Latar belakang dan isi Perjanjian/baiat
Aqabah satu dan dua
Isi Perjanjian/baiat Aqobah satu dan dua |
Apakah Baiat/perjanjian Aqobah itu?,
Baiat Aqobah adalah suatu perjanjian sumpah setia yang dilakukan oleh suku Aus
dan Khazraj dari yasrib (Madianah) kepada Rasul Muhammad saw untuk setia
membela Agama Allah dan Rasulnya di Aqobah.
A. Latar Belakang Perjanian Aqobah
Kerasnya penolakan dan perlawanan
Quraisy, mendorong Nabi Muhammad saw. melancarkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah
Arab di luar suku Quraisy.
Dalam melakukan dakwah ini, Nabi Muhammad
saw. tidak saja menemui mereka di Ka’bah pada saat musim haji, ia juga
mendatangi perkampungan dan tempat tinggal para kepala suku.
Tanpa diketahui oleh seorang pun, Nabi
Muhammad saw. pergi ke Taif. Di sana ia menemui Saqif dengan harapan agar ia
dan masyarakatnya mau menerimanya dan
memeluk Islam. Saqif dan masyarakatnya menolak Nabi dengan kejam.
Meski demikian Nabi berlapang dada dan
meminta Saqif untuk tidak menceritakan
kedatangannya ke Taif agar ia tidak mendapat malu dari orang Quraisy.
Permintaan itu tidak dihiraukan oleh Saqif, bahkan ia menghasut masyarakatnya
untuk mengejek, menyoraki, mengusir, dan melempari Nabi.
Selain itu Nabi mendatangi Bani
Kindah, Bani Kalb, Bani Hanifah, dan Bani Amir bin Sa‘sa’ah ke rumah-rumah mereka. Tak seorang pun
dari mereka yang mau menyambut dan mendengar dakwah Nabi. Bahkan, Bani
Hanifah menolak dengan cara yang sangat buruk.
Amir menunjukkan ambisinya, ia mau
menerima ajakan Nabi dengan syarat jika Nabi memperoleh kemenangan, kekuasaan
harus berada di tangannya.
Pengalaman tersebut mendorong Nabi
Muhammad saw. Berkesimpulan bahwa tidak mungkin lagi mendapat dukungan dari
Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya.
Karena itu, Nabi Muhammad saw.
mengalihkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah lain yang ada di sekitar
Mekah yang datang berziarah setiap tahun ke Mekah. Jika musim ziarah tiba,
Nabi Muhammad saw. pun mendatangi kabilah-kabilah itu dan mengajak
mereka untuk memeluk Islam.
Tak berapa lama kemudian, tanda-tanda
kemenangan datang dari Yasrib (Madinah). Nabi Muhammad saw. sesungguhnya punya
hubungan emosional dengan Yasrib.
Disanalah ayahnya dimakamkan, di sana
pula terdapat famili-familinya dari Bani Najjar yang merupakan keluarga
kakeknya, Abdul Muthalib dari pihak ibu. Karena itu, tidak mengherankan apabila
di tempat ini kelak Nabi Muhammad saw. mendapat kemenangan dan Islam berkembang
dengan amat pesat.
B. Kondisi Yasrib sebelum Nabi Hijrah
Yasrib merupakan kota yang dihuni oleh
orang Yahudi dan Arab dari suku Aus dan Khazraj. Kedua
suku ini selalu berperang merebut kekuasaan. Hubungan Aus dan Khazraj
dengan Yahudi membuat mereka memiliki pengetahuan tentang
agama samawi.
Inilah salah satu faktor yang menyebabkan
kedua suku Arab tersebut lebih mudah menerima kehadiran Nabi Muhammad saw.
Ketika Yahudi mengalami kekalahan, suku Aus dan Khazraj menjadi
penguasa di Ya¡rib.
Yahudi tidak tinggal diam, mereka berusaha mengadu
domba Aus dan Khazraj yang akhirnya menimbulkan perang saudara
yang dimenangkan oleh Aus.
Sejak saat itu, orang-orang Yahudi
yang sebelumnya terusir dapat kembali tinggal di Ya¡rib. Aus dan
Khazraj menyadari derita dan kerugian yang mereka alami akibat permusuhan
mereka. Oleh karena itu, mereka sepakat mengangkat Abdullah bin Muhammad
dari suku Khazraj sebagai pemimpin.
Namun, hal itu tidak terlaksana disebabkan
beberapa orang Khazraj pergi ke Mekah pada musim ziarah (haji).
Kedatangan orang-orang Khazraj ke Mekah diketahui oleh Nabi Muhammad
saw., dan ia pun segera menemui mereka.
Setelah Nabi berbicara dan mengajak mereka
untuk memeluk agama Islam, mereka pun saling berpandangan dan salah seorang
dari mereka berkata,“Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan oleh orang-orang
Yahudi kepada kita, dan jangan sampai mereka (Yahudi) mendahului
kita.”
Setelah itu, mereka kembali ke Ya¡rib dan
menyampaikan berita kenabian Muhammad saw.. Mereka menyatakan kepada
masyarakatnya bahwa mereka telah menganut Islam. Berita dan pernyataan
yang mereka sampaikan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
C. Perjanjian Aqobah pertama
Pada musim ziarah tahun berikutnya,
datanglah 12 orang penduduk Ya¡rib menemui Nabi Muhammad saw. di Aqabah.
Di tempat ini mereka berikrar kepada Nabi yang kemudian dikenal dengan Perjanjian
Aqabah I.
Pada Perjanjian Aqabah I ini,
orang-orang Yasrib berjanji kepada
Nabi untuk tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak
membunuh anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah, baik di depan atau di
belakang, jangan menolak berbuat kebaikan. Siapa mematuhi semua itu akan
mendapat pahala surga dan kalau ada yang melanggar, persoalannya kembali
kepada Allah Swt.
D. Perjanjian/baiat Aqobah kedua
Selanjutnya, Nabi menugaskan Mus’ab bin
Umair untuk membacakan al-Qurān, mengajarkan Islam serta seluk-beluk
agama Islam kepada penduduk Yasrib. Sejak itu, Mus’ab tinggal di Ya¡rib.
Jika musim ziarah tiba, ia berangkat ke Mekah dan menemui Nabi
Muhammad saw.
Dalam pertemuan itu, Mus’ab menceritakan
perkembangan masyarakat muslim Ya¡rib yang tangguh dan kuat. Berita ini
sungguh menggembirakan Nabi dan menimbulkan keinginan dalam hati Nabi
untuk hijrah ke sana.
Pada tahun 622 M, peziarah Ya¡rib
yang datang ke Mekah berjumlah 75 orang, dua orang di antaranya perempuan.
Kesempatan ini digunakan Nabi melakukan pertemuan rahasia dengan para pemimpin
mereka. Pertemuan Nabi dengan para pemimpin Ya¡rib yang berziarah ke
Mekah disepakati di Aqabah pada tengah malam pada hari-hari Tasyriq (tidak
sama dengan hari Tasyriq yang sekarang).
Malam itu, Nabi Muhammad saw. ditemani
oleh pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib (yang masih memeluk agama nenek
moyangnya) menemui orang-orang Ya¡rib. Pertemuan malam itu kemudian dikenal
dalam sejarah sebagai Perjanjian Aqabah II.
Pada malam itu, mereka berikrar kepada
Nabi sebagai berikut, “Kami berikrar, bahwa kami sudah mendengar dan setia di
waktu suka dan duka, diwaktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang
benar di mana saja kami berada, dan di jalan Allah Swt. ini kami tidak gentar
terhadap ejekan dan celaan siapapun.”
Setelah masyarakat Ya¡rib menyatakan
ikrar mereka, Nabi berkata kepada mereka, “Pilihkan buat saya dua belas orang
pemimpin dari kalangan kalian yang menjadi penanggung jawab masyarakatnya”.
Mereka memilih sembilan orang dari Khazraj dan tiga orang dari Aus.
Kepada dua belas orang itu, Nabi
mengatakan, “Kalian adalah penanggung jawab masyarakat kalian seperti
pertangungjawaban pengikut-pengikut Isa bin Maryam. Terhadap masyarakat saya,
sayalah yang bertangung jawab.”
Setelah ikrar selesai, tiba-tiba
terdengar teriakan yang ditujukan kepada kaum Quraisy, “Muhammad dan
orang-orang murtad itu sudah berkumpul akan memerangi kamu!”. Semua kaget dan
terdiam.
Tiba-tiba Abbas bin Ubadah, salah seorang
peserta ikrar, berkata kepada Nabi, “Demi Allah Swt. yang mengutus Anda
berdasarkan kebenaran, jika Nabi mengizinkan, besok penduduk Mina akan kami
‘habisi’ dengan pedang kami.”
Lalu, Nabi Muhammad saw. menjawab, “Kita
tidak diperintahkan untuk itu, kembalilah ke kemah kalian!” Keesokan harinya,
mereka bangun pagi-pagi sekali dan segera bergegas pulang ke Ya¡rib.
Demikan materi latar belakang dan isi
Perjanjian Aqobah satu dan dua antara Nabi Muhammad dengan suku Aus dan Khazraj
dari Madinah.semoga bermanfaat.