Gambar : soniahalliday.com |
Ketika pemimpin kaum kafir Qurais mulai mencemaskan perkembangan
islam di Mekah yang nampaknya mulai terlihat tanda-tandanya, mereka para tokoh
seperti Abu jahal, Abu Sofyan, dan yang lainnya datang menghadap Abu thalib
agar menyampaian pesan kepada keponakannya yakni Muhammad SAW untuk
menghentikan kegiatan dakwah dan penyebaran ajaran islam, dan sebagai
konpensasi mereka telah menyiapkan harta yang banyak, wanita-wanita yang cantik
dan mengangkatnya menjadi raja dengan syarat nabi Muhammad SAW menghentikan
dakwanya dan tidak meneruskan penyebaran agama islam.
Untuk orang yang lemah imannya atau pecinta dunia tawaran ini tentu
sangat menggiurkan karena memang inilah yang selama ini mereka kejar dan cari,
tidak penting jalan halal atau haram, mengorbankan kehormatan atau tidak,
menukar keyakinan atau tidak bila ditawari harta yang banyak, wanita yang
cantik (untuk kaum pria) atau pria yang tampan (untuk kaum wanita) ditambahlah
lagi jabatan yang tinggi tentu tidak ada alasan untuk menolaknya dan akan
sangat senang menerimannya, namun tidak demikian bagi orang yang mempunyai
keimanan yang ikhlas dan mantap semua itu tidak akan ada artinya dibandingkan
dengan imannya tersebut.
Maka ketika nabi Muhammad SAW mendengar permintaan kaum Quraisy
yang disampaikan pamannya Abu Tholib kepadannya dengan tegas tanpa ada keraguan
sedikitpun namun dengan cara yang santun beliau menjawab “Wahai pamanku seandainya mereka mampu
meletakan bulan di tangan kananku dan matahari ditangan kiriku agar aku
menghentikan dakwahku niscaya aku tidak akan berhenti sehingga islam ini jaya
atau aku binasa karenanya”.
Tidak sekedar bujukan halus berupa fasilitas kenikmatan hidup yang
ditawarkan untuk menguji keihlasan iman seseorang , tidak jarang pula imanpun
mendapat ujian berupa tekanan dan ancaman fisik sampai pada kematian atau
pembunuhan hal ini bisa kita lihat ujian
keimanan dari beberapa tukang sihir raja Fir’aun yang beriman kepada Allah SWT
tatkala mereka mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, kisahnya demikian :
Sifat istiqomah keimanan Tukang sihir Fir’an
Fir’aun memilih tukang-tukang
sihir terbaik diMesir untuk menghadapi Nabi Musa as yang diberikan
mujuzat oleh Allah SWT dan menjanjikan kepada mereka harta yang banyak dan kedudukan yang tinggi bila dapat
mengalahkan nabi Musa, maka tatkala hari yang ditentukan telah tiba, para
tukang sihir dan nabi Musa berhadapan terjadilah dialog antara penyihir dengan
nabi Musa as sebagai mana tercantum dalam Qs.Thoha (20) ayat 65- 69
65). “(Setelah mereka berkumpul) mereka
berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau
kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"
66). Berkata Musa: "Silakan kamu sekalian
melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka,
terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.
67). Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68). Kami berkata: "Janganlah kamu takut,
sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).
69). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka
perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang
tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".
Ketika tukang sihir melihat kebenaran yang nyata bahwa
tali-tali yang mereka lemparkan itu terlihat oleh orang lain seperti ular-ular
kecil padahal hakikatnya tidak demikian dan melihat tongkat yang dilemparkan
nabi Musa benar-benar berubah menjadi ular yang sesungguhnya dengan izin Allah
SWT, tanpa ragu sedikitpun mereka beriman kepada Allah dan rasulnya Qs.
Thoha(20) ayat 70
فَأُلْقِيَ
السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى
Artinya : Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur
dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun
dan Musa".
Melihat
tukang-tukang sihir yang bersujud dan menyatakan keislamannya ini fir’aun
sangat murka dan menuduh mereka telah melakukan konspirasi untuk menjatuhkan
kekuasaannya Qs. Thoha(20) ayat 71- 73
71). Berkata Firaun: "Apakah kamu telah beriman
kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia
adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya
aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara
bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal
pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang
lebih pedih dan lebih kekal siksanya".
72). Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan
mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang
kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah
apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan
pada kehidupan di dunia ini saja.
73). Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami,
agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan
kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(azab-Nya)"
Tukang sihir yang semula bermaksud ingin mendapatkan
harta dan kedudukan yang tinggi disisi Fir’aun akhirnya dengan ikhlas merubah
haluan dengan memilih beriman kepada Allah dengan segala konsekwensinnya dan
merekapun harus rela menerima hukuman dan siksaan dari Fir’aun berupa potong
kaki dan tangan bersebelahan serta tiang salib sebagai akibat mempertahankan hidayah
keimanan yang telah diperolehnya, mereka telah melihat kebenaran dan memilih
mengikutinya untuk meraih kebahagian yang kekal disisi Allah dan meninggalkan
kesenangan semu di dunia yang fana.