Iklan

Showing posts with label Rukun Islam. Show all posts
Showing posts with label Rukun Islam. Show all posts

Tuesday 7 February 2017

Hadits Arbain Ke-3



Hadits Arbain Ke-3 tentang Rukun Islam

Hadist Arbain  ke 3 Rukun Islam
  Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata “Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: ’Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon.”(HR.Bukhori dan Muslim)

Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan hadits yang agung karena menyebutkan tonggak-tonggak Islam atau yang disebut dengan Rukun Islam. Berpangkal dari kelima rukun tersebut Islam dibangun.

Macam-macam penggunaan istilah Islam
Istilah islam digunakan dalam dua bentuk, yaitu:
1. Islam ‘Am berarti berserah diri kepada Allah dengan cara bertauhid, tunduk kepada-Nya dalam bentuk ketaatan serta bersih dan benci dari syirik dan penganutnya. Islam dalam pengertian ini merupakan ke-Islam-an makhluk secara umum tak seorangpun keluar dari ketentuan ini baik suka atau-pun terpaksa. Islam seperti ini-lah Islam yang diajarkan oleh seluruh rasul.

2. Islam Khos berarti Islam yang dibawa oleh Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam, yaitu: mencakup Islam dengan makna ‘am yang sesuai dengan tuntunan Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam. Jika istilah Islam datang secara mutlaq maka maksudnya adalah Islam khos.

Syahadatain
Syahadat tidaklah sah sehingga terkumpul padanya tiga hal: keyakinan hati, ucapan lisan dan menyampaikan kepada orang lain. Dalam kondisi tertentu terkadang diperbolehkan untuk tidak menyampaikan kepada orang lain. Makna syahadat “la ilaha illa’llahu” adalah menafikan hak disembah pada selain Allah dan menetapkan hanya Allah-lah yang berhak untuk disembah. Konsekuensinya harus mentauhidkan Allah dalam ibadah, oleh karena itu kalimat tersebut dinamakan sebagai kalimat tauhid.

Makna syahadat “Muhammad Rasulullah” adalah meyakini dan menyatakan bahwa Muhammad bin Abdillah adalah benar-benar utusan Allah yang mendapatkan wahyu berupa Kalamullah untuk disampaikan kepada manusia seluruhnya. Dan dia adalah penutup para Rasul. Konsekuensi dari syahadat ini yaitu membenarkan beritanya, mentaati perintahnya, menjauhi larangannya dan beribadah kepada Allah hanya dengan syar’iatnya .

Utusan Allah dari kalangan manusia mendapatkan wahyu melalui utusan Allah dari kalangan malaikat maka tidak-lah mereka langsung mendapatkan dari Allah kecuali pada sebagian, sesuai dengan kehendak Allah.

Hukum meninggalkan rukun Islam.
Hukum meninggalkan Rukun Islam dapat diperinci sebagai berikut:
1. Meninggalkan syahadatain hukumnya kafir secara ijma’.
2. Meninggalkan shalat hukumnya kafir menurut jumhur ulama atau ijma’ sahabat.
3. Meninggalkan rukun yang lainnya hukumnya tidak kafir menurut jumhur ulama.
Meninggalkan disini dalam arti tidak mengerjakan dengan meyakini kebenarannya dan kewajibannya, adapun jika tidak meyakini kebenarannya dan kewajibannya maka hukumnya kafir walaupun mengerjakannnya.

Pembagian Rukun Islam
Rukun islam terbagi menjadi empat kelompok yaitu:
1. Amal i’tiqodiyah yaitu syahadataian
2. Amal badaniyah yaitu solat dan puasa.
3. Amal maliyah yaitu Zakat.
4. Amal badaniyah dan maliyah yaitu haji.

 Kemenu utama >>>  Daftar Isi Hadist Arbain

Sumber:
Hadist web, www.islamhouse.com
 Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)

Tuesday 22 November 2016

Islam dibangun atas pondasi syahadat sampai atap haji



Islam dibangun atas pondasi syahadat sampai atap haji, Bila di ibaratkan sebuah bangunan maka agama islam mempunyai lima komponen utama yang lazim disebut dengan rukun islam yang terdiri dari :

Gamabar : Bangunan Masjidil Haram
Dua kalimat syahadat sebagai Pondasinya
Mendirikan shalat sebagai pilar atau tiangnya
Puasa diBulan Ramadhan sebagai perisai atau dindingnya
Menunaikan Zakat sebagai pintu jenda atau tempat sirkulasinya
Dan Haji bagi orang yang mampu adalah sebagai atapnya.

Itulah lima komponen utama bangunan islam  yang sempurna, pertanyaannya  bagaiamana dengan orang yang tidak mampu untuk berhaji karena faktor ekonomi atau fisik , apakah mereka tidak termasuk orang yang tidak sempurna islamnya? Mari kita lihat terlebih dahulu hadist tentang bangunan Islam ini sebelum kepada pembahasan lima perkara tersebut yang diriwatkan oleh Bukhori Muslim dari Ibnu Umar.

حديث ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: بُنِيَ الإِسْلامُ عَلى خَمْسٍ: شَهادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقامِ الصَّلاةِ وَإِيتاءَ الزَّكاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Artinya : Ibn Umar r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Islam didirikan di atas lima:  1.  Percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. 2.  Mendirikan shalat. 3.  Mengeluarkan zakat. 4.  Hajji ke baitullah jika kuat perjalanannya. 5.  Puasa bulan Ramadhan. (Bukhari, Muslim)
Dari hadist ini jelas sekali bahwa bangunan islam itu terdiri dari lima komponen utama yaitu :
1.      Membaca dan meyakini bahawa  tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat ini dekenal dengan sebutan dua kaliamt syahadat atau dua pernyataan kesyaksian diri akan keesaan Allah swt (syahadat Tauhid ) dan kesaksian bahawa Nabi Muhammad saw adalah sebagai utusannya yang terakhir dan tidak ada rasul setelahnya(shadat Rasul)
Hukum Membaca dua kalamat syahadat adalah wajib dan merupakan landasan utama keislaman seseorang dan sebagai pijakan diterimanya semua ibadah dan amal shaleh, karena itu sebanyak apapun ibadah atau perbuatan yang diniatkan untuk ibadah apabila tanpa dilandasi dengan pengikraran akan dua kalimat syahadat dalam penilaian Allah swt tidak ada pengaruhnya dan tidak akan menolongnya untuk mendapatkan kebahagiaan di syurga kelak.
Qs. At-Taubah (9) : 53-54
قُلْ أَنْفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا لَنْ يُتَقَبَّلَ مِنْكُمْ إِنَّكُمْ كُنْتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
Artinya :
53. Katakanlah: "Nafkahkanlah hartamu baik dengan sukarela atau pun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik." 54. Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.”

Dan Hadis riwayat Musayyab bin Hazn ra., ia berkata:  Ketika Abu Thalib menjelang kematian, Rasulullah saw. datang menemuinya. Ternyata di sana sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah saw. berkata: Wahai pamanku, ucapkanlah: Laa ilaaha illallah, ucapan yang dapat kujadikan saksi terhadapmu di sisi Allah.

Tetapi Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata: Hai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib? Rasulullah saw. terus-menerus menawarkan kalimat tersebut dan mengulang-ulang ucapan itu kepada Abu Thalib, sampai ia mengatakan ucapan terakhir kepada mereka, bahwa ia tetap pada agama Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan: Laa ilaaha illallah.

Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sungguh, demi Allah, aku pasti akan memintakan ampunan buatmu, selama aku tidak dilarang melakukan hal itu untukmu. Kemudian Allah Taala menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat mereka, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahim.

Dan mengenai Abu Thalib, Allah Taala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Shahih Muslim No.35)

Demikian penting dua kalimat syahadat sebagai pondasi diterimanya iman dan islam serta amal sholeh seseorang sehingga dijelaskan dalam hadist tersebut seorang Abu Thalib yang begitu menyayangi dan disayangi nabi Muhammad saw pada saat diakhir hayatnya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat nabi pun tidak diperkenankan memberikan syafaat atau pertolongan kepadanya.

2.      Komponen kedua dalam bangunan islam adalah Mendirikan shalat yang merupakan sarana komunikasi seorang hamba dengan Rabnya minimal lima waktu sehari semalam, shalat juga bentuk ingatnya seorang hamba akan tuhannya (Dzikir) sehingga apabila seorang hamba selalu ingat kepada Allah swt kapan dan dimanpun maka akan menjadikan orang yang bersangkutan untuk selalu berhati-hati dalam berbicara, bersikap atau bertindak karena merasa selalu dalam pengawaaan Allah swt maka jadilah ia tercegah dari perbuatan keji dan Munkar Qs. AL-Ankabut (29) : 45
 اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Demikian pentingnya sholat dalam bangunan islam orang-yang sholatnya lalai tergolang sebagai pendusta agama dan orang yang malas dalam shalatnya termasuk orang munafiq.
Qs. Al-Maun (107) : 5
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
Qs. Al-Nisa (4) :142
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

3.      Komponen Bangunan Islam yang ke tiga adalah  Puasa dibulan Ramadan karena merupakan dinding yang akan melindungi dan menjaga penghuninya dari bagai gangguan yang datang dari luar seperti itulah puasa menjaga dan melindungi seorang shaimin dari prilaku tidak terpuji yang dapat merusak keimanannya kepada Allah swt  bahkan dari perkataannya pun harus terkendali sebagai mana hasist NAbi Muhammad saw
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائمٌ، مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Artinya :  Abuhurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Puasa itu bagaikan perisai (dinding), maka jangan berkata keji (rayuan) atau berlaku masa bodoh (menjerit-jerit) dsb. Dan jika ada orang mengajak berkelahi atau memaki hendaknya berkata: Aku puasa, aku puasa. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya bau mulut orang yang sedang puasa itu lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi (misik). Dia meninggalkan makan dan minumnya dan syahwatnya karena-Ku, puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi pahalanya, dan biasa tiap hasanat sepuluh kali lipat gandanya. (H.R. Bukhari, Muslim).

4.      Komponen Banguan Islam yang ke empat setelah pondasi dua kalimat shahadat yang kokoh dan tiang penyaga sholat didirikan dengan kuat dan dinding puasapun telah melindunginya maka komponen selanjutnya adalah tempat akses keluar masuk udara, orang, atau perabotan lainnya yang membuat rumah jadi sehat dan indah adalah zakat sebagi sarana bersih-bersih, keseimbangan serta  menyuburkan dan mengembangkan harta dengan baik. Allah saw berfirman Qs. Al-Baqarah (2) : 261
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Demikian besar pahala bagi orang yang mengeluarkan inafaq wajib (zakat ) dan infaq sunnah lainnya dijalan Allah swt bahakan nabi menjelaskan harta itu akan selalu bertambah dan bertambah, dan demikian pula sebaliknya bila dia mengingkari zakat ancamnya juga besar sebagaimana dalam hadist berikut ini
حديث أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه، قَالَ: انْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ أَوْ وَالَّذِي لاَ إِلهَ غَيْرُهُ أَوْ كَمَا حَلَفَ مَا مِنْ رَجُلٍ تَكُونُ لَهُ إِبِلٌ أَوْ بَقَرٌ أَوْ غَنَمٌ لاَ يُؤَدِّي حَقَّهَا إِلاَّ أُتِيَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْظَمَ مَا تَكُونُ وَأَسْمَنهُ، تَطَؤُهُ بِأَخْفَافِهَا، وَتَنْطَحُهُ بِقُرُونِهَا، كُلَّمَا جَازَتْ أُخْرَاهَا رُدَّتْ عَلَيْهِ أُولاَهَا، حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ

Abu Dzar r.a. berkata: Saya datang kepada Nabi saw. sedang Nabi saw. bersabda: Demi Allah yang jiwaku ada di tangan­nya, atau: Demi Aiiah yang tiada Tuhan kecuali Dia, tiada seorang yang memiliki onta, lembu atau kambing lalu tidak menunaikan kewajiban zakatnya melainkan didatangkan pada hari qiyamat sebes,. segemuk biasanya, ialu menginjak-injak pemiliknya dan menanduk dengan tanduknya, tiap sudah selesai yang terakhir diulang oleh yang pertama, sehingga selesai putusan orang-orang, ialu ditentukan ke sorga atau neraka. (H.r. Bukhari, Muslim).
5. dan sebagai penyempurna keislam seseorang adalah menunaikan ibadah haji kebaitullah bila memiliki kemampuan fisik dan ekonomi bila tidak dikerjakan hingga akhir hayatnya sementara ddi berikan kemampuan oleh Allah swt untuk menunaikannya maka boleh memilih baginya akan mati dalam keadaan yahudi atau Nasrani.
Nabi Muhammad saw bersabda : “Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan (biaya perjalanan) yang dapat menyampaikannya ke Baitillahil haram dan tidak menunaikan (ibadah) haji maka tidak mengapa baginya wafat sebagai orang Yahudi atau Nasrani. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Sedangkan Balasan haji mabrur adalah:
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Artinya : Abuhurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Dan umrah pertama hingga umrah kedua menjadi penebus dosa yang terjadi-di antara keduanya, sedang hajji yang mabrur itu tidak ada balasannya kecuali sorga. (Bukhari, Mushm). Umrah kedua menebus dosa yang terjadi sejak umrah pertama (sesudah umrah pertama).

Sedangkan bagi orang – orang yang tidak mampu melakukan ibadah haji maka tentu akan mengalami kesulitan untuk dapat menyempurnakan ibadah ini bagaimana solusinya mari kita simak hadist berikut Nabi saw bersabda : “Pokok segala urusan ialah Al Islam dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya (atapnya) adalah berjihad. (HR. Tirmidzi)
Dengan demikian bagi mereka yang tidak mampu untuk menunaikan ibadah haji yang dibutuhkan agar bangunan islamnya sempurna dan kokoh maka tidak lain adalah dengan berjihad yaitu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah swt dengan hati yang ikhlas dan cara yang benar. Wawlohu a’lam bi showab.