Arti dan Cara melakukan
Amar Ma’ruf nahi munkar sesuai tuntunan Al-Qur’an dan sunah
Arti Amar Ma’ruf
dan nahi Munkar
|
arti dan cara ber amar ma'ruf nahi munkar |
Amar Ma’ruf artinya menyeru manusia dan
meberi contoh untuk melakukan kebaikan sedangkan Nahi Munkar artinya mencegah
manusia atau diri sendiri untuk melakukan perbuatan buruk atau dosa,
amar ma’ruf dan nahi mungkar kedudukannya
sangat penting namun, amar ma’ruf diletakan di awal, karena biasanya, orang
yang berbuat kebaikan enggan untuk melakukan keburukan,
walaupun ada saja orang yang mau berbuat
baik tapi mau juga mengerjakan yang buruk karena dorongan hawa nafsu atau
karena kejahilannya.
Allah SWT berfirman :
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah ....” (Qs. Ali Imron(3) : 110)
Ruang lingkup Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
Amar
Ma’ruf
dan Nahi Munkar memiliki ruang
lingkup/cakupan yang sangat luas. Ma’ruf
meliputi seluruh perbuatan baik, sedangkan Munkar mencakup seluruh perbuatan
buruk.
Dalam
ajaran Islam perbuatan Ma’ruf antara lain: mengamalkan rukun islam, jujur, sabar,
membantu orang yang membutuhkan, infak, silaturahmi, menghormati orang tua,
terutama ayah dan ibu, menuntut ilmu, menjaga hak sesama, menjaga hijab dan
lainnya.
Adapun
perbuatan munkar antara lain: bohong, dengki, takabur, nifak, mengadu
domba, berbuat zalim, menyuap dan lain-lain.
Dalam
pandangan Islam, menyeru kepada kebenaran dan menegakkannya, menafkahkan harta
di jalan Allah swt, dan berjuang melawan kezaliman merupakan perbuatan penting
yang ditekankan dalam Nahi Munkar.
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
Artinya : “Mereka beriman
kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”( Qs.Ali Imron(3) : 114)
Cara dan
Tahapan Amar ma’ruf dan nahi Munkar
Dari
Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa di antara engkau semua melihat
sesuatu kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya,
jikalau tidak dapat ( dengan
atau kekuasaannya), maka dengan lisannya (dengan jalan menasihati orang yang
melakukan kemungkaran tadi )-dan jikalau tidak dapat juga (dengan lisannya),
maka dengan hatinya (maksudnya
hatinya mengingkari serta tidak menyetujui perbuatan itu). Yang
sedemikian itu (yakni dengan hati saja)
adalah selemah-lemahnya keimanan." (HR. Muslim)
Kemungkaran
jika didiamkan merajalela maka akan dianggap biasa dan merusak sendi-sendi
kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama serta generasi sesudahnya
karena kemungkaran atau
perbuatan maksiat sangat mendukung hawa nafsu untuk mengikutinya
sehingga digemari dan mudah diikuti, untuk itu bila kuasa harus diperingatkan
dengan perbuatan agar terhenti kemungkaran tadi seketika itu juga.
Bila
tidak sanggup, maka dengan Iisan (dengan nasihat peringatan atau perkataan yang
sopan-santun),sekalipun ini agak lambat berubahnya.
Tetapi kalau masih juga tidak
sanggup, maka cukuplah bahawa hati kita tidak ikut-ikut menyetujui adanya
kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu tanda bahawa iman kita sangat
lemah sekali.
Kerana
dengan hati itu hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, sedang dengan
perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat untuk kita dan masyarakat umum,
hingga kemungkaran itu tidak terus menjadi-jadi.
Keutamaan Amar Ma’ruf nahi Munkar
Dari Abu Hurairah ra., Bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mengajak kepada suatu kebaikan, maka ia
mendapat pahala seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi
sedikitpun pahala-pahala mereka.
Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa
seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun dosa-dosa
mereka.” (H.R. Muslim)
Ancaman amar ma’ruf nahi munkar
Abu Zaid Usamah bin Haritsah ra., berkata:
“Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Pada hari kiamat kelak ada seseorang yang
digiring lantas dilemparkan ke dalam neraka, seluruh isi perutnya keluar lalu
berputar-putar seperti berputar-putarnya keledai di kincir,
kemudian seluruh penghuni neraka berkumpul mengerumuninya, lantas menegur:
“Wahai Fulan, apa yang terjadi padamu, apakah kamu tidak beramar ma’ruf dan
nahi munkar?”
Ia menjawab: “Ya saya menganjurkan kebaikan tetapi saya
sendiri tidak menjalankannya, dan saya melarang kemunkaran tetapi saya sendiri
malah mengerjakannya.” (H.R. Bukhari & Muslim).
Contoh Amar Ma’ruf nahi munkar
Sekelompok Yahudi datang lalu mereka berkata, “As-samu ‘alaikum,
wahai Muhammad! (Mereka maksudkan doa kematian).” ‘Aisyah mendengar ucapan
mereka, ia pun berkata, “Alaikum as-samu wal la’nah’ (untuk kalian hal yang
serupa dan laknat).”
Dalam
riwayat lain ‘Aisyah berkata, “La’anakumullah wa ghadiba ‘alaikum’ (semoga
laknat dan kemurkaan Allah l atas kalian).”
Rasulullah
bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah
mencintai sikap lemah lembut pada setiap perkara.” ‘Aisyah menjawab,
“Bukankah engkau mendengar apa kata mereka?”
Rasulullah
menjawab, “Tidakkah engkau mendengar apa yang aku katakan kepada mereka?” Yaitu
‘wa ‘alaikum’ (Bagi kalian juga yang semisal). Sesungguhnya doa kita akan
dikabulkan, sedangkan doa mereka tidak. (HR. al-Bukhari)
Lihatlah bagaimana Nabi menampakkan sikap lembut kepada mereka,
padahal mereka Yahudi, dengan harapan mereka mendapat hidayah dan tunduk pada
kebenaran. Lalu, bagaimana kiranya sikap beliau terhadap orang-orang yang
beriman?
Dengan demikian, yang lurus dalam beramar ma’ruf nahi mungkar akan
selalu berusaha untuk menampakkan sikap lembut dan menggunakan
ungkapan-ungkapan yang cocok, kata-kata yang baik, dan nasihat yang bijak di
dalam sebuah majelis, di jalan atau di tempat mana pun.
Metode Amar Ma’ruf nahi Munkar
Allah berfirman:“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, serta berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
(an-Nahl: 125)
Inilah metode yang ditempuh para pendahulu yang saleh (salaf) dalam
beramar ma’ruf nahi mungkar: menampilkan sikap lembut, tenang dibarengi oleh
ilmu, pemahaman terhadap situasi, kondisi, dan amal.
Pertama :Mencegah kemungkaran, yang dikemas dalam bentuk nasihat
dan wejangan serta menanamkan rasa takut kepada Allah .Langkah ini ditujukan
kepada pelaku kemungkaran yang mengetahui hukum syariat terkait dengan
perbuatannya.
Langkah
ini berbeda dengan yang pertama, yang umumnya diterapkan kepada pelaku
kemungkaran yang tidak mengetahui hukum syariat.
Ibaratnya,
langkah kedua ini untuk mengingatkan kembali pelaku akan hukum syariat yang
sudah diketahuinya. misalnya tentang janji Allah bagi orang-orang yang taat kepada-Nya dengan
metode yang hikmah dan arahan yang baik.
Allah
berfirman: “Dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang
beriman.” (adz-Dzariyat: 55)
Kedua :Teguran yang keras. Langkah ini ditempuh ketika pelaku
kemungkaran tidak jera dengan metode/langkah sebelumnya. Terapkan teguran yang
keras dengan memerhatikan etika dan kaidah syar’i,
tidak
menyampaikan sesuatu melainkan dengan jujur, dan tidak melebar kesana-kemari
jika tidak perlu. Nabi Ibrahim as, sebagai bapak para nabi menempuh langkah
ini,
seperti
firman Allah:“(Ibrahim berkata), ‘Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah
selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?’.” (al-Anbiya: 67)
Ketiga : Ancaman
dan menakut-nakuti. Langkah terakhir yang bisa ditempuh dalam melakukan
pengingkaran kemungkaran dengan lisan.
Caranya,
menyampaikan kepada pelaku kemungkaran, “Kalau engkau tidak menghentikan perbuatanmu,
aku akan bertindak!” atau “Aku akan melaporkanmu kepada pihak berwajib agar
menghukum dan memenjarakanmu.”
Tetapi,
ancaman yang disampaikan harus benar-benar wajar dan masuk akal, supaya si
pelaku mempercayai ancaman dan tindakan yang akan diambil oleh pihak yang
mengingkarinya.
Mengingkari dengan Hati, yaitu bagi seorang mukmin yang tidak
memiliki kemampuan untuk mengingkari dengan tangan dan lisannya. Tidak ada
jalan lain bagi siapa yang keadaannya demikian,
selain
membenci dan menampakkan ketidaksukaan kepada kemungkaran dan pelakunya dengan
hatinya dan Allah Maha Mengetahui hal tersebut.
Kewajiban ini tidak bisa gugur dari seorang mukmin, siapa pun dia, karena tidak
ada halangan apa pun yang mencegahnya. Tidak ada lagi cara lain untuk mengingkari
kemungkaran. Bahkan, pengingkaran dengan hati adalah akhir batas keimanan.
Tujuan Amar Maruf dan Nahi Munkar dalam Islam adalah menghidupkan
perbuatan baik di tengah masyarakat dan memberantas keburukannya, sehingga
masyarakat bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Terkait hal ini, Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 71 berfirman,
"Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Al-Quran juga menegaskan bahwa tujuan diutusnya seluruh Nabi dan
Rasul adalah melaksanakan Amar Maruf dan Nahi Munkar.
Firman
Allah swt dalam surat An-Nahl ayat 36 “Dan sungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",
maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Q s. An-Nahl ayat 36)
Salah satu dalil diutusnya para Nabi oleh Allah swt adalah melawan
para perusak dan menegakkan keadilan. Dan Orang-orang yang bertakwa tidak akan
pernah diam selama masih terjadi perbuatan keburukan dalam masyarakat dan
keadilan belum terwujud.
Demikan
sekilas tentang arti dan cara melakukan Amar Ma’ruf nahi munkar sesuai
tuntunan Al-Qur’an dan sunah semoga bermanfaat dan dapat diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari amin.