Perilaku Meneladani dakwah perjuangan
Rasulullah saw di Mekah
Menerapkan Perilaku Mulia
Meneladanai dakwah rasul di Mekah |
Perilaku yang dapat
diteladani dari perjuangan dakwah Rasulullah saw. Pada periode Mekah di
antaranya adalah seperti berikut.
1. Memiliki Sikap Tangguh
Dalam upaya meraih
kesuksesan, diperlukan sikap tangguh dan pantang menyerah sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika ia berjuang memberantas kemusyrikan.
Lihat pula bagaimana
orang-orang yang sukses meraih cita-citanya, mereka bersusah-payah berusaha
terus-menerus tanpa mengenal
lelah sehingga mereka menjadi orang yang berhasil dalam cita-citanya.
Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan
dan tidak ada pula kesuksesan tanpa kerja keras dan tangguh pantang menyerah.
Ketangguhan datang dengan sendirinya. Ia
memerlukan pembelajaran dan latihan (riyadhah) secara terus-menerus.
Ketangguhan juga harus didukung oleh kesehatan fisik dan pemahaman yang benar.
Kedua-duanya harus berjalan beriringan
dan saling mendukung. Kekuatan fisik dibarengi dengan pemahaman yang benar akan
melahirkan manfaat yang besar, demikian pula sebaliknya.
Sikap tangguh dalam kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat di
antaranya. seperti berikut.
a. Menggunakan waktu untuk belajar dengan
sungguh-sungguh agar mendapatkan prestasi yang tinggi.
b. Secara terus-menerus mencoba sesuatu
yang belum dapat dikerjakan sampai ditemukan solusi untuk mengatasinya.
c. Melaksanakan segala peraturan di
sekolah sebagai bentuk pengamalan sikap disiplin dan tanggung jawab.
d. Menjalankan segala perintah agama dan
menjauhi larangannya dengan penuh keikhlasan.
e. Tidak putus asa ketika mengalami
kegagalan dalam meraih suatu keinginan. Jadikanlah kegagalan sebagai cambuk
agar tidak mengalaminya lagi di kemudian hari.
2. Memiliki Jiwa Berkorban
Perhatikan bagaimana para pahlawan yang
berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini! Selain mereka berjuang dengan tangguh
dan pantang menyerah, merela rela mengorbankan apa saja untuk kemerdekaan
bangsa ini.
Pengorbanan mereka tidak hanya berupa
harta, keluarga yang ditinggalkan, bahkan mereka rela meregang nyawa untuk
memperjuangkan kemerdekaan beragama dan berbangsa.
Oleh karena itu, janganlah pernah merasa
pernah berjuang tanpa memberikan pengorbanan yang berarti. Perilaku yang
mencerminkan jiwa berkorban dalam kehidupan sehari-hari misalnya seperti
berikut.
1. Menyisihkan waktu sebaik mungkin untuk
kegiatan yang bermanfaat. Hal ini penting mengingat waktu yang kita miliki
sangatlah terbatas. Jika waktu yang kita gunakan lebih banyak untuk kegiatan
yang percuma, siap-siaplah untuk menyesal karena waktu yang telah lewat tidak
akan kembali lagi.
Misalkan karena kamu tidak belajar dengan
sungguh-sungguh sementara kamu ingin lulus dengan nilai yang tinggi, kamu akan
menyesal karena mendapatkan nilai yang rendah dan harus mengulang lagi.
2. Mendahulukan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi. Kepentingan bersama di atas segala-galanya. Itulah
kalimat yang sering diungkapkan oleh kebanyakan manusia. Akan tetapi,
kenyataannya belum tentu demikian.
Kebanyakan manusia lebih mengutamakan
kepentingan pribadinya daripada kepentingan orang banyak. Sebagai orang yang
beriman, tentu kita tidak boleh termasuk ke dalam golongan orang yang demikian.
Rasulullah saw. mencontohkan, bagaimana
ketika ia hendak berbuka puasa dengan sepotong roti, sementara ada orang yang
datang untuk meminta roti tersebut karena sangat kelaparan, dan Rasul
memberikan roti tersebut kepada orang itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku
yang dapat kita lakukan dalam hal ini misalkan antre saat berada di tempat
umum, seperti: di bank, loket pembayaran, berkendara di lampu lalu lintas
ketika warna merah menyala, dan lain sebagainya.
3. Menyisihkan sebagian harta untuk
membantu orang lain yang membutuhkan. Dalam harta kita terdapat sebagian hak
orang lain yang membutuhkannya.
Islam mengajarkan bahwa bersedekah itu
tidak akan mengurangi harta sedikit pun, bahkan ia akan mendatangkan harta yang
lebih banyak lagi.
Rangkuman Dakwah
Rasul di Mekah
1. Ketika Nabi Muhammad saw. menerima
wahyu pertama, yaitu ayat 1-5 surah al-‘Alaq pada tanggal 17 Ramadhan,
sejak itu ia diangkat menjadi nabi. Ketika ia menerima ayat 1-7 surah al-Mudda¡¡ir,
ia pun diangkat menjadi rasul.
Setelah itu, wahyu terputus. Nabi
Muhammad saw. merasa gelisah dan bertanya-tanya, apa yang harus disampaikan,
bagaimana menyampaikannya, dan kepada siapa disampaikan? Dalam kegelisahannya,
turunlah surah ad-dhuhā.
2. Pada awalnya Nabi saw. berdakwah
secara rahasia dan hanya mengajak orang-orang terdekat saja. Orang pertama yang
menerima dakwah Nabi adalah Khadijah, istrinya, kemudian Ali bin Abi thalib,
sepupunya, dan Zaid bin Hari¡ah, bekas budaknya.
Sementara itu, laki-laki dewasa yang
pertama memeluk Islam adalah Abu Bakar bin Quhafah. Melalui ajakan Abu Bakar,
beberapa orang menerima ajakannya, yaitu Usman bin ‘Affan, Abdur Rahman bin
‘Auf, talhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubair bin ‘Awwam.
Setelah itu, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah dan
beberapa penduduk Mekah turut pula menyatakan keislamannya dan menerima ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Kegiatan dakwah secara rahasia ini
berlangsung selama tiga tahun.
3. Setelah perintah Allah Swt. turun
melalui Surah asy-Syu’arā/26:214-216
dan Surah al-Hijr/15:94, Nabi saw.
pun melakukan dakwah secara terang-terangan (terbuka). Nabi Muhammad saw.
mengumpulkan keluarganya di rumahnya. Setelah selesai makan, ia pun
menyampaikan maksudnya.
Tiba-tiba Abu Jahal menghentikan
pembicaraan Nabi dan mengajak orang-orang untuk meninggalkan tempat. Keesokan
harinya, Nabi kembali megundang keluarganya. Setelah makan, Nabi pun
menyampaikan maksudnya dan kembali Abu Jahal mengacaukan suasana dan mereka
yang hadir pun tertawa.
Dalam keadaan riuh itu, Ali bin Abi Thalib
bangkit dan berkata, “Wahai Rasulullah! Saya akan membantu Anda, saya adalah
lawan bagi siapa saja yang menentangmu.”
4. Gagal mengajak kerabatnya, Nabi pun
mengalihkan dakwahnya kepada masyarakat Quraisy. Ia naik ke bukit Śafa dan
menyeru manusia. Orang-orangpun berkumpul dan Nabi Muhammad saw. pun
menyampaikan dakwahnya.
Tiba-tiba Abu Jahal berteriak, “Celakalah
engkau, hai Muhammad! Apakah karena ini engkau mengumpulkan kami?” Nabi
Muhammad hanya terdiam sambil memandangi pamannya. Sesaat kemudian turunlah
surah al-Lahab.
5. Dakwah Nabi mendapatkan tantangan dan
perlawanan dari Quraisy. Nabi dan sahabat-sahabatnya diejek, dicaci, dan
disiksa. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga membujuk Nabi dan menawarkan
kekayaan, kehormatan, dan jabatan.
Setelah ejekan, siksaan, dan ancaman
tidak dapat mencegah dakwah Nabi, orang-orang Quraisy memboikot Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Untuk menghindari siksaan, Nabi memerintahkan sahabatnya hijrah
ke Abisinia.
6. Setelah orang-orang Quraisy tidak mau
menerima dakwah Nabi, ia pun mengalihkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab
di luar Quraisy. Nabi mencoba mengajak orang-orang Thaif, namun ia ditolak,
bahkan diejek, diusir, dan dilempari.
Nabi tidak berputus asa. Ia terus
menyampaikan dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab yang datang berziarah
ke Mekah setiap tahunnya.
Dakwah Nabi mendapat sambutan dari
orang-orang Madinah dan Nabi pun mengadakan Perjanjian Aqabah (pertama
dan kedua). Setelah Perjanjian Aqabah kedua, Nabi pun berhijrah ke
Madinah.
7. Dakwah Nabi di Mekah berlangsung
selama 13 tahun. Selama itu Nabi menanamkan nilai-nilai tauhid dan
mengajarkan akhlak mulia. Nilai-nilai ketauhidan ini membuat Nabi dan
sahabat-sahabatnya tangguh menghadapi berbagi kesulitan dan rintangan serta
tetap bersemangat menyampaikan kebenaran.
Baca juga : substansi dakwah rasul di mekah
Demikian Perilaku Meneladani dakwah perjuangan
Rasulullah saw di Mekah, semoga bermanfaat
Sumber :
Buku Diknas Pendidikan Agama islam dan
budi pekerti K-13 SMA/MA/SMK Kelas X