Iklan

Monday 13 July 2020

Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)


Mujahadah An-Nafs

Tujuan Pembelajaran :

1.     Peserta didik mampu memahami Makna  Pengendalian  Diri (mujahadah an-nafs),  Prasangka  Baik (Husnuzzan)  dan  Persaudaraan (Ukhuwah) 

2.     Peserta didik mampu membaca, mengartikan dan Memahami Ayat-Ayat  al-Qur’an tentang  Pengendalian  Diri (mujahadah an-nafs),  Prasangka  Baik (Husnuzzan)  dan  Persaudaraan (Ukhuwah) 

3.     Peserta didik mampu Memahami Hadis-hadis tentang Pengendalian  Diri (mujahadah an-nafs),  Prasangka  Baik (Husnuzzan)  dan  Persaudaraan (Ukhuwah)

4.     Peserta didik mampu menjelaskan  hikmah dan pentingnya Pengendalian  Diri (mujahadah an-nafs),  Prasangka  Baik (Husnuzzan)  dan  Persaudaraan (Ukhuwah) 

5.     Peserta didik mampu menunjukan  Prilaku Pengendalian  Diri (mujahadah an-nafs),  Prasangka  Baik (Husnuzzan)  dan  Persaudaraan (Ukhuwah).

1.  Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)

Pengertian Mujahadah an-nafs 

Secara bahasa mujahadah berasal dari bahasa Arab  yaitu Jahada artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu yang disenangi karena dapat berakibat buruk dan bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT.

 

Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujahadah an-Nafs) adalah menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan baik diri sendiri maupun juga orang lain, seperti sifat malas,boros, dengki, serakah atau tamak dll. Dalam literatur Islam, pengendalian diri juga dikenal dengan istilah as-saum  berarti puasa atau menahan.

Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: Wahai golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia nikah, yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa, karena (puasa) itu menahan nafsu baginya.(H.R. Bukhari)

Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. Dapatkah kamu memberikan contoh perilaku yang menunjukkan sikap pengendalian diri? Diskusikan dengan teman-temanmu.

 

Macam-macam Nafsu

Berdasarkan firman Allah di dalam  Al-Qur’an secara umum nafsu manusia terbagi menjadi tiga, yaitu :

 

1) Nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang selalu mendorong manusia kepada perbutan buruk atau kejahatan (QS Yusuf [12] ayat 53)

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : “dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan , kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (Q.S Yusuf [12] : 53)

 

2) Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk yang dikerjakannya (QS Al-Qiyamah [75] ayat 2)

وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Artinya : “dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)“ (Q.S Al-Qiyamah [75] : 2) 

 

3) Nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang karena senantiasa ingat dan taat serta ikhlas menjadi hamba Allah swt (QS Al-Fajr [89] ayat 27)

  يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

Artinya : “Hai jiwa yang tenang “ (Q.S Al-Fajr [89] : 27) 

 

B.  Dalil ayat Al-qur’an   tentang   Pengendalian   Diri

Q.S Al-Anfal (8): 72

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya : “Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ (QS Al-Anfal : 72)

 

 

 

 

Hukum Tajwid

Lafal

Hukum Tajwid

Lafal

Hukum Tajwid

وَهَاجَرُوا

Mad Thabi’i

أَوْلِيَاءُ

Mad Jaiz Munfasil

قَوْمٍ بَيْنَكُمْ

Iqlab

أَنْفُسِهِمْ

Ikhfa’

 

Arti Perkata

Lafal

Arti

Lafal

Hukum Tajwid

إِنَّ

Sesungguuhnya

مَا لَكُمْ

Tidak ada bagi kalian (kewajiban)

الَّذِينَ آمَنُوا

orang-orang yang beriman

مِنْ وَلايَتِهِمْ

Dari menolong mereka  

وَهَاجَرُوا

dan mereka yang berhijrah

مِنْ شَيْءٍ

dari sesuatu / sedikitpun

وَجَاهَدُوا

dan mereka yang berhijrah

حَتَّى يُهَاجِرُوا

Sampai mereka hijrah

بِأَمْوَالِهِمْ

dengan harta mereka

وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ

jika mereka meminta pertolongan kalian

وَأَنْفُسِهِمْ

dan jiwa mereka

فِي الدِّينِ

Dalam agama

فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Pada jalan Allah  

فَعَلَيْكُمُ

Maka wajib atas kalian

آوَوْا

memberikan perlindungan  

النَّصْرُ

Memberi pertolongan

وَنَصَرُوا

dan mereka menolong

إِلا عَلَى قَوْمٍ

kecuali terhadap kaum

أُولَئِكَ

mereka itulah  

بَيْنَكُمْ

Antara kalian

بَعْضُهُمْ

Sebagian  mereka

وَبَيْنَهُمْ

Antara mereka  

أَوْلِيَاءُ

Menjadi pelindung 

مِيثَاقٌ

Perjanjian

بَعْضٍ

Sebagian lain   

وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan Allah SWT atas apa yang kalian kerjakan

وَلَمْ يُهَاجِرُوا

Mereka yang belum /tidak hijrah

بَصِيرٌ

Maha melihat  

 

Kandungan Q.S Al-Anfal (8) ayat 72

 

·  Jalinan kasih sayang harus senantiasa saling lindung-melindungi antar kaum muslim dalam ketaatan 

·   Sesama orang beriman harus saling membantu, menolong dan memperkuat, dalam segala keadaan terutama saat menghadapi musibah dan kesulitan.

·   Perlu kesungguhan bagi setiap muslim untuk bersama-sama memikul beban berat perjuangan agar beban berat terasa lebih ringan dan mudah.

·  Keberhasilan dan kesusksesan sangat dipengaruhi komitmen yang tinggi, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan kebersamaan dalam mengatasi segala persoalan dan suka dan duka dalam kebersamaan.

·  Perlunya umat melakukan hijrah di saat menghadapi situasi dan kondisi yang serba tidak menentu yang dapat mengancam keselamat jiwa raga serta iman dan taqwa. 

 

Hadist Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)

 

Artinya : “ Rasulullah SAW bersabda : Bukanlah orang kuat itu yang (biasa menang) saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah “ (H.R Bukhari, Muslim, Ahmad) 

 

Makna dan kandungan hadits 

§ Pengertian kuat dalam islam bukan yang selalu menang dapat bertarung,    berkelahi atau bergulat

§ Pentingnya kontrol atau mawas diri ketika meniti kehidupan.

§ Kemenangan dan keberhasilan hanya dapat diraih oleh orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya saat marah, dan selalu meningkatkan kesabaran saat ditimpa musibah, masalah, dan duka nestapa dan ujian hidup lainnya.

 

Manfaat dan hikmah Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)

Dengan memiliki mujahadah an-nafs maka seseorang akan mendapatkan banyak manfaat dan hikmah seperti :

·       Menjadi pribadi yang taat dan patuh kepada Allah dan Rasulnya

·       Dapat bersikap hormat dan patuh kepada orang tua dan gurunya

·       Memiliki daya juang yang kuat dan kreatif dalam meraih cita-citanya

·       Tidak mudah menyerah dan putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup

·       Memiliki pandangan jernih jauh kedepan dan tidak berfikiran sempit

·       Dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan meninggalkan perbuatan sia-sia

 

Menerapkan Perilaku pengendalian diri (Mujahadah an-Nafs)

Beberapa contoh perilaku yang mencerminkan sikap pengendalian  diri baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat :

1.  Menunaikan shalat 5 waktu tepat pada waktunya dan berjama’ah  di Masjid bagi kaum laki-laki  

2.  Bersyukur kepada Allah SWT dan Berbuat baik kepada orang tua, baik yang masih hidup atau sudah meninggal

3.  Membersihkan hati dari rasa sombong, ria, dendam, dengki dan sifat tercela lainnya

4. Memelihara lisan dari perkataan yang sia-sia atau tidak bermanfaat seperti bohong, fitnah, menggunjing, berbantah-bantahan dll.

5.  Menjauhi dan membersihkan usaha serta makanan dari yang subuhat terlebih yang diharamkan Allah swt

6.  Senantiasa mohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.

7.  Bersabar dan Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat aniaya” kepada kita.

8.  Ikhlas  terhadap  segala  bentuk  cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus berupaya memperbaiki diri dan lingkungan.



Monday 14 January 2019

Asal Usul Bani Israil



Ini sebabnya umat ini dinamakan Bani Israil

Asal usul Bani  Israil (gbr rt.com )



Bani Israil  merupakan umat pilihan yang diberikan kelebihan pada masanya  oleh Allah SWT dari umat-umat lainnya,  karenanya tidak mengherankan, bila para Rasul utusan Allah SWT keturunan nabi Ishaq bin Ibrahim AS  sampai kepada nabi Isa AS. Semuanya dari kalangan mereka. Selain itu mereka juga dikarunia otak yang cerdas.

Sungguh karunia yang besar. Namun sayangnya, nikmat yang Allah anugerahkan kepada mereka, tidak mereka syukuri tetapi malah mereka ingkari.  Dalam _Kitab tafsir Al-Qur’an al Adzhim_ Karya **Ibnu Kasir**, dijelaskan bahwa sebagian nabi ada yang mereka bunuh dan lainnya mereka dustakan. Anugerah kecerdasan mereka gunakan untuk mendebat dan  melakukan tipu daya kepada Allah dan Rasulnya.  "_Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas_". (**Qs Al-Baqarah : 61**)


Nama **Bani Israil** berasal dari bahasa Arab,  yang terdiri dari dua kata yaitu Bani, yang berarti anak atau keturunan laki-laki, dan Israil yang artinya berjalan dimalam hari. Dengan demikian Bani Israil adalah anaK-anak laki-laki keturunan orang yang melakukan perjalanan dimalam hari, yang diabadikan  dalam  Alquran sebagai salah satu nama surat, yaitu surat ke 17 (**Al-Israa atau surat Bani Israil**). Siapa mereka sesungguhnya?, _Dilansir dari buku Sketsa Al-Qur'an_ karya **M.Ishom El Saha, M.A, dan Saiful Hadi, S.Ag**, di jelaskan bahwa,  **Nabi Ishaq AS bin Ibrahim AS** dengan isterinya yang bernama **Rifkah**, dikaruniai dua orang putra yang bernama **'Ish dan Ya'qub**. 'Ish sangat dekat dan disayang ayahnya, sedangkan Ya'kub sangat dekat dan disayang ibunya.

Dimasa tuanya Nabi Ishaq AS tidak dapat melihat. karena  itu 'Ish sebagai putra kesayangannya selalu melayani kebutuhan ayahnya. Suatu ketika 'Ish terlambat kembali kerumah, sementara waktu biasa makan nabi Ishaq telah tiba, karena itu Rifqah menyuruh Ya'qub untuk melayani ayahnya. Tanpa diminta setelah selesai menyajikan hidangan, nabi Ishaq mendo'akan Ya'qub dengan berkata "_Mudah-mudahan engkau menurunkan Nabi-nabi dan raja-raja_". Ternyata do'a tersebut diketahui oleh 'Ish, sehingga dia merasa iri hati kepada adiknya, dan membuatnya marah besar, karena Ya'qub telah lancang melayani ayahnya yang sudah merupakan pekerjaannya, sehingga mendapat do'a tersebut,


'Ish faham betul, bahwa doa ayahnya pasti dikabulkan Allah swt, karena beliau adalah seorang Nabi. Karena begitu besar rasa cemburu 'Ish kepada Yaqub, dia bertekad untuk membunuh Yaqub, agar tidak melahirkan anak-anak yang kelak akan menjadi Nabi atau Raja-raja. Melihat gejala yang kurang baik,  **Rifkah** menyuruh Yaqub untuk pergi ke tempat pamannya yang bernama **Laban bin Batwih** di **Faddan Aaram Iraq**. Maka pergilah Yaqub dimalam hari secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui 'Ish. Ternyata 'Ish tidak tinggal diam untuk mencari dan mengejar Yaqub. Sementara Yaqub sendiri untuk  menghindari kejaran kakaknya, dia  bersembunyi di siang hari dan melanjutkan  perjalanan dimalam hari, Itulah sebabnya dia dikenal dengan nama Israil yang artinya berjalan  dimalam hari.

Sampailah Yaqub di Faddan Aaram dengan selamat dan berjumpa dengan pamannya Laban bin Batwih. Kemudian oleh pamannya Yaqub di minta untuk menggembala ternyaknya selama 7 tahun sebagai mahar menikah dengan Layya putri laban yang pertama. setealah menikahi Layya,  Yaqub kembali menggembalakan ternak pamannya selama 7 tahun, untuk dinikahkan kepada Rahil adik Layya (pada saat itu tidak terlarang menikahi kakak beradik bersamaan). Dari kedua Isterinya tersebut Yaqub diberi hadiah masing-masing memberikan satu wanita  untuk dijadikan isterinya sehingga Isteri Yaqub menjadi empat orang. dan dari 4 orang isteri  tersebut dikaruniai 12 orang putra.

Keduabelas putra tersebut adalah 6 dari  hasil perkawinannya dengan Layya yaitu "Rawbin, Syam'un, Lawi, Yahuza, Yasakir, dan Zabulon". Sedangkan dari Rahi  ada 2 orang yaitu Yusuf dan Bunyamin. Sementara dari wanita hadiyah pemberian Layya dan Rahil masing-masing 2 orang yaitu Jad, Asyir, Dan, Naftali. Dari 12 putranya ini yang kelak akan menjadi 12 golongan besar dimasa Nabi Musa AS. Dan dari mereka pula akan lahir nabi-nabi dan raja-raja besar,  kecuali **nabi Yusuf AS** yang merupakan keturunan langsung dari Israil atau Yaqub, Sebagai jawaban atas do'anya nabi Ishaq  AS kepada Allah SWT, agar dari keturunan Yaqub melahirkan nabi-nabi dan raja-raja besar.

Maka lahirlah semua rasul  dari keturunan nabi Yaqub AS mulai dari Yusuf, Ayub, Suaib, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sualaiman, Ilayas, Ilyasa, Yunus,  Zakaria, Yahya dan Isa As. Namun sayangnya, Bani israil mereka selalu berbuat durhaka. Dalam _Kitab Tafsir Al-Mishbah_ karya **M.Quraish Shihab**, dijelaskan bahwa,  Karena berbagai kedurhakaan, sebagian mereka dikecam dan dikutuk Allah menjadi kera yang hina agar menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya "_Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina". Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa_". (**Qs. Al-Baqarah : 65-66**).

Begitu banyak nikmat dan karunia yang Allah anugerahkan kepada mereka, terutama nikmat diutusnya Rasul-rasul dari kalangan mereka, tidak dapat mereka jaga dengan baik maka Allah SWT, mengutus rasul yang terakhir bukan dari kalangan mereka, keturunan nabi Yaqub bin Ishaq bin  Ibarahim AS, tetapi dari keturunan Nabi Ismail bin  Ibrahim AS yaitu Rasulullah Muhammad SAW.