Iklan

Wednesday 23 November 2016

15 Golongan Orang yang beruntung dalam Al-Quran


Allah swt memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri dengan dibekali  panca indra dan akal fikiran, hati juga hawa nafsu yang mendorong manusia akan berbagai keinginan  agar manusia memilih, memutuskan  dan menentukan langkah hidupnya sendiri serta diberi petunjuk jalan hidup yang benar agar selamat dan bahagia yaitu Al-Qur’an juga diutus seorang Rasul yang memberi contoh bagai mana mempraktikan  Al-Qur’an dalam kehidupan sehar-hari.
 
Namun ternyata tidak semua orang mau dan mampu menerima dan melaksanakan petunjuk hidup tersebut bahkan boleh dibilang bahwa lebih banyak yang tidak mau menggunakan petunjuk tersebut dari pada orang  yang mengikutinya, dan mereka yang mengikuti itulah yang termasuk dari orang-orang yang beruntung bukan saja didunia tapi juga di akhirat kelak sebagai tempat kehidupan yang abadi, diantara orang yang beruntung tersebut adalah :      

1.      Orang yang bertaqwa Qs.Al-Baqarah(2) : 1-5

Alif Laam Miim.
الم
1
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
2
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
3
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
4
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
5

2.      Orang yang amar ma’ruf nahi munkar Qs.Ali-Imran ( 3) : 104

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
104

3.      Orang yang  jauh dari neraka masuk syurga  Qs.Ali-Imran (3) : 185
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
185

4.      Orang yang  berat timbangan kebaikannya  Qs.Al-A’rof (7) : 8
maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ
7

5.      Orang yang mengikuti Rasul Qs. Al-A’rof (7) : 157
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
157

6.      Orang yang berteguh hati dan banyak menyebut Allah Qs.Al-Anfal (8) : 45
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
45

7.      Orang yang berjihad dengan harta dan jiwa Qs. At-Taubah (9) : 88
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung.
لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
88

8.      Orang yang beriman Qs. Al-Mukminun (23) : 1- 11
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
1
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
2
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
3
dan orang-orang yang menunaikan zakat,
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
4
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
5
kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
6
Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
7
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
8
dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
9
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
10
(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
11

9.      Orang yang bertobat beriman dan beramal shaleh Qs. Al-Qoshos 28 : 67
Adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.
فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ
67

10.  Orang yang berderma  Qs.Ar-rum (30) : 38
Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.
فَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ ذَلِكَ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
38

11.  Orang yang termasuk golongan Allah Qs.Al-Mujadilah (58) : 22
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
22

12.   Orang yang mengingat Allah saat ibadah dan bekerja  Qs.62 Al-Jumuah (62)  : 10

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
10

13.  Orang yang dijauhkan dari kekikiran Qs. At-Thaghabun (64) : 16
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
16

14.  Orang yang membersihkan diri  Qs. Al-A’la (87) : 14
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
14

15.  Orang yang mensucikan jiwa Qs. Asy- Syams (91) : 9
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
9

Demikianlah 15 Golongan Orang yang beruntung dalam Al-Quran semoga bermanfaat


Tuesday 22 November 2016

Islam dibangun atas pondasi syahadat sampai atap haji



Islam dibangun atas pondasi syahadat sampai atap haji, Bila di ibaratkan sebuah bangunan maka agama islam mempunyai lima komponen utama yang lazim disebut dengan rukun islam yang terdiri dari :

Gamabar : Bangunan Masjidil Haram
Dua kalimat syahadat sebagai Pondasinya
Mendirikan shalat sebagai pilar atau tiangnya
Puasa diBulan Ramadhan sebagai perisai atau dindingnya
Menunaikan Zakat sebagai pintu jenda atau tempat sirkulasinya
Dan Haji bagi orang yang mampu adalah sebagai atapnya.

Itulah lima komponen utama bangunan islam  yang sempurna, pertanyaannya  bagaiamana dengan orang yang tidak mampu untuk berhaji karena faktor ekonomi atau fisik , apakah mereka tidak termasuk orang yang tidak sempurna islamnya? Mari kita lihat terlebih dahulu hadist tentang bangunan Islam ini sebelum kepada pembahasan lima perkara tersebut yang diriwatkan oleh Bukhori Muslim dari Ibnu Umar.

حديث ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: بُنِيَ الإِسْلامُ عَلى خَمْسٍ: شَهادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقامِ الصَّلاةِ وَإِيتاءَ الزَّكاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Artinya : Ibn Umar r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Islam didirikan di atas lima:  1.  Percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. 2.  Mendirikan shalat. 3.  Mengeluarkan zakat. 4.  Hajji ke baitullah jika kuat perjalanannya. 5.  Puasa bulan Ramadhan. (Bukhari, Muslim)
Dari hadist ini jelas sekali bahwa bangunan islam itu terdiri dari lima komponen utama yaitu :
1.      Membaca dan meyakini bahawa  tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat ini dekenal dengan sebutan dua kaliamt syahadat atau dua pernyataan kesyaksian diri akan keesaan Allah swt (syahadat Tauhid ) dan kesaksian bahawa Nabi Muhammad saw adalah sebagai utusannya yang terakhir dan tidak ada rasul setelahnya(shadat Rasul)
Hukum Membaca dua kalamat syahadat adalah wajib dan merupakan landasan utama keislaman seseorang dan sebagai pijakan diterimanya semua ibadah dan amal shaleh, karena itu sebanyak apapun ibadah atau perbuatan yang diniatkan untuk ibadah apabila tanpa dilandasi dengan pengikraran akan dua kalimat syahadat dalam penilaian Allah swt tidak ada pengaruhnya dan tidak akan menolongnya untuk mendapatkan kebahagiaan di syurga kelak.
Qs. At-Taubah (9) : 53-54
قُلْ أَنْفِقُوا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا لَنْ يُتَقَبَّلَ مِنْكُمْ إِنَّكُمْ كُنْتُمْ قَوْمًا فَاسِقِينَ
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
Artinya :
53. Katakanlah: "Nafkahkanlah hartamu baik dengan sukarela atau pun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik." 54. Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.”

Dan Hadis riwayat Musayyab bin Hazn ra., ia berkata:  Ketika Abu Thalib menjelang kematian, Rasulullah saw. datang menemuinya. Ternyata di sana sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah saw. berkata: Wahai pamanku, ucapkanlah: Laa ilaaha illallah, ucapan yang dapat kujadikan saksi terhadapmu di sisi Allah.

Tetapi Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata: Hai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib? Rasulullah saw. terus-menerus menawarkan kalimat tersebut dan mengulang-ulang ucapan itu kepada Abu Thalib, sampai ia mengatakan ucapan terakhir kepada mereka, bahwa ia tetap pada agama Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan: Laa ilaaha illallah.

Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sungguh, demi Allah, aku pasti akan memintakan ampunan buatmu, selama aku tidak dilarang melakukan hal itu untukmu. Kemudian Allah Taala menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat mereka, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahim.

Dan mengenai Abu Thalib, Allah Taala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Shahih Muslim No.35)

Demikian penting dua kalimat syahadat sebagai pondasi diterimanya iman dan islam serta amal sholeh seseorang sehingga dijelaskan dalam hadist tersebut seorang Abu Thalib yang begitu menyayangi dan disayangi nabi Muhammad saw pada saat diakhir hayatnya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat nabi pun tidak diperkenankan memberikan syafaat atau pertolongan kepadanya.

2.      Komponen kedua dalam bangunan islam adalah Mendirikan shalat yang merupakan sarana komunikasi seorang hamba dengan Rabnya minimal lima waktu sehari semalam, shalat juga bentuk ingatnya seorang hamba akan tuhannya (Dzikir) sehingga apabila seorang hamba selalu ingat kepada Allah swt kapan dan dimanpun maka akan menjadikan orang yang bersangkutan untuk selalu berhati-hati dalam berbicara, bersikap atau bertindak karena merasa selalu dalam pengawaaan Allah swt maka jadilah ia tercegah dari perbuatan keji dan Munkar Qs. AL-Ankabut (29) : 45
 اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Demikian pentingnya sholat dalam bangunan islam orang-yang sholatnya lalai tergolang sebagai pendusta agama dan orang yang malas dalam shalatnya termasuk orang munafiq.
Qs. Al-Maun (107) : 5
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
Qs. Al-Nisa (4) :142
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

3.      Komponen Bangunan Islam yang ke tiga adalah  Puasa dibulan Ramadan karena merupakan dinding yang akan melindungi dan menjaga penghuninya dari bagai gangguan yang datang dari luar seperti itulah puasa menjaga dan melindungi seorang shaimin dari prilaku tidak terpuji yang dapat merusak keimanannya kepada Allah swt  bahkan dari perkataannya pun harus terkendali sebagai mana hasist NAbi Muhammad saw
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائمٌ، مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Artinya :  Abuhurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Puasa itu bagaikan perisai (dinding), maka jangan berkata keji (rayuan) atau berlaku masa bodoh (menjerit-jerit) dsb. Dan jika ada orang mengajak berkelahi atau memaki hendaknya berkata: Aku puasa, aku puasa. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya bau mulut orang yang sedang puasa itu lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi (misik). Dia meninggalkan makan dan minumnya dan syahwatnya karena-Ku, puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi pahalanya, dan biasa tiap hasanat sepuluh kali lipat gandanya. (H.R. Bukhari, Muslim).

4.      Komponen Banguan Islam yang ke empat setelah pondasi dua kalimat shahadat yang kokoh dan tiang penyaga sholat didirikan dengan kuat dan dinding puasapun telah melindunginya maka komponen selanjutnya adalah tempat akses keluar masuk udara, orang, atau perabotan lainnya yang membuat rumah jadi sehat dan indah adalah zakat sebagi sarana bersih-bersih, keseimbangan serta  menyuburkan dan mengembangkan harta dengan baik. Allah saw berfirman Qs. Al-Baqarah (2) : 261
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Demikian besar pahala bagi orang yang mengeluarkan inafaq wajib (zakat ) dan infaq sunnah lainnya dijalan Allah swt bahakan nabi menjelaskan harta itu akan selalu bertambah dan bertambah, dan demikian pula sebaliknya bila dia mengingkari zakat ancamnya juga besar sebagaimana dalam hadist berikut ini
حديث أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه، قَالَ: انْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ أَوْ وَالَّذِي لاَ إِلهَ غَيْرُهُ أَوْ كَمَا حَلَفَ مَا مِنْ رَجُلٍ تَكُونُ لَهُ إِبِلٌ أَوْ بَقَرٌ أَوْ غَنَمٌ لاَ يُؤَدِّي حَقَّهَا إِلاَّ أُتِيَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْظَمَ مَا تَكُونُ وَأَسْمَنهُ، تَطَؤُهُ بِأَخْفَافِهَا، وَتَنْطَحُهُ بِقُرُونِهَا، كُلَّمَا جَازَتْ أُخْرَاهَا رُدَّتْ عَلَيْهِ أُولاَهَا، حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ

Abu Dzar r.a. berkata: Saya datang kepada Nabi saw. sedang Nabi saw. bersabda: Demi Allah yang jiwaku ada di tangan­nya, atau: Demi Aiiah yang tiada Tuhan kecuali Dia, tiada seorang yang memiliki onta, lembu atau kambing lalu tidak menunaikan kewajiban zakatnya melainkan didatangkan pada hari qiyamat sebes,. segemuk biasanya, ialu menginjak-injak pemiliknya dan menanduk dengan tanduknya, tiap sudah selesai yang terakhir diulang oleh yang pertama, sehingga selesai putusan orang-orang, ialu ditentukan ke sorga atau neraka. (H.r. Bukhari, Muslim).
5. dan sebagai penyempurna keislam seseorang adalah menunaikan ibadah haji kebaitullah bila memiliki kemampuan fisik dan ekonomi bila tidak dikerjakan hingga akhir hayatnya sementara ddi berikan kemampuan oleh Allah swt untuk menunaikannya maka boleh memilih baginya akan mati dalam keadaan yahudi atau Nasrani.
Nabi Muhammad saw bersabda : “Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan (biaya perjalanan) yang dapat menyampaikannya ke Baitillahil haram dan tidak menunaikan (ibadah) haji maka tidak mengapa baginya wafat sebagai orang Yahudi atau Nasrani. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Sedangkan Balasan haji mabrur adalah:
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Artinya : Abuhurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Dan umrah pertama hingga umrah kedua menjadi penebus dosa yang terjadi-di antara keduanya, sedang hajji yang mabrur itu tidak ada balasannya kecuali sorga. (Bukhari, Mushm). Umrah kedua menebus dosa yang terjadi sejak umrah pertama (sesudah umrah pertama).

Sedangkan bagi orang – orang yang tidak mampu melakukan ibadah haji maka tentu akan mengalami kesulitan untuk dapat menyempurnakan ibadah ini bagaimana solusinya mari kita simak hadist berikut Nabi saw bersabda : “Pokok segala urusan ialah Al Islam dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya (atapnya) adalah berjihad. (HR. Tirmidzi)
Dengan demikian bagi mereka yang tidak mampu untuk menunaikan ibadah haji yang dibutuhkan agar bangunan islamnya sempurna dan kokoh maka tidak lain adalah dengan berjihad yaitu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah swt dengan hati yang ikhlas dan cara yang benar. Wawlohu a’lam bi showab.

Friday 18 November 2016

Sunnah Buang Air dengan Posisi Duduk atau Jongkok



Sunnah Buang Air dengan Posisi Duduk atau Jongkok, Tidak mengherankan bila  ada banyak orang yang buang air kecil (bagi laki-laki)  dalam  posisi berdiri,  dipinggir  jalan atau digang-gang sempit, dirimbunnya pepohonan atau di jamban (toilet) lebih- lebih dimasa saat sekarang ini banyak disediakan toilet khusus agar orang  ketika buang air berdiri seperti di terminal, pasar-pasar, stasiun,  pusat perbelanjaan  dan  tempat- tempat umum lainnya karena adanya anggapan  bahwa buag air berdiri adalah praktis, mudah dan nikmat .

Benarkah anggapan ini, bahwa buang air kecil berdiri itu nikmat?, suatu ketika dalam hadist yang diriwayatkan Tirmidzi dan Ibnu Majah bahwa : “Umar bin Khotob buang air kecil berdiri kemudian nabi menegurnya agar ia duduk (jongkok) maka setelah itu umar tidak pernah lagi berdiri saat kencing.” Bila nabi melarang kencing berdiri dapat dipastikan bahwa perbuatan itu buruk dan mendatangkan penyakit karena tidak mungkin nabi melarang bila tidak ada keburukan disana. 

Rasa penasaran terhadap pelarangan nabi tersebut membuat banyak para ilmuwan meneliti dampak dari buang air kecil berdiri dan duduk, hingga akhirnya mereka sepakat dan berkesimpulan bahwa buang air berdiri itu tidak baik terhadap kesehatan dan buang air duduk (jongkok) itu bermanfaat dan sehat sehingga di Swedia sebagaimana dikutip dalam situs DokterSehat.com pemerintah dan didukung oleh partai Sosialis dan partai Feminis melarang  kaum prianya untuk buang air berdiri dan mereka  harus jongkok karena memandang buang air jongkok di toilet banyak manfaatnya dan higienis.

Berikut ini lima kenikmatan yang dapat diperoleh dari buang air dengan posisi duduk (jongkok):
1.      Pada saat kita buang air dalam posisi jongkok maka kandung kemih akan tertekan  sehingga urin yang  ada dalam kandung kemih tersebut akan terperas dengan demikian urin yang ada didalamnya akan terbuang seluruhnya tanpa sisa dan kandung kemih yang kosong ini akan dapat mencegah atau membantu resiko kanker prostat.
2.      Selain Kanker prostat buang air dalam posisi jongkok juga akan mencegah timbulnya penyakit batu ginjal dimana penyakit ini terjadi diantaranya disebabkan oleh pengendapan sisa urin yang terus menerus dalam waktu yang lama sehingga mengkristal, pengendapan ini terjadi akibat dari buang air dalam posisi  berdiri. 
 
3.      Biasanya seseorang yang buang air seni dalam posisi jongkok akan disertai dengan keluarnya gas dengan  demikian  berarti kita telah membuang hasil sisa metabolisme tubuh dengan baik berupa air dan gas yang keduanya akan menjadi sumber berbagai penyakit bila mengendap dalam tubuh dan ini tidak mungkin terjadi bila seseorang buang air dalam keadaan berdiri.

4.   Buang air jongkok membantu memperlancar dalam ibadah sholat karena terkadang setelah seseorang berwudhu dan berdiri untuk sholat tiba-tiba akan terasa ada yang keluar dari sisa urin yang menyebabkan sholatnya  tidak sah karena terkena najis dan wudhunya harus diulang kembali .

5.      Buang air seni dengan posisi jongkok adalah  mencontoh perbuatan nabi sehingga termasuk amal sholeh yang mendapatkan pahala dunia dan akhirat bila diniatkan untuk ibadah.  

Demikianlah lima point nikmatnya buang air dengan posisi duduk (jongkok) yang dapat di share semoga bermanfaat dan dapat diamalkan dengan tidak membuang air dengan posisi berdiri lagi.oke supaya nikmat tidak menjadi azab.