Iklan

Thursday 11 March 2021

Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis

 

Berfikir kritis

1. Berpikir Kritis dalam Islam

A. Definisi Berfikir Kritis

Menurut Ennis yang dikutip oleh Alec Fisher, Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dalam penalaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis atau dengan kata lain kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.

Menurut Scriven & Paul, 1992. Berfikir Kritis adalah merupakan Proses intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan

Menurut Jensen (2011: 195) berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam mengejar pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia.

Menurut (Mertes,1991) Berfikir Kritis merupakan Sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan

 Secara umum definisi berpikir kritis (critical thinking) adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Untuk memahami informasi secara mendalam dapat membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. Proses aktif menunjukkan keinginan atau motivasi untuk menemukan jawaban dan pencapaian pemahaman. Dengan berpikir kritis, maka pemikir kritis menelaah proses berpikir orang lain untuk mengetahui proses berpikir yang digunakan sudah benar (masuk akal atau tidak).

 

Ciri-ciri Berpikir Kritis

 1.     Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan;

2.     Pandai mendeteksi permasalahan;

3.     Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan;

4.     Mampu membedakan fakta dengan diksi atau pendapat;

5.     Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi;

6.     Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis;

7.     Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data;

8.     Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual;

9.     Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak;

10. Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang berkaitan dengan data;

11. Mampu mengetes asumsi dengan cerrmat;

12. Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan;

13. Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain;

14. Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide, dan situasi;

15. Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya;

16. Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan;

17. Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang tersedia;

18. Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia;

19. Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya;

20. Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi;

 

Tujuan Berpikir Kritis

Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong seseorang memunculkan ide-ide atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. seseorang akan dilatih bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana pendapat yang relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang dapat membantu dalam membuat kesimpulan dengan mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.

B. Perintah Berpikir Kritis

Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis adalah sebuah proses  yang sadar dan sengaja  yang digunakan  untuk menafsirkan dan mengevaluasi  informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.

 Berangkadari  definisi  di  atas,  sikap  dan  tindakan  yang  mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt. (informasi Ilahi) adalah berusaha memahaminya dari berbagai  sumber, menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif.

 1. Baca dengan Tartil Ayat al-Qur'an dan Terjemahnya  yang  Mengandung Perintah berfikir kritis Salah  satu  mukjizat  al-Qur'an adalah   banyaknya   ayat  yang memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi Ilahi tersebut.  Di antara ayat yang dimaksud  adalah  firman Allah Swt. dalam  Q.S. Ali 'Imran(3):190-191 berikut:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda  (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka” (Q.S.Ali 'Imran(3):190-191)

 

2.   Penerapan Tajwid:

 

No.

 

Lafaz

 

Hukum Bcaaan

 

Alasan

 

1.

 

السَّمَاوَاتِ

 

 

Alif lam Syamsiyah

 

Alif Lam diikuti huruf Sin

 

2.

 

وَالأرْضِ

 

 

Alif lam qamariyah

 

Alif Lam diikuti huruf

Hamzah

 

3.

 

قِيَامًا وَقُعُودًا

 

 

Idgam Bigunnah

 

Tanwin diikuti huruf Wawu

 

4.

يَذْكُرُونَ

 

 

 

Mad Tabi’ii

Dammah diikuti huruf

Wawu mati/sukun

 

5.

 

مَا خَلَقْتَ

 

Qalqalah Sughra

Huruf Qaf sukun di tengah kata

 

6.

عَذَابَ النَّارِ

 

 

Mad Arid  Lissukµn

Mad Thabii diikuti uruf hidup dibaca waqaf

 

3.   Kosa Kata Baru

 

 

Lafal

 

Arti

 

Lafal

 

Arti

إِنَّ

 

Sesungguhnya

وَقُعُودًا

 

Dalam keadaan /sambil duduk

 

فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ

 

 

Dalam penciptaan langit

 

وَعَلَى جُنُوبِهِمْ

 

 

Berbaring

 

وَالأرْضِ

 

 

Dan bumi

 

وَيَتَفَكَّرُونَ

 

Memikirkan/

Merenungkan

 

وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ

 

Dan pergantian/ pertukaran malam

 

خَلَقْتَ

 

Tidak Engkau ciptakan

وَالنَّهَارِ

 

Dan siang

هَذَا

 

(semua) ini

لآيَاتٍ

Benar-benar merupakan

tanda (kebesaran

Allah)

بَاطِلا

Sisa-sia/ tanpa makna

لأولِي الألْبَابِ

Bagi orang-orang yang berakal sehat

سُبْحَانَكَ

Maha suci

Engkau

 

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ

 

 

Orang-orang yang mengingat Allah

 

فَقِنَا

 

Maka jagalah kami

قِيَامًا

 

Sambil berdiri

عَذَابَ النَّارِ

 

(dari) siksa neraka

 

4.   Asbabun Nuzul

 At-Tabari dan  Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Ibnu Abas r.a.,bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya. Kemudian mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan, “Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta  sejak lahir dan  penyakit  sopak  serta  menghidupkan orang  yang sudah mati. Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami.

 

Maka Nabi berdoa,  dan  turunlah  ayat ini (Q.S. Ali 'Imran(3):190-191), mengajak mereka  memikirkan langit dan  bumi tentang kejadiannya,  hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti  bintang-bintang, bulan,dan  matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.

 

5.   Tafsir/Penjelasan Ayat

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa  Rasulullah minta  izin untuk  beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu lalu salat. Saat salat beliau menangis karena merenungkan ayat  yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk memuji Allah dan kembali menangis lagi hingga air matanya membasahi tanah. Setelah  Bilal datang untuk  azan subuh dan melihat Nabi menangis ia bertanya, Wahai Rasulullah, kenapa  Anda menangis, padahal Allah Swt. telah  mengampuni dosa-dosa  Anda baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Swt.?” dan  bagaimana aku tidak menangis, pada  malam ini Allah  Swt.   telah   menurunkan ayat kepadaku. Kemudian beliau berkata, alangkah ruginya dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi  tidak merenungi kandungannya.

 

Memikirkan terciptanya  siang dan  malam  serta  silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi  tanda  kebesaran  Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan  bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal.

 

Pada ayat 191  Allah Swt.  menjelaskan   ciri khas  orang  yang  berakal, yaitu apabila  memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat  dan terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam  segala  keadaan,  baik waktu  berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya  diisi untuk  memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.

 

Penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam benar-benar merupakan masalah yang sangat rumit dan kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia, sejak awal lahirnya peradaban. Banyak ayat yang menantang manusia untuk meneliti alam raya ini, di antaranya adalah Q.S. al-Araf(7):54, yang menyebutkan bahwa  penciptaan langit itu (dalam enam masa).

 

Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian mereka Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam semesta Diciptakan, Pendekatan al-Quran dan sains Modern (tahun 2003), sebagai  berikut:kata  ayyam  adalah  bentuk  jamak dari kata  yaum.

 

Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan  terangnya siang, ditafsirkan sebagai masa. Sedangkan  ayyambisa diartikan beberapa hari, bahkan dapat berarti waktu yang lama. Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Quran,Translation and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan age atau eon (Inggris). Sementara Abdu Suud menafsirkan kata ayyam  dengan peristiwa atau naubat. Kemudian diterjemahkan juga menjadi  tahap, atau  periode  atau  masa.  Sehingga  kata  sittati  ayyam dalam ayat di atas berarti enam masa.

 

Secara ringkas, penjelasan  enam masa dari Dr. Marconi adalah  sebagai berikut: Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman  Besar (Big Bang) sampai terpisahnya  Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal  (Superforce). Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun  belum jelas bentuknya,  dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom  di Jagad  Raya ini. Masa Keempat,  elektron-elektron  mulai terbentuk. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang  stabil,  memisahnya materi   dan   radiasi,  dan   jagad   raya terus  mengembang. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.

 

Demikian juga dengan silih bergantinya siang  dan  malam,  merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena  ini melibatkan  rotasi bumi, sambil mengelilingi  matahari  dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika,    bumi     berkitar     (precession) mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut   memberi    dampak    musim yang  berbeda.  Selain itu,  rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subhanallah. Semua saling terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit  dan  bumi  serta  silih bergantinya malam dan siang, tidak akan dapat  dipahami  dan diungkap rahasianya kecuali oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu, dan cerdas. Mereka itulah para ulul albab yang dimaksud dalam ayat di atas.

 

Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. sehingga  kita sadar betapa Allah Swt. adalah  Tuhan  Pencipta  Yang   Maha Agung,  Maha Pengasih lagi  Penyayang,  dan  mengantarkan  kita  menjadi  hamba-hamba yang bersyukur. Hamba  yang  bersyukur  selalu  beribadah (ritual dan  sosial) dengan ikhlas.

 

Laut Dua Warna

 Allah berfirman: Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya  ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka  nikmat  Allah  manakah   yang  kamu  dustakan.  Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Q.S ar-Rahman(55):19-22).

Demikian  pula ditegaskan dalam Q.S al-Furqan(25):53  Allah berifrman :

وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا

 artinya “Dan Dialah yang membiarkan  dua  laut yang  mengalir (berdampingan); yang  ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (Q.S al-Furqan(25):53)

Sejumlah ahli menemukan laut dua warna yang tak pernah  bercampur yang terletak di selat Gibraltar yang menghubungkan lautan Mediterania dan samudera atlantik. Hebatnya lagi, kedua laut itu dibatasi oleh dinding pemisah.  Bukan dalam bentuk  dinding  tebal, pembatasnya adalah  air laut itu sendiri. Dengan  adanya  pemisah  ini setiap lautan  memelihara karakteristiknya  sehingga  sesuai  dengan makhluk  hidup  (ekosistem) yang tinggal di lingkungan itu. Namun mereka masih mempertanyakan, mengapa tidak bisa bercampur?

Pertanyaan  itu baru terjawab  pada  tahun  1942M/1361H. melalui studi yang mendalam  menyingkap adanya lapisan-lapisan air pembatas yang memisahkan  antara  lautan-lautan yang  berbeda-beda, dan  berfungsi memelihara karakteristik khas setiap lautan dalam hal kadar berat jenis, kadar garam, biota laut, suhu, dan kemampuan melarutkan oksigen.

 Kemudian semakin banyak fakta-fakta yang menakjubkan terungkap, sehingga Professor Shroeder, ahli kelautan dari Jerman mengungkapkan kekagumannya akan  kebenaran al-Qur'an yang  telah  diturunkan  14 abad yang lalu telah berbicara mengenai hal tersebut. Subhanallah.

 

B.   Hakekat Berpikir Kritis

Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi bahwa   berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan  dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan membuat  ramalan, yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti memperkirakan  apa yang akan terjadi besok berdasarkan  analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.

 

Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap  perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di akhirat. Berpikir sebelum bertindak, itulah motto yang harus menjadi acuan orang cerdas.

 

Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut:

Artinya: Dari Abu Yala yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: Orang yang cerdas ialah orang yang mampu  mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya   setelah mati. Sedangkan   orang  yang lemah ialah orang yang   selalu mengikuti  hawa  nafsunya  dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong. (HR. At-Tirmizi  dan beliau berkata: Hadis Hasan)

 Dalam hadis ini Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga  kehidupan  abadi  yang  ada  di balik kehidupan  fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat  dipengaruhi oleh keimanan  seseorang  kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal  apa  pun.  

 Jika indikasi cerdas dalam  pandangan Rasulullah adalah jauhnya  orientasi  dan visi ke depan  (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya   terbatas pada  dunia, menjadi  pertanda tindakan bodohatau jahil (Arab, kebodohan=jahiliyah).  Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah bukan  karena  tidak bisa baca  tulis, tetapi  karena  kelakuannya  menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah berhala dan melakukan kejahatan-kejahatan. Orang bodoh tidak pernah takut melakukan korupsi, menipu, dan kezaliman lainnya, asalkan dapat selamat dari jerat hukum di pengadilan dunia.

 Jadi, kemaksiatan adalah tindakan bodoh karena hanya memperhitungkan pengadilan  dunia  yang mudah   direkayasa,  sedangkan  pengadilan  Allah di akhirat  yang  tidak  ada  tawar-menawar malah  diabaikan. Orang-orang tersebut dalam hadis di atas dikatakan  sebagai  orang lemah, karena tidak mampu melawan nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh  adalah orang-orang  lemah.

Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Oleh karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda. Rasulullah saw. bersabda:

Artinya: Dan dari Abu Hurairah ra. yang  berkata  bahwa  Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya  tujuh perkara yaitu: Apa yang  kalian tunggu  selain kemiskinan yang  melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia adalah seburuk  buruknya  makhluk  yang  dinantikan,  ataukah  kiamat,  padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. at-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis hasan)

 Dalam hadis  di atas  Rasulullah  saw.  mengingatkan kita supaya  bersegera dan tidak menunda-nunda untuk  beramal  salih. Rasulullah menyebut tujuh macam peristiwa yang buruk untuk menyadarkan  kita semua,

1.    kemiskinan yang membuat kita lalai kepada Allah karena  sibuk mencari penghidupan (harta).

2.    kekayaan yang membuat sombong karena menganggap semua kekayaan itu karena hebatnya.

3.    sakit yang dapat  membuat ketampanan dan  kecantikan  kita pudar, atau bahkan cacat.

4.    masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya.

5.    kematian yang cepat karena usia/umur  yang dimilikinya tidak memberi  manfaat.

6.    datangnya dajjal yang  dikatakan  sebagai makhluk terburuk  karena  menjadi  fitnah bagi manusia.

7.    hari kiamat, bencana  terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.

 Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian (akhirat), karena dunia tempat menanam dan akhirat memetik hasil (panen). Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok  tanam  di dunia  ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.

 C.   Manfaat Berpikir Kritis:

 Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya adalah:

1.   Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.;

2. Dapat  mengoptimalkan pemanfaatan  alam  untuk  kepentingan  umat manusia;

3. Dapat  mengambil  inspirasi dari semua  ciptaan  Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEKS;

4.  Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian);

5. Mengantisipasi    terjadinya   bahaya,   dengan   memahami  gejala   dan fenomena alam;

6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta;

7.   Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan;

8.   Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;

9.   Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan  di akhirat, dengan meningkatkan amal salih dan menekan  /meninggalkan kemaksiatan.

 

Menerapkan Perilaku Mulia

 

Berikut ini adalah  sikap dan perilaku terpuji   yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir kritis berdasarkan  ayat al-Qur'an dan hadis di atas ialah:

1.   Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat;

2. Senantiasa  bersyukur  kepada  Allah Swt. atas  anugerah alam semesta  bagi manusia;

3. Melakukankajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur'an secara lebih mendalam bersama para pakar di bidang masing-masing;

4.  Menjadikan ayat-ayat al-Qur'ansebagai inpirasi dalam melakukan penelitian- penelitian ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam;

5.  Menjadikan  ayat-ayat   kauniyah  (alam  semesta)   sebagai   inspirasi  dalam mengembangkan IPTEK;

6. Mengoptimalkan  pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia;

7. Membaca  dan  menganalisis  gejala  alam  untuk  mengantisipasi  terjadinya bahaya;

8. Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;

9. Senantiasa  berupaya  meningkatkan amal  salih dan  menjauhi  kemaksiatan sebagai tindak lanjut dari keyakinanannya  tentang adanya kehidupan  kedua di akhirat dan sebagai  perwujudan dari rasa syukur kepada  Allah Swt. atas semua anugerah-Nya;

10.Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespons semua gejala dan fenomena alam yang terjadi.

 Perhatikan realitas kehidupan  dan fenomena alam berikut!

Nyamuk  yang   diciptakan   dengan sayap   dan   bisa   terbang  ternyata justru  menjadi  makanan cicak dan katak yang tidak dapaterbang. Apa makna dari penciptaan tersebut menurut  pendapatmu?

Di samping makhluk-makhluk berbadan besar seperti gajah dan semisalnya, Allah juga  menciptakan makhluk yang super kecil, bahkan yang tidak terlihat mata. Berangkat dari  keyakinan  bahwa   semua makhluk yang diciptakan Allah pasti ada manfaatnya,  telusuri di berbagai sumber  untuk  menemukan manfaat makhluk-makhluk  mikro  tersebut bagi kehidupan  manusia!

Coba kalian diskusikan dengan kelompokmu  atau teman-teman kalian untuk mencari jawaban ilmiahnya!

Klik  " Demokrasi dalam islam

Wednesday 10 March 2021

Memahami Makna Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs), Prasangka Baik (Husnuzzan) dan Persaudaraan (Ukhuwah)

 Memahami  Makna  Pengendalian  Diri (Mujahadah an-Nafs),  Prasangka  Baik (Husnuzzan)  dan  Persaudaraan (Ukhuwah)

1.  Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)

Pengertian Mujahadah an-nafs 

Secara bahasa mujahadah berasal dari bahasa Arab  yaitu Jahada artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu yang disenangi karena dapat berakibat buruk dan bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT.

 

Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujahadah an-Nafs) adalah menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan baik diri sendiri maupun juga orang lain, seperti sifat malas,boros, dengki, serakah atau tamak dll. Dalam literatur Islam, pengendalian diri juga dikenal dengan istilah as-saum  berarti puasa atau menahan.

Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: Wahai golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia nikah, yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa, karena (puasa) itu menahan nafsu baginya.(H.R. Bukhari)

Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. Dapatkah kamu memberikan contoh perilaku yang menunjukkan sikap pengendalian diri? Diskusikan dengan teman-temanmu.

 

Macam-macam Nafsu

Berdasarkan firman Allah di dalam  Al-Qur’an secara umum nafsu manusia terbagi menjadi tiga, yaitu :

 

1) Nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang selalu mendorong manusia kepada perbutan buruk atau kejahatan (QS Yusuf [12] ayat 53)

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : “dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan , kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (Q.S Yusuf [12] : 53)

 

2) Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk yang dikerjakannya (QS Al-Qiyamah [75] ayat 2)

وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Artinya : “dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)“ (Q.S Al-Qiyamah [75] : 2) 

 

3) Nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang karena senantiasa ingat dan taat serta ikhlas menjadi hamba Allah swt (QS Al-Fajr [89] ayat 27)

  يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

Artinya : “Hai jiwa yang tenang “ (Q.S Al-Fajr [89] : 27) 

 

B.  Dalil ayat Al-qur’an   tentang   Pengendalian   Diri

Q.S Al-Anfal (8): 72

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya : “Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ (QS Al-Anfal : 72)

 Hukum Tajwid

Lafal

Hukum Tajwid

Lafal

Hukum Tajwid

وَهَاجَرُوا

Mad Thabi’i

أَوْلِيَاءُ

Mad Jaiz Munfasil

قَوْمٍ بَيْنَكُمْ

Iqlab

أَنْفُسِهِمْ

Ikhfa’

 

Arti Perkata

Lafal

Arti

Lafal

Hukum Tajwid

إِنَّ

Sesungguuhnya

مَا لَكُمْ

Tidak ada bagi kalian (kewajiban)

الَّذِينَ آمَنُوا

orang-orang yang beriman

مِنْ وَلايَتِهِمْ

Dari menolong mereka  

وَهَاجَرُوا

dan mereka yang berhijrah

مِنْ شَيْءٍ

dari sesuatu / sedikitpun

وَجَاهَدُوا

dan mereka yang berhijrah

حَتَّى يُهَاجِرُوا

Sampai mereka hijrah

بِأَمْوَالِهِمْ

dengan harta mereka

وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ

jika mereka meminta pertolongan kalian

وَأَنْفُسِهِمْ

dan jiwa mereka

فِي الدِّينِ

Dalam agama

فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Pada jalan Allah  

فَعَلَيْكُمُ

Maka wajib atas kalian

آوَوْا

memberikan perlindungan  

النَّصْرُ

Memberi pertolongan

وَنَصَرُوا

dan mereka menolong

إِلا عَلَى قَوْمٍ

kecuali terhadap kaum

أُولَئِكَ

mereka itulah  

بَيْنَكُمْ

Antara kalian

بَعْضُهُمْ

Sebagian  mereka

وَبَيْنَهُمْ

Antara mereka  

أَوْلِيَاءُ

Menjadi pelindung 

مِيثَاقٌ

Perjanjian

بَعْضٍ

Sebagian lain   

وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan Allah SWT atas apa yang kalian kerjakan

وَلَمْ يُهَاجِرُوا

Mereka yang belum /tidak hijrah

بَصِيرٌ

Maha melihat  

 

Kandungan Q.S Al-Anfal (8) ayat 72

 

·  Jalinan kasih sayang harus senantiasa saling lindung-melindungi antar kaum muslim dalam ketaatan 

·   Sesama orang beriman harus saling membantu, menolong dan memperkuat, dalam segala keadaan terutama saat menghadapi musibah dan kesulitan.

·   Perlu kesungguhan bagi setiap muslim untuk bersama-sama memikul beban berat perjuangan agar beban berat terasa lebih ringan dan mudah.

·  Keberhasilan dan kesusksesan sangat dipengaruhi komitmen yang tinggi, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan kebersamaan dalam mengatasi segala persoalan dan suka dan duka dalam kebersamaan.

·  Perlunya umat melakukan hijrah di saat menghadapi situasi dan kondisi yang serba tidak menentu yang dapat mengancam keselamat jiwa raga serta iman dan taqwa. 

 

Hadist Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)

Artinya : “ Rasulullah SAW bersabda : Bukanlah orang kuat itu yang (biasa menang) saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah “ (H.R Bukhari, Muslim, Ahmad) 

Makna dan kandungan hadits 

§ Pengertian kuat dalam islam bukan yang selalu menang dapat bertarung,    berkelahi atau bergulat

§ Pentingnya kontrol atau mawas diri ketika meniti kehidupan.

§ Kemenangan dan keberhasilan hanya dapat diraih oleh orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya saat marah, dan selalu meningkatkan kesabaran saat ditimpa musibah, masalah, dan duka nestapa dan ujian hidup lainnya.

 

Manfaat dan hikmah Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)

Dengan memiliki mujahadah an-nafs maka seseorang akan mendapatkan banyak manfaat dan hikmah seperti :

·       Menjadi pribadi yang taat dan patuh kepada Allah dan Rasulnya

·       Dapat bersikap hormat dan patuh kepada orang tua dan gurunya

·       Memiliki daya juang yang kuat dan kreatif dalam meraih cita-citanya

·       Tidak mudah menyerah dan putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup

·       Memiliki pandangan jernih jauh kedepan dan tidak berfikiran sempit

·       Dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan meninggalkan perbuatan sia-sia

Menerapkan Perilaku pengendalian diri (Mujahadah an-Nafs)

Beberapa contoh perilaku yang mencerminkan sikap pengendalian  diri baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat :

1.  Menunaikan shalat 5 waktu tepat pada waktunya dan berjama’ah  di Masjid bagi kaum laki-laki  

2.  Bersyukur kepada Allah SWT dan Berbuat baik kepada orang tua, baik yang masih hidup atau sudah meninggal

3.  Membersihkan hati dari rasa sombong, ria, dendam, dengki dan sifat tercela lainnya

4. Memelihara lisan dari perkataan yang sia-sia atau tidak bermanfaat seperti bohong, fitnah, menggunjing, berbantah-bantahan dll.

5.  Menjauhi dan membersihkan usaha serta makanan dari yang subuhat terlebih yang diharamkan Allah swt

6.  Senantiasa mohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.

7.  Bersabar dan Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat aniaya” kepada kita.

8.  Ikhlas  terhadap  segala  bentuk  cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus berupaya memperbaiki diri dan lingkungan