Iklan

Thursday 21 September 2017

Cara berbakti kepada orang tua dan kisah Uwais Al-Qorni



Cara berbakti kepada orang tua  dan  Kisah Uwais Al-Qorni  

Cara berbakti kepada orang tua 

Keberadaan manusia, anak cucu keturunan  nabi Adam as dimuka bumi ini tidak terlepas dari keberadaan orang  tua, dan orang tua yang baik niscaya mereka mengharapkan kelahiran anak-anak keturunan yang baik, yang akan meneruskan perjuangan dan cita-citanya. 

Sebab itu mereka akan senang hati menyambut kelahiran, mengurus, menjaga, mendidik dan memenuhi kebutuhan  putra-putrinya,  agar kelak meraka mampu untuk hidup mandiri dan bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya.

Sehebat apapun seorang anak, sesukses apapun dia, setinggi apa pun kedudukan dan jabatannya, sebanyak apapun harta yang  dimilikinya, sepandai apapun kepintarannya  bahkan seluas apapun kekuasaannya tetap saja harus disadari bahwa semua kebaikan dan kemuliaan yang disandangnya saat ini tidak lain adalah karena karunia Allah dengan perantara kedua orang tua yang melaksanakan kewajiban dengan baik dan memenuhi hak anak-anaknya hingga ia lahir dan meraih kesuksesan.   

Karena itu seorang anak memiliki kewajiban tertentu yang harus dilakukan terhadap kedua orang tuanya, bukan untuk membalas budi jasa orang tua melainkan untuk melaksanakan kewajiban yang Allah perintahkan sebagai rasa Syukur telah dikarunia orang tua yang baik, karena sebesar apapun balas jasa anak kepada orang tua tetap tidak akan terbayarkan.

Allah SWT berfirman dalam(Qs.Luqman(31):14)

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Qs.Luqman(31):14)

Apa saja kewajiban anak terhadap orang tua? Setidaknya ada beberapa kewajiban anak terhadap orang tua yang harus dilakukan yaitu:

1. Menjawab Jika dipanggil.
Menjawab panggilan orang tua dengan baik dan kata-kata yang santun adalah kewajiban anak kepada orang tua bila dia memanggilnya. Menjawab panggilan  sepertinya perkara yang  mudah dan dapat dilakukan setiap orang, untuk itu sesibuk apapun kita hendaknya diusahakan untuk dapat menjawab panggilan mereka, 

Karena bisa saja terjadi ketika anak tidak menjawab panggilan orang tuanya, sementara orang  tua tidak mengetahui kondisi anak sedang melakukan apa, dia merasa tidak dihargai yang kemudian keluar kata-kata yang tidak baik dan mendo’akan keburukan, sedangkan kemurkaan orang tua adalah murka ALLAH juga.

2. Mentaati Perintah Orang tua

Mentaati perintah kedua orang tua adalah perintah yang baik dan benar, ketika orang tua memerintahkan untuk berbuat dosa atau maksiat lebih-lebih perintah tersebut untuk mempersekutukan Allah maka kewajiban mentaati mereka tidak dapat dibenarkan sebab ketaatan kepada mahluk tidak boleh dilakukan bila untuk bermaksiat kepada sang Kholiq namun demikian penolakan seorang anak yang diperintahkan tersebut tetap dilakukan dengan cara-cara yang baik dan santun serta dengan menggunakan argumen yang benar.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. Lukman(31) : 15)

3. Berbicara dengan kata-kata yang mulia

Salah satu tanda kesolehan seorang anak adalah ketika berbicara dengan orang tuanya dia mampuh untuk berkata-kata dengan tutur kata yang baik dan mulia, walupun keakraban terjalin begitu dekat, namun tetap dapat memilih dan menggunakan kalimat yang tepat tidak sampai menggunakan kata-kata yang tidak pantas seperti kata-kata kotor, cemooh, cacimaki Bahkan dalam Al-Qur’an Allah SWT melarang seorang anak untuk berkata keras membentak.
 
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Isro (17) : 23)

4. Memberi makan dan pakaian kepada Orang tua

Bagi orang tua yang mampu dan berkecukupan, memberi makan kepada mereka tentulah bukan sesuatu yang sangat diharapkannya, namun sesekali kita membawakan makanan yang gemari dengan gembira dan ikhlas tentu tetap menjadi kebahagiaan, walupun mereka tidak mengharapkan bawaan oleh-oleh karena ia dapat merasakan adanya perhatian dan kasih sayang dari anaknnya, 

Namun  ada kalanya diantara kita mempunyai orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga untuk mencari sesuap nasi pun mereka bekerja keras sementara merasa sungkan / malu meminta uluran dari anaknnya,  padahal mereka sangat membutuhkan pengertian uluran tangan putra-putrinya yang sudah mampu, oleh karena itu sebagai mana mereka lebih mengutamakan anaknya makan daripada dirinya ketika anak-anaknya masih kecil sangat wajar bila anak yang berkecukupan untuk mencukupi kebutuhannya baik makanan maupun pakainnya.

5. Berkhidmat melayani Orang tua 

Seorang yang mempunyai posisi penting di kantor atau dimasyarakat tidak akan berkurang kedudukannya dengan merendahan diri dan berhidmat melayani kepada orang tuannya bahkan  akan menambah kemuliaannya, berkhidmat melayani orang tua dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari bertutur kata yang mulia , menjenguknya bila rumah orang tua jauh namun masih terjangkau atau sekurang-kurangnya menanyakan keadaannya, 

Tidak mendahuluinya ketika jalan bersama, menolongnya dari berbagai kesulitan, tidak melakuan perbuatan yang tidak disukai oleh mereka (bukan perintah Allah dan Rasulnya), mencukupi kebutuhannya bila diberi kemampuan sampai mengobati bila keduanya atau salah satu dari keduannya sakit  adalah bentuk dari kehidmatan anak kepada orang tua. 

6. Mendo’akan  kedua Orangtua 

Kewajiban yang tidak kalah pentingnya yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuannya adalah mendo’akan kebaikan dan ampunan keduannya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, kewajiban ini akan tatap ada selama anak masih diberikan kehidupan oleh Allah SWT minimal setiap kali selesai sholat fardu lima waktu setiap kita berdoa untuk diri kita sendiri jangan sampai lupa untuk mendoakan keduannya. Sebagaiman Allah SWT perintahkan 

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Qs. Al-Isro(17) : 24)

Kita dapat belajar kepada seorang sahabat Rasul yang namanya begitu terkenal dilangit karena telah begitu sungguh- sungguh dan ikhlas berbakti kepada orang tuannya, dia tidak lain adalah Uwais Al Qorni.   

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepada Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. 
Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya sekalipun perintah itu berat dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh memenuhinya dan salah satu permintaan yang berat tersebut adalah keinginan ibu untuk menunaikan ibadah haji.
"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. 
Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu.

Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh. Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. 
Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais untuk menggendong lembu tersebut . Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa perubahan beratnya.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. 
Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua."
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)


Monday 28 August 2017

Doa terlarang dalam Al-Qur’an Hadist



Doa-doa yang terlarang dalam Al-Qur’an dan Hadist untuk dimohonkan


Do'a yang terlarang dalam Qur'an dan hadist
Berdo'a merupakan  ibadah yang diperintahkan Allah swt dalam Qur'an  sehingga siapapun yang berdo'a akan mendapat pahala dan  yang tidak berdo'a termasuk orang-orang sombong, akan tetapi ada beberapa do'a  yang dilarang untuk dikerjakan diantaranya :

1. Berdo'a hanya meminta kebaikan dunia saja

Hidup didunia ini merupakan ibadah karena itu apapun yang dikerjakan akan bernilai pahala bila diniatkan untuk mengharap ridha Allah swt,  maka rugi orang yang berdo'a untuk dunia saja tanpa mengharap pahala akhirat, karena kesenangan, kekayaan atau kedudukan didunia semua bersifat sementara dan akan ditinggalkan  sedangkan akhirat bersifat kekal dan abadi, 
 
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ
  
Artinya : "... maka diantara manusia ada yang berdo'a "ya tuhan kami berilah kami kebaikan didunia" dan tiadalah baginya bahagian yang menyenangkan di akhirat" (Qs. Al-Baqarah (2) : 200).
   
2. Berdo'a Memohon ampunan untuk orang  kafir
 
Orang yang meninggal dalam kekafiran  tidak percaya kepada Allah dan akhirat merupakan dosa besar yang tidak diampuni sehingga walaupun orang tua mendo'akannya, maka do'anya tidak akan diterima bahkan orang beriman dilarang memohonkan ampunan untuk mereka.Allah swt berfirman 

وَلا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ

Artinya : “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik”. (Qs. At-Taubah (9) : 84)

3. Berdo'a memohon keburukan untuk orang lain
 
Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam mengajarkan umatnya untuk berdo'a kebaikan baik untuk diri sendiri  maupun orang lain kecuali dalam posisi benar-benar dizolimi maka dibolehkan namun tetap tidak berlebih-lebihan. Allah berfirman 

لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

Artinya : “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs.An-nisa (4) : 148)

4. Berdo'a Memaksa agar permintaannya dikabulakan
 
Manusia punya banyak keinginan namun belum tentu kehendaknya tersebut baik baginya, sedangkan Allah mengetahui apa yang  terbaik dan yang dibutuhkan  bagi manusia untuk itu bersabar dan yakin adalah cara yang bijaksana dalam berdo'a 
    
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

Artinya : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs.Al-Baqarah(2) : 216)

5. Do’a minta diwafatkan ketika sakit perah

Bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam masuk menemui mereka sementara itu Abbas, paman Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam sedang mengeluh, diapun berharap segera mati kemudian Rasulullah shallallahu’alai wasallam berkata,

‘Wahai Pamanku! Janganlah engkau mengharap kematian. Karena sesungguhnya jika engkau adalah orang yang memiliki banyak kebaikan dan (waktu kematianmu) diakhirkan maka kebaikanmu akan bertambah dan itu lebih baik bagimu. Begitu juga sebaliknya, jika engkau orang yang banyak keburukannya dan (waktu kematianmu) diakhirkan maka engkau bisa bertaubat darinya maka ini juga baik bagimu. Maka janganlah sekali-kali engkau mengharapkan kematian’

Imam Bukhari, Muslim, dan Baihaqi dan selain mereka telah mengeluarkan hadits dari Anas secara marfu’ diantaranya berbunyi, “Jika seseorang terpaksa untuk melakuakannya maka hendaknya ia berkata,

اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِى، وَتَوَفَّنِى إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِى

Artinya : ‘Ya Allah, hidupkanlah aku (panjangkan usiaku), jika hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku’“. 
itulah 5 do'a yang dilarang dalam Qur'an dan hadist yang harus kita tinggalkan, semoga bermanfa'at.


Sunday 27 August 2017

Kisah Do'a tiga pengembara terjebak dalam go'a



Kisah Do'a tiga orang  pengembara yang terjebak dalam Go’a

Gambar : kisah do'a tiga orang pengembara terjebak dalam go'a
Dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallahu 'anhuma, katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tiga orang dari golongan orang-orang sebelummu sama berangkat berpergian, sehingga terpaksalah untuk menempati sebuah gua guna bermalam, kemudian merekapun memasukinya.

Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu atas mereka. Mereka berkata bahawasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau semua dari batu besar ini melainkan jikalau engkau semua berdoa kepada Allah Ta'ala dengan menyebutkan perbuatanmu yang baik-baik.

Seorang dari mereka itu berkata: "Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang sudah tua-tua serta lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari amat jauhlah saya mencari kayu - yang dimaksud daun-daunan untuk makanan ternak.

Saya belum lagi pulang pada kedua orang tua itu sampai mereka tertidur. Selanjutnya saya pun terus memerah minuman untuk keduanya itu dan keduanya saya temui telah tidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka ataupun memberikan minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya. 

Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu terus-menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun menyingsinglah, Anak-anak kecil sama menangis kerana kelaparan dan mereka ini ada di dekat kedua kaki saya. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya.

Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan keredhaanMu, maka lapanglah kesukaran yang sedang kita hadapi dari batu besar yang menutup ini." Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, tetapi mereka belum lagi dapat keluar dari gua.

Yang lain berkata: "Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai seorang anak bapa saudara yang wanita - jadi sepupu wanita - yang merupakan orang yang tercinta bagiku dari sekalian manusia - dalam sebuah riwayat disebutkan: Saya mencintainya sebagai kecintaan orang-orang lelaki yang amat sangat kepada wanita - kemudian saya menginginkan dirinya, tetapi ia menolak kehendakku itu,

sehingga pada suatu tahun ia memperolehi kesukaran. lapun mendatangi tempatku, lalu saya memberikan seratus dua puluh dinar padanya dengan syarat ia suka menyendiri antara tubuhnya dan antara tubuhku -maksudnya suka dikumpuli dalam seketiduran. Ia berjanji sedemikian itu. Setelah saya dapat menguasai dirinya - dalam sebuah riwayat lain disebutkan:

Setelah saya dapat duduk di antara kedua kakinya - sepupuku itu lalu berkata: "Takutlah engkau pada Allah dan jangan membuka cincin - maksudnya cincin di sini adalah kemaluan, maka maksudnya ialah jangan melenyapkan kegadisanku ini - melainkan dengan haknya - yakni dengan perkahwinan yang sah -, lalu saya pun meninggalkannya, sedangkan ia adalah yang amat tercinta bagiku dari seluruh manusia dan emas yang saya berikan itu saya biarkan dimilikinya.

Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian dengan niat untuk mengharapkan keredhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itu kemudian membuka lagi, hanya saja mereka masih juga belum dapat keluar dari dalamnya.

Orang yang ketiga lalu berkata: "Ya Allah, saya mengupah beberapa kaum buruh dan semuanya telah kuberikan upahnya masing-masing, kecuali seorang lelaki. Ia meninggalkan upahnya dan terus pergi. Upahnya itu saya perkembangkan sehingga bertambah banyaklah hartanya tadi. Sesudah beberapa waktu, pada suatu hari ia mendatangi saya, kemudian berkata: Hai hamba Allah, tunaikanlah sekarang upahku yang dulu itu.

Saya berkata: Semua yang engkau lihat ini adalah berasal dari hasil upahmu itu, baik yang berupa unta, lembu dan kambing dan juga hamba sahaya. Ia berkata: Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokkan aku. Saya menjawab: Saya tidak memperolok-olokkan engkau. Kemudian orang itu pun mengambil segala yang dimilikinya. Semua digiring dan tidak seekorpun yang ditinggalkan.

Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian ini dengan niat mengharapkan keredhaanMu, maka lapangkanlah kita dari kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itu lalu membuka lagi dan mereka pun keluar dari gua itu. (Muttafaq 'alaih)

Ada beberapa kandungan yang penting-penting dalam Hadis di atas, yaitu:
-  Kita disunnahkan berdoa kepada Allah di kala kita sedang dalam   keadaan   yang  sulit,   misalnya  mendapatkan   malapetaka, kekurangan rezeki dalam kehidupan, sedang sakit dan lain-lain.

- Kita disunnahkan bertawassul dengan amal perbuatan kita sendiri yang shalih, agar kesulitan itu segera lenyap dan diganti dengan kelapangan oleh Allah Ta'ala. Bertawassul artinya membuat perantaraan dengan amal shalih itu, agar permohonan kita dikabulkan olehNya. Bertawassul dengan cara seperti ini tidak ada seorang ulamapun yang tidak membolehkan. Jadi beliau-beliau itu sependapat tentang bolehnya.

Juga tidak diperselisihkan oleh para alim-ulama perihal bolehnya bertawassul dengan orang shalih yang masih hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh Sayidina Umar r.a. dengan bertawassul kepada Sayidina Abbas, agar hujan segera diturunkan.

Jadi bukan orang-orang shalih itu yang dimohoni, tetapi yang dimohoni tetap Allah Ta'ala, tetapi beliau-beliau dimohon untuk ikut membantu mendoakan saja. Kalau yang dimohoni itu orang-orang yang sudah mati, sekalipun bagaimana shalihnya, semua alim-ulama Islam sependapat bahawa perbuatan sedemikian itu haram hukumnya karena orang yang sudah meninggal justru mengharapakan doa dari keluarganya dan seluruh kaum muslimin agar amal solehnya dapat diterima dan dosanya mendapat ampunan Allah SWT baik disaat jiarah kubur maupun dalam kesempatan lainnya.

Bermohon kepada orang yang sudah mati  termasuk syirik atau menyekutukan sesuatu dengan Allah Ta'ala yang Maha Kuasa Mengabulkan segala permohonan dan merupakan tradisi jahiliyah dimana mereka membuat dan meletakan patung-patung orang soleh tersebut di dekat ka’bah seperti latta, uzza dan bermohon kepadanya .

Allah SWT berfirman dalam Qs.Az-zumar(39) ayat 3

أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

Artinya : Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.    (Qs.Az-zumar(39) : 3)

Wallahu A'lam bisshowab (Allah lebih mengetahui hakikat yang sebenarnya)