Iklan

Saturday, 10 February 2018

Kisah Juraiz bayi luar nikah bisa bicara



Kisah JURAIZ  MasyaAllah! Bayi Hasil Hubungan Luar Nikah Dapat Bicara Dengan Fasih

Gambar Kisah Juraiz bayi bisa bicara   martygabler.com
 
Pada umumnya bayi baru bisa berbicara ketika telah berusia setahun namun peristiwa ini sangat langka faktanya bayi ini baru beberapa hari lahir sudah mampu berbicara dengan jelas, apa sebabnya

adalah seorang wanita yang baru melahirkan anaknya datang kepada penguasa meminta agar pemuda yang bernama juraiz mau mengakui dan bertangungjawab atas bayi yang telah dilahirkannya tersebut, namun sesampai dikediaman juraiz dia tidak mengakui bahwa anak yang dibawa wanita tersebut adalah hasil perbutannya.

sehingga warga tersulut emosi dan menghancurkan rumah yang merupakan tempat ibadahnya, sementara Juraiz sendiri dibawa ketempat penguasa untuk diadili dan mendapat hukuman.


sesampainya ditempat penguasa(raja)  juraiz di konfrontasi dengan wanita yang baru melahirkan bayi tersebut, Raja bertanya kepada wanita  "hasil dari hubungan dengan siapa anak ini? " wanita itu menjawab "Juraiz" , kemudian raja bertanya kepada Juraiz "siapa ini menurutmu?"   Juraiz balik bertanya  "siapa yang kau maksudkan?",

"wanita ini mengaku bahwa bayi ini adalah hasil berhungan denan Mu",  "bawa kemari bayi itu" sahut juraiz. kemudian bayi itu ditanya oleh Juraiz " ya Ghulam, Qul man Abuka  (wahai bayi laki-laki katakan siapa bapakmu)?" dengan izin Allah bayi yang masih merah itu menjawab, " bapak saya adalah  penggembala sapi?"

 
Mendengar jawaban bayi tersebut raja memerintahkan untuk membanun kembali  rumah dan sekaligus tempat ibadahnya Juraiz,, bahkan raja menawarkan agar rumahnya dibangun dengan bahan emas  atau perak namun karena Zuhudnya, dia hanya meminta agar rumahnya dibangun seperti semula.

 
peristiwa ini dilatarbelakangi oleh kekesalan  sang ibu yang memanggilnya sebanyak tiga kali  pada saat dia sedang sholat sunah tidak menjawabnya kemudian ibunya berkata dalam nada do'a "semoga Allah tidak mewafatkanmu sampai Allah mempertontonkan wajahmu dihadapan para pelacur".  

bila orang sedang sholat sunah  saja demikan mustajab sumpah ibu, bagaimana bila kondisi sedang senggang?


Kisah yang bisa diambil pelajaran akan ampuhnya do’a jelek seorang ibu pada anaknya, yaitu kisah Juraij.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). 

Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).

(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. 

 Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan,

 Ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.
Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. 

Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij”, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.” Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. 

Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.
Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” 

Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi.”

Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.” Raja lalu bertanya, “

Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”
(Disebutkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod)

Pelajaran dari Kisah Juraij
 
1- Hadits ini menunjukkan keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah. Seandainya Juraij seorang alim (yang berilmu), maka tentu ia akan lebih memilih untuk menjawab panggilan ibunya dibanding melanjutkan shalat. Baca artikel: Keutamaan Belajar Islam.

2- Seorang anak harus berhati-hati dengan kemarahan orang tuanya. Karena jika ia sampai membuat orang tua marah dan orang tua mendoakan jelek, maka itu adalah do’a yang mudah diijabahi. Lihat kisah Juraij di atas, ia tahu akan hal itu, sehingga membuatnya tersenyum.

3- Bukti do’a jelek dari ibu terkabul karena Juraij akhirnya dipertontonkan di hadapan wanita pelacur sebagaimana do’a ibunya.

4- Juraij menunjukkan sikap yang benar ketika menghadapi masalah yaitu harus yakin akan pertolongan Allah.

6- Zuhudnya Juraij karena hanya meminta tempat ibadahnya dibangun seperti sedia kala. Ia tidak minta diganti dengan emas atau perak.
7- Ketika musibah menimpa, barulah orang ingat akan dosa, ada juga yang mengingat akan do’a jelek yang menimpa dirinya seperti dalam kisah Juraij ini.

8- Bakti pada orang tua adalah wajib, termasuk di antaranya adalah memenuhi panggilannya. Sedangkan shalat sunnah hukumnya sunnah, artinya berada di bawah bakti pada ortu.

9- Do’a ibu Juraij tidak berlebihan yaitu tidak sampai mendoakan Juraij terjerumus dalam perbuatan keji (zina). Ia hanya do’akan agar Juraij dipertontonkan di hadapan para pelacur, tidak lebih dari itu.

10- Tawakkal dan keyakinan yang tinggi pada Allah akan membuat seseorang keluar dari musibah.

11- Jika ada dua perkara yang sama-sama penting bertabrakan, maka dahulukan perkara yang paling penting. Seperti ketika bertabrakan antara memenuhi panggilan ibu ataukah shalat sunnah, maka jawabnya, memenuhi panggilan ibu.

12- Allah selalu memberikan jalan keluar (jalan kemudahan) bagi para wali-Nya dalam kesulitan mereka. Baca pula artikel: 1 Kesulitan Mustahil Mengalahkan 2 Kemudahan.

13- Hadits ini menunjukkan adanya karomah wali, berbeda halnya dengan Mu’tazilah yang menolak adanya karomah tersebut.

Sumber : www rumaysho.com




Paman Rasul saw yang divonis masuk neraka



Naudzu billah paman Rasul saw satu ini divonis masuk neraka (abu lahab)

 



Pada saat manusia kembali kepada Allah swt, semua akan diminta tanggung jawab atas amanah dan fasilitas yang   telah diterimanya dalam kehidupan duniia ini, tidak ada seorang pun yang akan luput dari pengadilan Allah swt, sebagamana ketika manusia dilahirkn seorang diri seperti itu pula manusia akan bertanggung jawab atas segala amal perbuatannya, tanpa pandang apakah dia pejabat atau rakyat, kaya atau miskin, dihormati atau diremehkan bahkan keturunan dan nasab sekalipun tidak akan ada artinya  walaupun kerabat dari Rasulullah saw tidak ada jaminan akan  mendapatkan kenikmatan dan  surganya.




Dilansir dari tafsir Ibnu Kasir surat Al-Lahab, bahwa salah seorang paman Nabi saw  yang sangat menyukai ahlaq Nabi saw sebelum diangkat menjadi  Rasul, menjadikan kedua putri Rasul yang bernama Ruqayah dan Umu kulsum  dinikahkan dengan kedua putranya yang bernama Utbah dan Utaibah, hingga jadilah dia  semakin erat hubungannya dengan nabi saw, selain sebagai paman dan keponakan juga menjadi besan, namun siapa sangka setelah Nabi saw di angkat Allah  swt sebagia  Rasulnya yang mengajarkan manusia untuk menyembah Allah swt yang esa, justru dia menjadi  penentang utama yang sangat membenci Rasul dan memerintahkan kepada kedua anaknya untuk  menceraikan putri rasul semuanya.


Tidak berhenti sampai disini, bahkan suatu ketika Rasul mengumpulkan kaum  Quraish untuk  mengajak mereka masuk islam menyembah Allah meninggalkan berhala, dengan lantang Abu Lahab bin Abdul Muthalib adik dari Abdullah bin Abdul Muthalib ayah Nabi saw menghardik dan mengacungkan telunjuk kearah nabi dengan penuh amarah, namun nabi tidak menanggapinya, justru Allah swt yang memvonisnya bahwa dia akan celaka dan  masuk neraka sebagaimana firmannya :


Allah Ta’ala berfirman,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
 


 "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.  Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”, (QS. Al Lahab: 1-5)


Setelah turun  surat ini, terbukti Abu lahab yang  nama aslinya Abdul 'Uzza bin  Abdul Muthalib, makin membenci nabi saw dan selalu berusaha keras untuk  menghalangi dakwah Nabi saw, dengan dibantu istrinya yang bernama Umu Jamil, mereka bahu membahu berusaha keras untuk mencelakakan Nabi saw,  baik  dengan hasutan, celaan maupun tindakan fisik dengan menebar duri dan kotoran di rumah dan tempat yang biasa dilalui Nabi saw sampai tiba saatnya hijrah ke Madinah.


Namun segala upaya yang  dilakukannya tidak melemahkan semangat nabi untuk terus berjuang, berdakwah demi tegaknya kalimat tauhid "laa illaha illallah",  tetepi justru semakin kuat dan jaya hingga akhirnya nabi dan kaum muslimin hijrah keMadinah untuk membentuk suatu masyarakat madani yang mengamlkan syariat islam dengan benar, sementara nasib Abu Lahab sendiri sangat mengenaskan karena  setelah kekalahan dari perang Badar Kubro tahun  kedua hijriyah dia meninggal karena sakit koreng yang menjijikan dan bau busuk yang menyengat sehingga putranya  sendiri tidak berani menguburkannya

 


Itulah Abu Lahab paman Rasul yang divonis pasti akan masuk neraka karena menjadi musuh utama yang menghalani dakwa Rasul saw diMekah.