Tiga sifat mental manusia dalam Ibadah kepada Allah swt
Tiga sifat mental manusia ber ibadah |
Ikhlas ibadah berarti memperhambakan diri kepada Allah SWT dengan
mentaati dan melaksanakan segala perintah-perintah dan anjuran-anjurannya,
serta menjauhi segala larangan-larangannya karena mengharap keridhoaan Allah
semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan dengan penuh
tanggung jawab disertai prasangka baik
Bahwa semua perintahnya dan larangannya
adalah kebaikan semata dengan dasar keyakinan bahwa tidak mungkin Allah
memerintahkan bila tidak ada kebaikannya dan tidak mungkin pula Allah SWT
melarang bila itu tidak mendangkan keburukan.
Jin dan manusia sudah
digariskan dalam Al-Qur’an untuk beribadah kepadanya sebagaiman Allah SWT jelaskan
dalam Qs. Adz-dzariyat(51) ayat 56
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Qs. Adz-dzariyat(51) ayat 56)
Dari ayat tersebut jelas
menunjukan bahwa baik jin maupun manusia diciptakan Allah hanya untuk ibadah
saja, karena itu dapat kita fahami bahwa ibadah bukan hanya sholat, puasa,
zakat, haji dan ibadah lain yang telah rutin dilakukan umat islam,
namun secara
umum dapat diartikan bahwa yang dimaksud ibadah disini adalah seluruh aspek
atau kegiatan hidup kita mulai dari bangun tidur, bekerja, menuntut ilmu sampai tidur lagi bahkan tidur itu sendiripun
dapat bernilai ibadah apabila dilakukan dengan ikhlas dan benar,
sehingga ada
suatu ungkapan: “tidurnya orang yang alim lebih baik dari ibadahnya orang yang
jahil”, hal ini disebabkan karena orang alim tidurnya untuk ibadah sedangkan
ibadahnya orang jahil karena taklid buta.
Menurut sebagian ulama ada tiga macam sikap mental yang
mendorong seseorang untuk beribadah kepada Allah yaitu mental budak, mental
pedagang dan mental pecinta.
1.
Mental sifat
budak
Mental budak berarti orang
yang beribadah kepada Allah SWT karena takut akan siksanya dan takut akan
nerakanya sebagai mana takutnya seorang
budak kepada majikannya bila tidak melaksanakan tugasnya dengan baik akan
mendapatkan hukuman atau siksaan, sikap mental semacam ini didalam beribadah
tentu bukan perkara yang dilarang Allah
SWT selama takut tersebut karena Allah SWT.
Firman Allah dalam Al-Qur’an
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya : “Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku(Allah SWT), jika kamu benar-benar
orang yang beriman.” (Qs.Ali
Imron(3): 175)
2.
Mental sifat
Pedagang
Sikap mental kedua adalah
mental pedagang yang mau beribadah kepada Allah bila mendapatkan untung berupa
pahala yang banyak dan surganya Allah sebagaimana keinginannya mendapat
untung ketika dia menjual barang dagangannya,
sikap mental seperti inipun tidak dilarang selama ibadahnya dimaksudkan untuk
mendapat keuntungan dari kemurahan atau pemberian Allah SWT semata karena Allah
juga yang telah menjanjikannya, firman Allah dalam Qs.Al-Ma’idah(5) : 9
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ
مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya : “Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa)
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
3.
Mental
Sifat pecinta
Dan sikap mental yang ketiga
yaitu sikap orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan dasar cinta, dia
tidak melihat hukuman atau siksa neraka dan tidak pula melihat hadiah pahala
syurga, semua dilakukan atas dasar kesadaran yang tinggi, rasa syukur yang
besar dan kerelaan yang tulus
karena
telah mengenal keagungan Allah dengan baik sehingga ingin selalu berbuat
yang terbaik agar selalu bisa dekat dan bertemu dengan Allah serta selalu ingat
kepada Allah, dan hatinya menjadi tentram bila mengingatnya sebagai pertanda
ada cinta dihatinya Qs. Ar-Ra’d(13) :28.
الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram.”
Sikap yang ketiga inilah sikap yang terbaik
dan kita hanya bisa belajar dari manusia terbaik yaitu Nabi Muhammad SAW dalam
suatu hadist yang diriwatkan dari Aisyah ra.
Baca : amalan yang bernilai pahala ibadah haji
Baca : amalan yang bernilai pahala ibadah haji
Dari Aisyah radhiallahu
'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu berdiri untuk bersembahyang malam,
sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya. Saya berkata kepadanya: "Mengapa
Tuan mengerjakan sedemikian ini, ya Rasulullah, padahal sudah diampunkan untuk
Tuan dosa-dosa Tuan yang dahulu dan yang kemudian?" beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Tidakkah saya ini seorang hamba yang banyak bersyukur."
(Muttafaq 'alaih)