Iklan

Tuesday, 21 February 2017

Hadits Arbain Ke-10 Makanan Haram Penyebab Do’a tertolak



Hadits Arbain Ke-10 Menjaga Makanan dari yang Haram Penyebab Do’a tertolak

Hadist Arbain ke 10, Menjaga makanan dari yang haram
Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, ia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Alloh itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rosul, Alloh berfirman, “Wahai para Rosul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal sholih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)

Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan salah satu ashlud din (pokok agama), di mana kebanyakan hukum syariat berporos pada hadits tersebut.

Alloh Itu Thoyyib Tidak Menerima Kecuali Yang Thoyyib
Thoyyib adalah suci, tidak ada kekurangan dan cela. Demikian juga Alloh, Dia itu thoyyib. Dia suci, tidak ada kekurangan dan cela pada diri-Nya. Dia sempurna dalam seluruh sisi.
Alloh tidak menerima sesuatu kecuali yang thoyyib. Thoyyib dalam aqidah, thoyyib dalam perkataan dan thoyyib dalam perbuatan. Tidak menerima artinya tidak ridho, atau tidak memberi pahala. Dan ketidakridhoan Alloh terhadap sebuah amal biasanya melazimkan tidak memberi pahala pada amalan tersebut.

Pengaruh Makanan Yang Thoyyib
Mengonsumsi sesuatu yang thoyyib merupakan karakteristik para rasul dan kaum mukminin. Makanan yang thoyyib sangat berpengaruh terhadap kebagusan ibadah, terkabulnya doa dan diterimanya amal.

Sebab-Sebab Terkabulnya Doa
Dalam haidst tersebut jelas rasul menggambarkan bagaimana seorang musyafir berdo’a “seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.”  Dari hadist ini dapat kita fahami bahwa adab berdo’a yang dapat dikabulkan diantaranya :

1.      Musafir
Yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan jauh dijalan Allah bukan untuk maksiat yang sangat mengharapkan pertolangan dan kemurahan Allah swt, juga?, tentu saja bila kita merasa hidup didunia ini adalah seperti orang yang sedang melakukan perjalanan menuju akhirat dan hanya mengharap keridhaan Allah swt saja.

2.      Berpenampilan hina.
Berpenampilan hina adalah salah satu tanda seorang hamba miskin dan membutuhkan pertolongan,  ini isyarat saja bukan segi penampilan yang hina tapi lebih utama adalah perasaan yang hina yang miskin yang betul-betul membutuhkan, dengan sifat tawadhu berrendah dihadapan Allah swt, sedangkan penampilan yang disukai Allah adalah yang bersih dan suci serta wangi rafih sebagaimana kita diperintahkan dalam sholat.  

3.      Mengangkat kedua tangan. 
      Mengangkat kedua tangan dalam berdo’a tidak ada larangan walau demikan kebiasaan nabi setiap selesai sholat fardu tidak mengangkat kedua tangannya, tetapi dibanyak hadist yang dinilai dhaif oleh ulama ahli hadist disebutkan bahwa Allah akan merasa malu bila ada orang yang berdo’a dengan mengangkat tangan tidak dikabulkannya sebelum diturunkan tangannya tersebut, Sifat mengangkat tangan dalam doa:
1.      Mengisyaratkan dengan telunjuk, yaitu bagi khatib tatkala berdoa di atas mimbar.
2.      Mengangkat tangan tinggi-tinggi, yaitu ketika doa istisqo’.
 
4.      Mengulang-ulang doa. A
Mengulang-ulang do’a dan yakin akan dikabulkan  merupakan sikap yang sabar dan berbaik sangka karena Allah tidak bosan mendengar permintaan dan rintihan dari hambannya dalam berdo’a kecuali hamabanya tersebut yang bosan meminta padahal setiap do’a mendapat pahala dan do’a yang diulang-ulang hanya akan menambah kebaikan  bagi pelakunya saja. 
  
5.      Menyebut Rububiyah Alloh.
Menyebut atau memanggil nama Allah pada saat berdo’a dengan menggunakan kata Ya Allah,  Ya Rabb,  Ya Rabbi atau ya Rabbanaa,  merupakan  bagian dari etika atau adab dari berdo’a,  yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an atau  Nabi saw dalam Hadist karena itu sebagai penguat dari tujuan kita meminta yaitu kepada Allah swt bukan  kepada yang lain, juga diperkenankan dengan menggunakan nama asmaul husna lainnya seperti Ya Rozak, ya fatah dll.     

6.      Mengonsumsi yang halal.
Apa yang kita makan, minum sebagiannya akan menjadi daging dan darah yang mengalir keseluruh tubuh sedangkan sisanya akan dikeluarkan atau di buang, karenannya wajar bila orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang-yang haram tidak dikabulkan do’anya oleh Allah swt karena Allah maha suci lagi bersih dan hanya akan menerima yang suci atau bersih saja, penting buat kita untuk menjaga kehalalan dari yang kita konsumsi atau kita gunakan agar setiap do’a kita dikabulkan.




Sumber:
Hadist web, www.islamhouse.com
 Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)

Sunday, 19 February 2017

Hadits Arbain Ke-9 Melaksanakan perintah



Hadits Arbain Ke-9 Melaksanakan perintah sesuai Kemampuan

Hadist Arbain ke 9 Melaksanakan perintah sesuai kemampuan
 Dari Abu Hurairoh ’Abdurrohman bin Shakhr rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: ” Apa saja yang aku larang bagi kamu hendaklah kamu jauhi, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu maka lakukanlah sesuai kemampuanmu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).” (HR. Bukhori dan Muslim)

Perintah dan Larangan
Pada dasarnya syariát Islam adalah berupa perintah. Oleh karena itu, larangan yang ada jumlahnya sedikit. Semua yang diperintahkan akan membawa kebaikan bagi pelakunya, meski tidak berniat karena Allah. Dan semua yang dilarang membawa kejelekan bagi pelakunya. Dengan demikian manusia butuh kepada sesuatu yang diperintahkan dan tidak butuh kepada sesuatu yang dilarang.
Perintah dan larangan Allah terbagi dua, yaitu wajib dan sunnah. Jika perintah dan larangan terkait dengan urusan ibadah maka perintah dan larangan tersebut hukumnya wajib, dan jika terkait dengan urusan dunia maka hukumnya sunnah, kecuali ada dalil yang memalingkan dari hukum asalnya.

Melaksanakan perintah terikat dengan kemampuan, karena jumlahnya sangat banyak. Sedangkan larangan jumlahnya sedikit dan tidak dibutuhkan, maka tidak terikat dengan kemampuan. Melaksanakan perintah lebih mulia dibanding meninggalkan larangan, demikian juga meninggalkan perintah lebih hina dibanding menerjang larangan.

Sebab Kehancuran Dan Kebinasaan
Sebab utama kehancuran umat adalah sekedar banyak bertanya dan menentang perintah nabinya. Sikap yang benar adalah bertanya untuk diamalkan dan tunduk pada perintah nabi. Maka orang yang sekedar banyak bertanya, bukti akan kelemahan agamanya dan tidak wara’-nya. Diantara dampak jelek banyak bertanya adalah timbulnya perpecahan.

Macam-macam alasan  orang bertanya :
Tidak semua orang bertanya karena tidak tahu dan ingin tahu yang  sebenarnya dari persoalan yang dihadapinya, sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa orang bertanya diantaranya :

1.      Bertanya untuk menguji,
Orang yang bertanya untuk menguji orang yang ditanya nya apakah mampuh menjawabab pertanyaannya dengan benar atau tidak sebagai mana pemahaman yang ada pada dirinya dalam suatu persoalan tertentu bila yang dimaksud adalah seorang guru yang melakukan evaluasi kepada siswannya tentu bukan karena kesombongan, namun bila sebaliknya seorang siswa atau jama’ah pengajian yang bertanya kepada gurunya untuk menguji gurunya tersebut maka hal ini menunjukan suatu sikap kesombongan yang harus dihindari

2.      Bertanya Karena ingin tahu
Bertanya karena ingin tahu adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap orang agar tidak tersesat atau terjerumus kedalam perkara yang membahayakan dan merugikan dirinya, bahkan Allah mengecam orang yang melakukan sesuatu hanya karena ikut-ikutan saja. Qs.Al-Isro (17) : 36
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

3.      Bertanya karena ingin lebih yakin
Ada juga orang yang sudah mengetahui suatu perkara namun ketika bertemu dengan orang yang dirasa lebih mengetahui dia bertanya karena dia merasa ragu dengan pengetahuannya tersebut, tentu saja sikap semacam ini akan lebih memantapkan langkahnya kedepan dan hal tersebut merupakan sikap yang baik.

4.      Bertanya karena ingin mencarai pembenaran   
Tipe orang ke empat ini adalah orang yang merasa ragu akan kebenaran perbutan atau tindakannya namun karena dorongan hawa nafsunya untuk melakukan perbuatan yang dianggapnya menguntungkan tersebut sangat besar dia berusaha mencari pembenaran dari perbuatannya itu akibatnya bila mendapat jawaban yang bersebrangan dengan kehendak hatinya, dia akan bertanya kepada lain orang yang dapat memuaskan dan mendukung perbuatan salahnya walaupun sebenarnya dalam hati kecilnya dia sendiri menyadari kekeliruannya itu.  





Thursday, 16 February 2017

Hadist Arbain Ke 8 pengingkar sholat dan Zakat



Hadist Arbain Ke 8 : Memerangi pengingkar sholat dan Zakat

Hadist Arbain ke 8 memerangi pengingkar shalat dan zakat
Dari Ibnu Umar rodhiyallohu’anhuma, sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh), menegakkan sholat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada Alloh subhanahu wata’ala.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Islam dan Perang
Hadist ini memerintahkan kepada Rasul untuk memeranggi orang yang mengingkari zakat dan sholat yang pada masa Abu Bakar  As-Syidiq telah dipraktikan dimana setelah wafanya Nabi saw kekhalifahan di pegang Abu Bakar dan sebagian umat islam enggan membayar zakat maka Abu Bakar memerintahkan untuk memerangi mereka kemudian kemudian Umar menegurnya “ Mengapa anda memerangi orang yang mengucapkan Laa illaaha illa Allah “ maka Abu Bakar menjawab “susungguhnya Zakat adalah haknya harta” maka akhirnya Umarpun ikut memerangi mereka.

Hadist ini bisa maklumi turun di Madinah setelah kaum Muslimin memiliki wilayah Negara sendiri dan senantiasa mendapat rong-rongan dari orang-orang kafir yang ingin memadamkan cahaya keimanan maka Allah memerintahkan untuk memerangi non muslim sampai mereka mau bersyahadatain dan iltizam terhadap syari’at Islam. Makna iltizam adalah meyakini bahwa dirinya terkena kewajiban syari’at yang berkaitan dengan hablum minannas (hubungan kemasyarakatan secara damai). Yang sesungguhnya telah termaktub di dalam makna syahadatain. Pelaksanaan perang tersebut setelah sebelumya disampaikan dakwah Islam.

Di samping muslim yang sudah iltizam terhadap syari’at, ada juga orang kafir yang tidak boleh diperangi. Muslim yang sudah iltizam namun tidak melaksanakan syari’at, sebagian ulama berpendapat mereka boleh diperangi, terutama jika sekelompok masyarakat muslim sepakat untuk tidak melaksanakan syiar Islam.

Macam-macam Orang Kafir
1.      Orang kafir terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:Kafir harbi, yaitu orang kafir yang memerangi orang islam dengan selalu berusaha menghalang-halangi orang beriaman mengamalkan syariatnya
2.      Kafir Dzimi, yaitu orang kafir yang tunduk pada penguasa islam dan membayar jizyah (upeti) serta dapat hidup rukun dan damai serta tidak mengganggu  maka orang islam wajib melindungi keberadaan mereka
3.      Kafir Muahad, yaitu orang kafir yang tinggal di Negara kafir, yang ada perjanjian damai dengan Negara islam.
4.      Kafir Musta’man, yaitu orang kafir yang masuk ke Negara islam,dan mendapatkan jaminan keamanan dari pemerintah.
Dari keempat macam orang kafir tersebut, hanya kafir harbi yang boleh diperangi.

Islam Dhohir
Hukum ke-Islam-an seorang dilihat dari penampakan lahirnya. Adapun hakikatnya Allah yang lebih tahu. Adakalanya seseorang dari sisi lahirnya adalah Islam namun batinnya kafir. Kekafiran yang ada pada orang muslim ada dua bentuk yaitu, kufur ridah dan kufur nifak. Kufur ridah terjadi pada orang muslim yang menampakkan kekafiran, sedangkan kufur nifak terjadi pada orang muslim yang menyembunyikan kekafiran.






Sumber:
Hadist web, www.islamhouse.com
 Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)