Iklan

Sunday 19 February 2017

Hadits Arbain Ke-9 Melaksanakan perintah



Hadits Arbain Ke-9 Melaksanakan perintah sesuai Kemampuan

Hadist Arbain ke 9 Melaksanakan perintah sesuai kemampuan
 Dari Abu Hurairoh ’Abdurrohman bin Shakhr rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: ” Apa saja yang aku larang bagi kamu hendaklah kamu jauhi, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu maka lakukanlah sesuai kemampuanmu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).” (HR. Bukhori dan Muslim)

Perintah dan Larangan
Pada dasarnya syariát Islam adalah berupa perintah. Oleh karena itu, larangan yang ada jumlahnya sedikit. Semua yang diperintahkan akan membawa kebaikan bagi pelakunya, meski tidak berniat karena Allah. Dan semua yang dilarang membawa kejelekan bagi pelakunya. Dengan demikian manusia butuh kepada sesuatu yang diperintahkan dan tidak butuh kepada sesuatu yang dilarang.
Perintah dan larangan Allah terbagi dua, yaitu wajib dan sunnah. Jika perintah dan larangan terkait dengan urusan ibadah maka perintah dan larangan tersebut hukumnya wajib, dan jika terkait dengan urusan dunia maka hukumnya sunnah, kecuali ada dalil yang memalingkan dari hukum asalnya.

Melaksanakan perintah terikat dengan kemampuan, karena jumlahnya sangat banyak. Sedangkan larangan jumlahnya sedikit dan tidak dibutuhkan, maka tidak terikat dengan kemampuan. Melaksanakan perintah lebih mulia dibanding meninggalkan larangan, demikian juga meninggalkan perintah lebih hina dibanding menerjang larangan.

Sebab Kehancuran Dan Kebinasaan
Sebab utama kehancuran umat adalah sekedar banyak bertanya dan menentang perintah nabinya. Sikap yang benar adalah bertanya untuk diamalkan dan tunduk pada perintah nabi. Maka orang yang sekedar banyak bertanya, bukti akan kelemahan agamanya dan tidak wara’-nya. Diantara dampak jelek banyak bertanya adalah timbulnya perpecahan.

Macam-macam alasan  orang bertanya :
Tidak semua orang bertanya karena tidak tahu dan ingin tahu yang  sebenarnya dari persoalan yang dihadapinya, sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa orang bertanya diantaranya :

1.      Bertanya untuk menguji,
Orang yang bertanya untuk menguji orang yang ditanya nya apakah mampuh menjawabab pertanyaannya dengan benar atau tidak sebagai mana pemahaman yang ada pada dirinya dalam suatu persoalan tertentu bila yang dimaksud adalah seorang guru yang melakukan evaluasi kepada siswannya tentu bukan karena kesombongan, namun bila sebaliknya seorang siswa atau jama’ah pengajian yang bertanya kepada gurunya untuk menguji gurunya tersebut maka hal ini menunjukan suatu sikap kesombongan yang harus dihindari

2.      Bertanya Karena ingin tahu
Bertanya karena ingin tahu adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap orang agar tidak tersesat atau terjerumus kedalam perkara yang membahayakan dan merugikan dirinya, bahkan Allah mengecam orang yang melakukan sesuatu hanya karena ikut-ikutan saja. Qs.Al-Isro (17) : 36
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

3.      Bertanya karena ingin lebih yakin
Ada juga orang yang sudah mengetahui suatu perkara namun ketika bertemu dengan orang yang dirasa lebih mengetahui dia bertanya karena dia merasa ragu dengan pengetahuannya tersebut, tentu saja sikap semacam ini akan lebih memantapkan langkahnya kedepan dan hal tersebut merupakan sikap yang baik.

4.      Bertanya karena ingin mencarai pembenaran   
Tipe orang ke empat ini adalah orang yang merasa ragu akan kebenaran perbutan atau tindakannya namun karena dorongan hawa nafsunya untuk melakukan perbuatan yang dianggapnya menguntungkan tersebut sangat besar dia berusaha mencari pembenaran dari perbuatannya itu akibatnya bila mendapat jawaban yang bersebrangan dengan kehendak hatinya, dia akan bertanya kepada lain orang yang dapat memuaskan dan mendukung perbuatan salahnya walaupun sebenarnya dalam hati kecilnya dia sendiri menyadari kekeliruannya itu.