ia termasuk golongan penduduknya."
Dalam riwayat
lain yang shahih pula disebutkan: Allah Ta'ala lalu mewahyukan kepada tanah
yang ini - tempat asalnya - supaya engkau menjauh dan kepada tanah yang ini -
tempat yang hendak dituju - supaya engkau mendekat - maksudnya supaya tanah
asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi jauh, sedang tanah
yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat jaraknya. Kemudian
firmanNya: "Ukurlah antara keduanya." Malaikat-malaikat itu mendapatkannya
bahawa kepada yang ini -yang dituju - adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja
jaraknva. Maka orang itupun diampunilah dosa-dosanya."
Dalam riwayat
lain lagi disebutkan: "Orang tersebut bergerak - amat susah payah kerana
hendak mati - dengan dadanya ke arah tempat yang dituju itu."
Do’a Syayidul istighfar
Rasulullah
bersabda: "Barangsiapa mengucapkan doa itu dengan penuh keyakinan pada
siang hari dan ternyata wafat pada hari itu sebelum senja maka dia tergolong
penghuni surga. Barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dengan penuh
keyakinan dan wafat sebelum subuh maka dia tergolong penghuni surga pula."
(HR. Bukhari)
Sumber:
Riyadhus shalihin - Imam an Nawawi 7 neezam7 http://hikmah.sitesled.com
a_nizam_7@yahoo.com
1100 Hadits Terpilih (Sinar
Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press