Iklan

Thursday, 20 July 2017

Amal yang pahalanya seperti ibadah haji



Lima amalan ibadah yang mudah memiliki nilai pahala seperti ibadah haji


Amal yang pahalanya seperti ibadah haji
Ibadah haji merupakan  rukun islam kelima yang wajib dikerjakan oleh umat islam yang mampu menjalankannya baik itu biaya, kesehatan maupun keamanan diperjalanan bila telah mampu namun dengan sengaja menunda-nunda hingga meninggal dunia maka matinya orang tersebut dalam keadaan Yahudi atau Nasrani

Sementara bagi yang belum memiliki kemampuan tidak diwajibkan  menjalankannya melainkan harus ada niat dalam hati bila Allah swt memberikan kemampuan akan menunaikannya. dan sebelum hajinya terlaksana maka sangat baik bila mengamalkan amalan ibadah yang nilai pahalanya seperti orang yang pergi haji ke Baitullah di Mekah.

1. Menghadiri Majlis Ilmu di Masjid

Menuntut ilmu merupakan kewajiaban baik muslimin maupun muslimat (laki-laki atau perempuan) karena dengan ilmu kita akan dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah  serta akan dapat berbagai macam kemuduhan  baik urusan dunia maupun akhirat, demikan besar manfaat  menuntut ilmu sampai-sampai nabi Muhammad saw menjelaskan:
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

2. Membaca Tasbih, Tahmid dan Takbir tiap selesai shalat

Dimasa Rasul para sahabat yang miskin mengadu karena  mereka tidak bisa bershodaqoh, berjihad  atau berhaji sebagaimana yang dilakukan oleh orang kaya maka rasul mengajari mereka tiga kalimat yang nilai pahalanya seprti orang yang bersodaqoh, berjihad atau berhaji yaitu Tasbih (subhanallah), tahmid  (al hamdulillah) dan takbir (Allahu Akbar)  setiap selesai shalat masing masing 33 X (Hr. Bukhori)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.

Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 843).

3. Sholat lima waktu berjam'ah di Masjid

Sholat lima waktu  bagi laki-laki sangat di anjurkan untuk dilaksanakan  secara berjamaah di masjid  kecuali ada halangan  seperti sakit atau hujan lebat, dalam hadist riwayat Tabrani dijelaskan bahwa "siapa  yang berjalan ke masjid untuk shalat wajib maka pahalanya seperti haji dan siapa yang sholat sunah maka seperti umroh yang sunah".

Dalam hadits lainnya, dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ

Artinya : “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih).” (HR. Abu Daud, no. 558; Ahmad, 5: 268. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

4. Menjalankan Shalat Isyraq di Masjid

 Shalat isyrak adalah sholat yang dikerjakan ketika matahari telah  terbit dengan cahaya yang  jelas dengan warna merah telah hilang , sholat ini dilakukan dengan cara setelah sholat subuh tidak pulang dulu  melaikan  tetap di dalam Masjid berzikir atau  tadarus  sampai datangnya waktu Isyraq  baru kemudian sholat, pahala yang dijanjikan rasul dalam hadis yang diriwayatkan Thabrani dari Abu umamah seperti orang yang haji atau umroh yang sempurna.

Dalilnya adalah dari hadits dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat Sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 469 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi atau shahih dilihat dari jalur lainnya)

5. Berbakti kepada  kedua orang tua

Dari anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda "bertaqwalah kepada Allah dengan berbuat baik pada ibumu, jika engkau berbuat baik kepadanya maka statusnya adalah seperti berhaji, berumroh dan berjihad" (Hr.Tabrani),  hadis ini merupakan jawaban nabi kepada seseorang yang ingin berjihad namun masih mempunyai ibu yang lebih membutuhkan keberadaannya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ ، قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ : أُمِّي ، قَالَ : فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ ، وَمُعْتَمِرٌ ، وَمُجَاهِدٌ ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا

“Ada seseorang yang mendatangi Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup.

Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 5/234/4463 dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman 6/179/7835.

baca : macam-macam sifat mental manusia dalam beribadah

itulah  lima amalan ibadah yang memiliki nilai pahala seperti ibadah haji, semoga manfaat.

sumber : 

rumaysho.com

Golongan yang akan masuk Neraka



10 Golongan yang akan masuk Neraka dan tidak akan Masuk Surga

10 golongan yang akan masuk neraka
Dosa adalah perbuatan buruk menurut syariat agama dan tidak pantas berdasarkan moral manusia sehingga pelakunya akan diganjar dengan siksa didunia juga diakhirat kelak, berikut ini ada sebuah hadist yang menjelaskan tentang 10 golongan yang tidak akan masuk surga yaitu :

Ibnu Abas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ada sepuluh golongan dari umatku yang tidak akan masuk surga, kecuali bagi yang bertobat. Mereka itu adalah : al-qalla’, al-jayyuf,  al-qattat,  ad-daibub,  ad-dayyus, shahibul arthabah,  shahibul qubah,  al-’utul, az-zanim, dan  al-’aq li walidaih.

1. Selanjutnya Rasulullah saw. ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah al-qalla’ itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mondar-mandir kepada penguasa untuk memberikan laporan batil dan palsu.

2. Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-jayyuf itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka menggali kuburan untuk mencuri kain kafan dan sebagainya.

3. Beliau ditanya lagi, “Siapakah al-qattat itu?” Beliau menjawab, “Orang yang suka mengadu domba.

4. Beliau ditanya, “Siapakah ad-daibub itu?” Beliau menjawab, “Germo.(penyedia pelacur untuk dijual)”

5. Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah ad-dayyus itu?” Beliau menjawab, “Dayyus adalah laki-laki yang tidak punya rasa cemburu terhadap istrinya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.

6. Rasulullah saw. ditanya lagi, “Siapakah shahibul arthabah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang besar.

7.Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah shahibul qubah itu?” Beliau menjawab, “Penabuh gendang kecil.

8. Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah al-’utul itu?” Beliau menjawab, “Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf atas dosa yang dilakukannya, dan tidak mau menerima alasan orang lain.

9. Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah az-zanim itu?” Beliau menjawab, “Orang yang dilahirkan dari hasil perzinaan yang suka duduk-duduk di tepi jalan guna menggunjing orang lain.

10. Adapun al-’aq, kalian sudah tahu semua maksudnya (yakni orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya).

Mu’adz bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, bagaimana pandangan engkau tentang ayat ini:
يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا
 Artinya : “ yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kalian datang berkelompok-kelompok?” (Qs. An-Naba (78)’: 18)

“Wahai Mu’adz, engkau bertanya tentang sesuatu yang besar,” jawab Rasulullah saw. Kedua mata beliau yang mulia pun mencucurkan air mata. Beliau melanjutkan sabdanya.

Ada sepuluh golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan mereka dari Jama’ah kaum muslimin dan akan menampakkan bentuk rupa mereka (sesuai dengan amaliyahnya di dunia). Di antara mereka 

1.    ada yang berwujud kera;
2.    ada yang berwujud babi;
3.    ada yang berjalan berjungkir-balik dengan muka terseret-seret;
4.    ada yang buta kedua matanya,
5.    ada yang tuli, bisu, lagi tidak tahu apa-apa;
6.    ada yang memamah lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada dan mengalir nanah dari mulutnya sehingga jama’ah kaum muslimin merasa amat jijik terhadapnya;
7.    ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong;
8.    ada yang disalib di atas batangan besi panas;
9.      ada yang aroma tubuhnya lebih busuk daripada bangkai;
10.  dan ada yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih.”

Mereka yang berwajah kera
adalah orang-orang yang ketika di dunia suka mengadu domba di antara manusia. Yang berwujud babi adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan barang haram dan bekerja dengan cara yang haram, seperti cukai dan uang suap.”

Yang berjalan jungkir-balik
adalah mereka yang ketika di dunia gemar memakan riba. Yang buta adalah orang-orang yang ketika di dunia suka berbuat zhalim dalam memutuskan hukum. Yang tuli dan bisu adalah orang-orang yang ketika di dunia suka ujub (menyombongkan diri) dengan amalnya.”

Yang memamah lidahnya
adalah ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak-belakang dengan amal perbuatannya. Yang terpotong tangan dan kakinya adalah orang-orang yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.”

Yang disalib di batangan besi panas
adalah orang yang suka mengadukan orang lain kepada penguasa dengan pengaduan batil dan palsu.

Yang tubuhnya berbau busuk melebihi bangkai
adalah orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti semua syahwat dan kemauan mereka tanpa mau menunaikan hak Allah yang ada pada harta mereka.

Adapun orang yang berselimutkan kain yang dicelup aspal mendidih
adalah orang yang suka takabur dan membanggakan diri.” (HR. Qurthubi)

Pertanyaannya, adakah kita termasuk di antara daftar orang  yang dipaparkan Rasulullah saw. Sebagai orang yang tidak akan masuk surga di atas? Mari muhasabah dan Bertobat sebelum terlambat  agar selamat dunia akhirat. walalluhu a'lam bissowab


Monday, 17 July 2017

Sifat Istiqomah dan Ikhlas dalam iman dan Islam


Gambar : soniahalliday.com  
Iman artinya percaya dengan sepenuh hati tiada keraguan sedikitpun dan tidak akan pernah berubah baik dengan rayuan atau bujukan harta yang banyak , kedudukan tinggi, pasangan hidup yang memikat maupun  ujian hidup yang berat lainnya seperti intimidasi, tindak kekerasan, penyiksaan bahkan kematiantidak akan dapat merubah keimanannya karena orang yang ikhlas beriman kepada Allah SWT akan siap menerima cobaan dan resiko sebesar apapun walau harus mengorbankan harta, jiwa dan raganya.

Ketika pemimpin kaum kafir Qurais mulai mencemaskan perkembangan islam di Mekah yang nampaknya mulai terlihat tanda-tandanya, mereka para tokoh seperti Abu jahal, Abu Sofyan, dan yang lainnya datang menghadap Abu thalib agar menyampaian pesan kepada keponakannya yakni Muhammad SAW untuk menghentikan kegiatan dakwah dan penyebaran ajaran islam, dan sebagai konpensasi mereka telah menyiapkan harta yang banyak, wanita-wanita yang cantik dan mengangkatnya menjadi raja dengan syarat nabi Muhammad SAW menghentikan dakwanya dan tidak meneruskan penyebaran agama islam.

Untuk orang yang lemah imannya atau pecinta dunia tawaran ini tentu sangat menggiurkan karena memang inilah yang selama ini mereka kejar dan cari, tidak penting jalan halal atau haram, mengorbankan kehormatan atau tidak, menukar keyakinan atau tidak bila ditawari harta yang banyak, wanita yang cantik (untuk kaum pria) atau pria yang tampan (untuk kaum wanita) ditambahlah lagi jabatan yang tinggi tentu tidak ada alasan untuk menolaknya dan akan sangat senang menerimannya, namun tidak demikian bagi orang yang mempunyai keimanan yang ikhlas dan mantap semua itu tidak akan ada artinya dibandingkan dengan imannya tersebut.

Maka ketika nabi Muhammad SAW mendengar permintaan kaum Quraisy yang disampaikan pamannya Abu Tholib kepadannya dengan tegas tanpa ada keraguan sedikitpun namun dengan cara yang santun beliau menjawab “Wahai pamanku seandainya mereka mampu meletakan bulan di tangan kananku dan matahari ditangan kiriku agar aku menghentikan dakwahku niscaya aku tidak akan berhenti sehingga islam ini jaya atau aku binasa karenanya”.         

Tidak sekedar bujukan halus berupa fasilitas kenikmatan hidup yang ditawarkan untuk menguji keihlasan iman seseorang , tidak jarang pula imanpun mendapat ujian berupa tekanan dan ancaman fisik sampai pada kematian atau pembunuhan  hal ini bisa kita lihat ujian keimanan dari beberapa tukang sihir raja Fir’aun yang beriman kepada Allah SWT tatkala mereka mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, kisahnya demikian :

Sifat istiqomah keimanan Tukang sihir Fir’an

Fir’aun memilih tukang-tukang  sihir terbaik diMesir untuk menghadapi Nabi Musa as yang diberikan mujuzat oleh Allah SWT dan menjanjikan kepada mereka harta yang banyak  dan kedudukan yang tinggi bila dapat mengalahkan nabi Musa, maka tatkala hari yang ditentukan telah tiba, para tukang sihir dan nabi Musa berhadapan terjadilah dialog antara penyihir dengan nabi Musa as sebagai mana tercantum dalam Qs.Thoha (20) ayat 65- 69

65). “(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"

66). Berkata Musa: "Silakan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.

67). Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68). Kami berkata: "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).

69). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".

Ketika tukang sihir melihat kebenaran yang nyata bahwa tali-tali yang mereka lemparkan itu terlihat oleh orang lain seperti ular-ular kecil padahal hakikatnya tidak demikian dan melihat tongkat yang dilemparkan nabi Musa benar-benar berubah menjadi ular yang sesungguhnya dengan izin Allah SWT, tanpa ragu sedikitpun mereka beriman kepada Allah dan rasulnya Qs. Thoha(20) ayat 70

فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى

Artinya : Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".

          Melihat tukang-tukang sihir yang bersujud dan menyatakan keislamannya ini fir’aun sangat murka dan menuduh mereka telah melakukan konspirasi untuk menjatuhkan kekuasaannya Qs. Thoha(20) ayat 71- 73

71). Berkata Firaun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".

72). Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.

73). Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)"

Tukang sihir yang semula bermaksud ingin mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi disisi Fir’aun akhirnya dengan ikhlas merubah haluan dengan memilih beriman kepada Allah dengan segala konsekwensinnya dan merekapun harus rela menerima hukuman dan siksaan dari Fir’aun berupa potong kaki dan tangan bersebelahan serta tiang salib sebagai akibat mempertahankan hidayah keimanan yang telah diperolehnya, mereka telah melihat kebenaran dan memilih mengikutinya untuk meraih kebahagian yang kekal disisi Allah dan meninggalkan kesenangan semu di dunia yang fana.