Surat Al-Ma’idah adalah surat
yang ke 5 dalam Al-Qur’an setelah surat An-Nisa dan termasuk suarat
Madaniyah atau suarat yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw
setelah Nabi dan para sahabat yang tergabung dalam Barisan Muhajirin Hijrar ke
kota Yatsrib yang kemudian dikenal dengan nama Madinatul Munawaroh atau kota
yang bercahaya karena dari Madinahlah ahirnya dapat berkembang dengan pesat
setelah sebelumnya lebih kurang 13 tahun nabi berdakwah diMekah kurang
mendapat sambutan dari penduduknya kecuali sebagian kecil saja.
Arti Al-Ma’idah
sendiri adalah Hidangan dimana nama surat ini diambil dari ayat 112 yang
didalamnya menjelaskan tentang pengikut nabi Isa as yang memohon agar nabi isa
berdo’a kepada Alla swt supaya
menurunkan hidangan buat mereka dari langit.
إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ
يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ
اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya
: (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putra Maryam,
bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa
menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang
beriman".
Dalam
kesempatan ini kita akan membahas tentang ayat 51 diamana ayat ini menjelang
pilkada ramai dibicarakan baiaklah kita
mulai saja dengan pemahaman tentang Al-Ma’idah ayat 51.
Sebagaimana
telah kita ketahui Al-Maidah berarti hidangan yang dimasa nabi Isa berarti
hidangan atau makanan jasmani dari langit maka untuk kita Al-Qur’an dan
ayat-ayatnya bermakna hidangan ruhani atau spiritual.
Lalu
apa makna angka ayat 51ini,
berdasarkan awal ayat panggilan yang tersebut dalam ayat itu adalah
orang yang beriman maka 51 dapat kita artikan dengan :
5 berarti 5
rukun islam
1 berarti rukun
Ihsan
Kemudian Jumlah
angka 5+1 = 6 berarti rukun Iman yang 6
Qs. Al-Maidah
ayat 51
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di
antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang dzolim.”
Tafsir ayat tersebut diatas dapat kita fahami beberapa
pokok kandungan penggalan kalimat sebagai berikut :
1.
Kalimat “Hai orang-orang yang beriman” mengindikasikan
bahwa ayat ini berupa seruan khusu kepada orang yang beriman kepada rukun iman
saja sedangkan manusia secara umum tidak dipanggil karena itu maka orang yang
masih ada iman didalam dadanya termasuk orang yang mendapat seruan ini.
2.
Kalimat “ janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain.” Adalah kalimat perintah larangan, yaitu perintah
untuk mnjauhi atau tidak melakukan perbuatan dalam hal ini adalah mengangkat
pemimpin atau wali dari kalangan orang Yahudi atau Nasrani.
3.
Mengapa orang beriman dilarang mengambil wali orang Yahudi atau
nasrani menjadi pemimpin orang beriman? Disana juga dijelaskan bahwa “sebahagian
mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain”. Artinya orang yahudi itu
pemimpin buat orang yahudi dan orang Nasrani pemimpin buat orang Nasrani ini
bermakna orang islam harus dapat bertoleransi dengan orang Yahudi dan Nasrani
bahwa mereka berhak juga memimpin umatnya sekaligus bagi orang yang beriman
bermakna konsisten dengan keimanannya untuk mengambil pemimpin dari orang yang
beriman juga.
4.
Kalimat “ Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” Artinya
Orang beriman bila ingin disebut orang yang benar-benar beriman tidak bermental
ganda disatu sisi mengaku beriman namun disisi lain enggan atau menolak
panggilan Allah untuk mentaati seruannya.
Qs.
Al-Baqoroh (2) : 120
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ
الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى
اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ
مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي
الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَتَتْبَعُنَّ
سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ
دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ
وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟ متفق عليه واللفظ للبخاري
Artinya : Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu
‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh-sungguh
kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga jika mereka masuk ke liang dhobb niscaya
kalian juga akan mengikutinya”. Kami bertanya, Wahai Rasulullah apakah yang
engkau maksudkan orang Yahudi dan Nasrani? Beliau bersabda, “Siapa lagi(kalau bukan
mereka)?”(Muttafaqun
'alaih, sesuai redaksi Bukhari)
5.
Dan akhirnya ayat ini ditutup dengan kalimat “sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.” Allah tidak
senang kepada orang yang mengaku beriman tapi tidak menyambut seruannya dengan
ikhlas.
Baca Juga : Panduan Hidup Ikhlas dari A-Z
Intinya Qs. Al-Ma’idah ayat 51 memerintahkan agar orang
beriman itu :
1.
Dapat
bertoleransi kepada perbedaan
2.
Komitmen
untuk berpegang teguh menta’ati seruan Allah swt
3.
Dan
konsekwensi atau tanggung jawab atas pilihan hidup
Demikian
semoga bermanfa’at Wawlohu a’lam bishowab, terimaksih
Wassalam,