Cara berbakti kepada
orang tua dan Kisah Uwais Al-Qorni
|
Cara berbakti kepada orang tua |
|
|
Keberadaan
manusia, anak cucu keturunan nabi Adam
as dimuka bumi ini tidak terlepas dari keberadaan orang tua, dan orang tua yang baik niscaya mereka
mengharapkan kelahiran anak-anak keturunan yang baik, yang akan meneruskan
perjuangan dan cita-citanya.
Sebab itu mereka akan senang hati menyambut
kelahiran, mengurus, menjaga, mendidik dan memenuhi kebutuhan putra-putrinya, agar kelak meraka mampu untuk hidup mandiri
dan bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya.
Sehebat
apapun seorang anak, sesukses apapun dia, setinggi apa pun kedudukan dan
jabatannya, sebanyak apapun harta yang
dimilikinya, sepandai apapun kepintarannya bahkan seluas apapun kekuasaannya tetap saja
harus disadari bahwa semua kebaikan dan kemuliaan yang disandangnya saat ini tidak
lain adalah karena karunia Allah dengan perantara kedua orang tua yang
melaksanakan kewajiban dengan baik dan memenuhi hak anak-anaknya hingga ia
lahir dan meraih kesuksesan.
Karena itu seorang
anak memiliki kewajiban tertentu yang harus dilakukan terhadap kedua orang
tuanya, bukan untuk membalas budi jasa orang tua melainkan untuk melaksanakan
kewajiban yang Allah perintahkan sebagai rasa Syukur telah dikarunia orang tua
yang baik, karena sebesar apapun balas jasa anak kepada orang tua tetap tidak
akan terbayarkan.
Allah SWT berfirman dalam(Qs.Luqman(31):14)
وَوَصَّيْنَا
الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya; “Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.”(Qs.Luqman(31):14)
Apa saja kewajiban
anak terhadap orang tua? Setidaknya ada beberapa kewajiban anak terhadap orang
tua yang harus dilakukan yaitu:
1. Menjawab Jika dipanggil.
Menjawab
panggilan orang tua dengan baik dan kata-kata yang santun adalah kewajiban anak
kepada orang tua bila dia memanggilnya. Menjawab panggilan sepertinya perkara yang mudah dan dapat dilakukan setiap orang, untuk
itu sesibuk apapun kita hendaknya diusahakan untuk dapat menjawab panggilan
mereka,
Karena bisa saja terjadi ketika anak tidak menjawab panggilan orang
tuanya, sementara orang tua tidak
mengetahui kondisi anak sedang melakukan apa, dia merasa tidak dihargai yang
kemudian keluar kata-kata yang tidak baik dan mendo’akan keburukan, sedangkan
kemurkaan orang tua adalah murka ALLAH juga.
2. Mentaati Perintah Orang tua
Mentaati
perintah kedua orang tua adalah perintah yang baik dan benar, ketika orang tua
memerintahkan untuk berbuat dosa atau maksiat lebih-lebih perintah tersebut
untuk mempersekutukan Allah maka kewajiban mentaati mereka tidak dapat
dibenarkan sebab ketaatan kepada mahluk tidak boleh dilakukan bila untuk
bermaksiat kepada sang Kholiq namun demikian penolakan seorang anak yang
diperintahkan tersebut tetap dilakukan dengan cara-cara yang baik dan santun serta
dengan menggunakan argumen yang benar.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ
سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya : “Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. Lukman(31) : 15)
3. Berbicara dengan kata-kata
yang mulia
Salah satu tanda kesolehan
seorang anak adalah ketika berbicara dengan orang tuanya dia mampuh untuk
berkata-kata dengan tutur kata yang baik dan mulia, walupun keakraban terjalin
begitu dekat, namun tetap dapat memilih dan menggunakan kalimat yang tepat tidak
sampai menggunakan kata-kata yang tidak pantas seperti kata-kata kotor, cemooh,
cacimaki Bahkan dalam Al-Qur’an Allah SWT melarang seorang anak untuk berkata
keras membentak.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا
تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
Artinya : “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Isro (17) : 23)
4. Memberi makan dan pakaian kepada Orang tua
Bagi orang tua yang mampu dan
berkecukupan, memberi makan kepada mereka tentulah bukan sesuatu yang sangat
diharapkannya, namun sesekali kita membawakan makanan yang gemari dengan
gembira dan ikhlas tentu tetap menjadi kebahagiaan, walupun mereka tidak
mengharapkan bawaan oleh-oleh karena ia dapat merasakan adanya perhatian dan
kasih sayang dari anaknnya,
Namun ada
kalanya diantara kita mempunyai orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi,
sehingga untuk mencari sesuap nasi pun mereka bekerja keras sementara merasa
sungkan / malu meminta uluran dari anaknnya, padahal mereka sangat membutuhkan pengertian uluran
tangan putra-putrinya yang sudah mampu, oleh karena itu sebagai mana mereka
lebih mengutamakan anaknya makan daripada dirinya ketika anak-anaknya masih
kecil sangat wajar bila anak yang berkecukupan untuk mencukupi kebutuhannya
baik makanan maupun pakainnya.
5. Berkhidmat melayani Orang
tua
Seorang yang mempunyai posisi
penting di kantor atau dimasyarakat tidak akan berkurang kedudukannya dengan
merendahan diri dan berhidmat melayani kepada orang tuannya bahkan akan menambah kemuliaannya, berkhidmat
melayani orang tua dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari bertutur
kata yang mulia , menjenguknya bila rumah orang tua jauh namun masih terjangkau
atau sekurang-kurangnya menanyakan keadaannya,
Tidak mendahuluinya ketika jalan
bersama, menolongnya dari berbagai kesulitan, tidak melakuan perbuatan yang
tidak disukai oleh mereka (bukan perintah Allah dan Rasulnya), mencukupi
kebutuhannya bila diberi kemampuan sampai mengobati bila keduanya atau salah
satu dari keduannya sakit adalah bentuk
dari kehidmatan anak kepada orang tua.
6. Mendo’akan kedua Orangtua
Kewajiban yang tidak kalah
pentingnya yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuannya adalah
mendo’akan kebaikan dan ampunan keduannya baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal dunia, kewajiban ini akan tatap ada selama anak masih diberikan
kehidupan oleh Allah SWT minimal setiap kali selesai sholat fardu lima waktu setiap
kita berdoa untuk diri kita sendiri jangan sampai lupa untuk mendoakan
keduannya. Sebagaiman Allah SWT perintahkan
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Qs. Al-Isro(17) : 24)
Kita dapat belajar kepada
seorang sahabat Rasul yang namanya begitu terkenal dilangit karena telah begitu
sungguh- sungguh dan ikhlas berbakti kepada orang tuannya, dia tidak lain
adalah Uwais Al Qorni.
Di
Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak,
tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat
berbakti kepada Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh.
Uwais
senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya sekalipun perintah itu
berat dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh memenuhinya dan salah satu
permintaan yang berat tersebut adalah keinginan ibu untuk menunaikan ibadah
haji.
"Anakku,
mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat
mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah
sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya
menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan.
Namun Uwais sangat miskin dan
tak memiliki kendaraan. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar.
Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu?
Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu.
Ternyata
Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik
menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais
gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh. Tak
pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit.
Makin
hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais
untuk menggendong lembu tersebut . Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu
yang membesar itu tak terasa perubahan beratnya.
Setelah
8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg,
begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat
barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap
hari.
Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya. Uwais menggendong ibunya
berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais
pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi
keinginan ibunya.
Uwais
berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan
bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak
itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais.
"Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab,
"Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho
dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."
Subhanallah,
itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan
karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya
tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Apa hikmah dari bulatan disisakan di
tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua
sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau
berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan
"Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul.
Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan
di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia
minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua."
"Sesungguhnya
Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan
meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci
padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta
(menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)