![]()  | 
| Berfikir kritis | 
1. Berpikir Kritis dalam
Islam
A. Definisi Berfikir Kritis
Menurut Ennis yang dikutip oleh
Alec Fisher, Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif
yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dalam
penalaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis atau dengan kata lain kemampuan
berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.
Menurut Scriven & Paul, 1992. Berfikir Kritis adalah merupakan Proses intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan
Menurut Jensen (2011: 195) berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam mengejar pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia.
Menurut (Mertes,1991) Berfikir Kritis merupakan Sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan
Ciri-ciri Berpikir Kritis
2.    
Pandai
mendeteksi permasalahan;
3.    
Mampu
membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan;
4.    
Mampu
membedakan fakta dengan diksi atau pendapat;
5.    
Mampu
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi;
6.    
Dapat
membedakan argumentasi logis dan tidak logis;
7.    
Mampu
mengembangkan kriteria atau standar penilaian data;
8.    
Suka
mengumpulkan data untuk pembuktian faktual;
9.    
Dapat
membedakan diantara kritik membangun dan merusak;
10. Mampu mengidentifikasi pandangan
perspektif yang bersifat ganda yang berkaitan dengan data;
11. Mampu mengetes asumsi dengan
cerrmat;
12. Mampu mengkaji ide yang
bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan;
13. Mampu mengidentifikasi
atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud,
dan lain-lain;
14. Mampu mendaftar segala akibat
yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide, dan
situasi;
15. Mampu membuat hubungan yang
berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya;
16. Mampu menarik kesimpulan
generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari
lapangan;
17. Mampu menggambarkan konklusi
dengan cermat dari data yang tersedia;
18. Mampu membuat prediksi dari
informasi yang tersedia;
19. Dapat membedakan konklusi yang
salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya;
20. Mampu menarik kesimpulan dari
data yang telah ada dan terseleksi;
Tujuan
Berpikir Kritis
Tujuan berpikir kritis ialah
untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan
pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong seseorang memunculkan ide-ide atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. seseorang akan dilatih bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana pendapat yang relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang dapat membantu dalam membuat kesimpulan dengan mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.
B. Perintah Berpikir Kritis
Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis
adalah “sebuah proses
 yang sadar dan sengaja
 yang digunakan  untuk
menafsirkan dan mengevaluasi  informasi dan pengalaman
dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda  (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami
dari siksa api neraka” (Q.S.Ali 'Imran(3):190-191)
2.   Penerapan Tajwid:
| 
   No.  | 
  
   Lafaz  | 
  
   Hukum Bcaaan  | 
  
   Alasan  | 
 
| 
   1.  | 
  
   السَّمَاوَاتِ  | 
  
   Alif lam Syamsiyah  | 
  
   Alif Lam diikuti huruf Sin  | 
 
| 
   2.  | 
  
   وَالأرْضِ  | 
  
   Alif lam qamariyah  | 
  
   Alif Lam diikuti huruf Hamzah  | 
 
| 
   3.  | 
  
   قِيَامًا وَقُعُودًا  | 
  
   Idgam Bigunnah  | 
  
   Tanwin diikuti huruf Wawu  | 
 
| 
   4.  | 
  
   يَذْكُرُونَ  | 
  
   Mad Tabi’ii  | 
  
   Dammah diikuti huruf Wawu mati/sukun  | 
 
| 
   5.  | 
  
   مَا خَلَقْتَ  | 
  
   Qalqalah Sughra  | 
  
   Huruf Qaf sukun di tengah kata  | 
 
| 
   6.  | 
  
   عَذَابَ النَّارِ  | 
  
   Mad ‘Arid  Lissukµn  | 
  
   Mad Thabi’i diikuti uruf hidup dibaca waqaf  | 
 
3.   Kosa Kata Baru
| 
   Lafal  | 
  
   Arti  | 
  
   Lafal  | 
  
   Arti  | 
 
| 
   إِنَّ  | 
  
   Sesungguhnya  | 
  
   وَقُعُودًا  | 
  
   Dalam keadaan /sambil duduk  | 
 
| 
   فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ  | 
  
   Dalam penciptaan langit  | 
  
   وَعَلَى جُنُوبِهِمْ  | 
  
   Berbaring  | 
 
| 
   وَالأرْضِ  | 
  
   Dan bumi  | 
  
   وَيَتَفَكَّرُونَ  | 
  
   Memikirkan/ Merenungkan  | 
 
| 
   وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ  | 
  
   Dan pergantian/ pertukaran malam  | 
  
   خَلَقْتَ  | 
  
   Tidak Engkau ciptakan  | 
 
| 
   وَالنَّهَارِ  | 
  
   Dan siang  | 
  
   هَذَا  | 
  
   (semua) ini  | 
 
| 
   لآيَاتٍ  | 
  
   Benar-benar merupakan tanda (kebesaran Allah)  | 
  
   بَاطِلا  | 
  
   Sisa-sia/ tanpa makna  | 
 
| 
   لأولِي الألْبَابِ  | 
  
   Bagi orang-orang yang berakal sehat  | 
  
   سُبْحَانَكَ  | 
  
   Maha suci Engkau  | 
 
| 
   الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ  | 
  
   Orang-orang yang mengingat Allah  | 
  
   فَقِنَا  | 
  
   Maka jagalah kami  | 
 
| 
   قِيَامًا  | 
  
   Sambil berdiri  | 
  
   عَذَابَ النَّارِ  | 
  
   (dari) siksa neraka  | 
 
4.   Asbabun Nuzul
Maka Nabi berdoa,
 dan  turunlah  ayat ini (Q.S. Ali 'Imran(3):190-191), mengajak
mereka  memikirkan langit dan 
bumi tentang kejadiannya,
 hal-hal yang menakjubkan di
dalamnya, seperti  bintang-bintang, bulan,dan
 matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.
5.   Tafsir/Penjelasan Ayat
Diriwayatkan dari Aisyah
bahwa
 Rasulullah minta 
izin untuk  beribadah pada suatu malam, kemudian
bangunlah dan berwudu lalu salat. Saat salat beliau menangis karena merenungkan
ayat  yang dibacanya. Setelah salat
beliau duduk memuji
Allah dan kembali
menangis lagi hingga
air matanya membasahi tanah.
Setelah  Bilal
datang untuk
 azan subuh
dan melihat Nabi menangis
ia bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa  Anda menangis, padahal
Allah Swt. telah  mengampuni
dosa-dosa  Anda baik
yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab,
“Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah
Swt.?” dan  bagaimana aku
tidak menangis, pada
 malam ini Allah
 Swt.   telah   menurunkan
ayat kepadaku. Kemudian beliau berkata,
“alangkah ruginya
dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi
 tidak merenungi
kandungannya.”
Memikirkan terciptanya  siang
dan  malam 
serta  silih bergantinya secara
teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan
manusia. Semua itu menjadi  tanda
 kebesaran  Allah
Swt. bagi orang-orang yang berakal sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan  bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi
orang berakal.
Pada ayat 191  Allah Swt.  menjelaskan   ciri khas  orang
 yang  berakal, yaitu apabila 
memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat  dan terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam
 segala
 keadaan,
 baik waktu  berdiri, duduk, maupun
berbaring. Setiap waktunya  diisi
untuk  memikirkan keajaiban-keajaiban
yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.
Penciptaan langit dan bumi serta pergantian
siang dan malam benar-benar
merupakan masalah
yang sangat rumit dan kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia,
sejak awal lahirnya peradaban.
Banyak ayat yang menantang manusia untuk meneliti
alam raya ini, di antaranya adalah
Q.S. al-A’raf(7):54, yang menyebutkan bahwa  penciptaan langit itu (dalam enam masa).
Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian mereka Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’an dan sains Modern (tahun 2003), sebagai  berikut:kata
 ayyam  adalah  bentuk  jamak
dari kata 
yaum. 
Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan
 terangnya siang, ditafsirkan sebagai “masa”. Sedangkan  “ayyam” bisa diartikan “beberapa
hari”, bahkan dapat berarti “waktu yang lama”. Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Qur’an,Translation
and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan “age” atau “eon” (Inggris). Sementara Abdu Suud menafsirkan kata ayyam  dengan “peristiwa” atau “naubat”. Kemudian diterjemahkan juga menjadi  “tahap”, atau  periode
 atau  masa.  Sehingga  kata  sittati
 ayyam dalam ayat di atas berarti “enam masa”.
Secara ringkas, penjelasan  “enam masa” dari Dr. Marconi adalah
 sebagai berikut: Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman
 Besar (Big Bang) sampai terpisahnya
 Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal  (Superforce). Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun  belum jelas bentuknya,
 dan disebut
sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom  di Jagad
 Raya ini. Masa Keempat,
 elektron-elektron
 mulai
terbentuk. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang
 stabil,  memisahnya materi   dan   radiasi,  dan 
 jagad 
 raya terus
 mengembang. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.
Demikian juga dengan silih bergantinya siang  dan  malam,  merupakan
fenomena yang sangat kompleks. Fenomena  ini melibatkan  rotasi bumi, sambil mengelilingi  matahari  dengan
sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika,    bumi     berkitar   
 (precession) mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut   memberi    dampak    musim
yang  berbeda.  Selain itu,
 rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subhanallah. Semua saling terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit  dan  bumi  serta  silih bergantinya malam dan siang, tidak akan dapat
 dipahami  dan diungkap rahasianya kecuali
oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu’, dan cerdas. Mereka itulah para
“ulul albab” yang dimaksud dalam ayat di atas.
Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua
ciptaan Allah Swt. sehingga  kita sadar betapa Allah Swt. adalah  Tuhan  Pencipta  Yang   Maha Agung,
 Maha Pengasih lagi
 Penyayang,  dan  mengantarkan
 kita  menjadi  hamba-hamba yang bersyukur. Hamba  yang  bersyukur
 selalu  beribadah (ritual dan
 sosial)
dengan ikhlas. 
Laut Dua Warna
Demikian  pula ditegaskan dalam Q.S al-Furqan(25):53
 Allah berifrman : 
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا
عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا
مَحْجُورًا
Sejumlah ahli menemukan laut dua warna yang tak pernah  bercampur
yang terletak di selat Gibraltar
yang menghubungkan lautan Mediterania
dan samudera atlantik. Hebatnya lagi, kedua laut itu dibatasi oleh dinding
pemisah.  Bukan dalam bentuk
 dinding
 tebal, pembatasnya adalah  air laut itu sendiri. Dengan  adanya 
pemisah  ini setiap lautan 
memelihara karakteristiknya  sehingga  sesuai  dengan makhluk 
hidup  (ekosistem) yang tinggal di lingkungan itu. Namun mereka masih mempertanyakan, mengapa tidak bisa bercampur?
Pertanyaan
 itu baru terjawab  pada  tahun  1942M/1361H. melalui studi yang mendalam
 menyingkap adanya lapisan-lapisan air pembatas yang memisahkan  antara  lautan-lautan yang  berbeda-beda, dan  berfungsi
memelihara karakteristik khas setiap lautan dalam
hal kadar berat jenis, kadar garam, biota
laut, suhu, dan kemampuan melarutkan oksigen.
B.   Hakekat
Berpikir Kritis
Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi
bahwa   berpikir kristis adalah “berpikir secara beralasan  dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan
tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan
“membuat  ramalan”, yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti
memperkirakan  apa yang akan terjadi
besok berdasarkan  analisis terhadap
kondisi yang ada hari ini.
Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar
masa depan di dunia, tetapi lebih
jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi
adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap  perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di
akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah
motto yang harus menjadi acuan orang “cerdas”. 
Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut:
Artinya:
Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda:
“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu  mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya   setelah mati.
Sedangkan   orang  yang lemah ialah orang yang 
 selalu
mengikuti  hawa  nafsunya
 dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi
 dan beliau berkata: Hadis Hasan)
Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Oleh karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda. Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia adalah seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. at-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis hasan)
1. kemiskinan yang membuat kita lalai kepada Allah karena sibuk mencari penghidupan (harta).
2.   
kekayaan yang membuat sombong karena menganggap semua
kekayaan itu karena hebatnya.
3.   
sakit yang dapat
 membuat ketampanan dan  kecantikan
 kita pudar, atau bahkan cacat. 
4.   
masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya. 
5.   
kematian yang cepat karena usia/umur 
yang dimilikinya
tidak memberi  manfaat. 
6.   
datangnya dajjal yang 
dikatakan  sebagai makhluk terburuk  karena  menjadi 
fitnah bagi manusia. 
7.   
hari kiamat, bencana  terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.
1.
  Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.;
2. Dapat  mengoptimalkan pemanfaatan  alam  untuk  kepentingan 
umat manusia;
3. Dapat  mengambil
 inspirasi dari semua
 ciptaan
 Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEKS;
4.  Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian);
5. Mengantisipasi    terjadinya   bahaya, 
 dengan   memahami  gejala   dan fenomena alam;
6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta;
7.   Semakin bertambah
keyakinan tentang adanya hari pembalasan;
8.   Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;
9.   Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan
 di akhirat, dengan meningkatkan amal salih dan menekan
 /meninggalkan kemaksiatan.
Menerapkan
Perilaku Mulia
Berikut
ini adalah  sikap dan perilaku terpuji   yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir kritis berdasarkan
 ayat al-Qur'an dan hadis di atas ialah:
1.   Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat;
2. Senantiasa  bersyukur
 kepada
 Allah Swt. atas  anugerah alam semesta  bagi
manusia;
3. Melakukankajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur'an secara lebih mendalam
bersama para pakar di bidang
masing-masing;
4.  Menjadikan ayat-ayat al-Qur'ansebagai inpirasi dalam melakukan penelitian-
penelitian ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam;
5.  Menjadikan
 ayat-ayat   kauniyah  (alam  semesta)   sebagai 
 inspirasi
 dalam mengembangkan IPTEK;
6. Mengoptimalkan  pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan
umat manusia;
7. Membaca  dan  menganalisis
 gejala
 alam
 untuk  mengantisipasi  terjadinya bahaya;
8. Senantiasa
berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang
yang visioner;
9. Senantiasa  berupaya  meningkatkan amal  salih dan
 menjauhi
 kemaksiatan sebagai
tindak lanjut dari keyakinanannya  tentang adanya kehidupan  kedua di akhirat dan sebagai
 perwujudan dari rasa syukur kepada  Allah Swt. atas semua anugerah-Nya;
10.Terus memotivasi diri
dan berpikir kritis dalam merespons semua gejala dan fenomena alam yang terjadi.
Nyamuk yang diciptakan dengan sayap dan bisa terbang ternyata justru menjadi makanan cicak dan katak yang tidak dapat terbang. Apa makna dari penciptaan tersebut menurut pendapatmu?
Di samping makhluk-makhluk berbadan besar seperti gajah dan semisalnya, Allah juga menciptakan makhluk yang super kecil, bahkan yang tidak terlihat mata. Berangkat dari keyakinan bahwa semua makhluk yang diciptakan Allah pasti ada manfaatnya, telusuri di berbagai sumber untuk menemukan manfaat makhluk-makhluk mikro tersebut bagi kehidupan manusia!
Coba kalian diskusikan dengan kelompokmu atau teman-teman kalian untuk mencari jawaban ilmiahnya!
Klik " Demokrasi dalam islam "
