Apakah jumlah Sholat Tarawih dan witir
11, 23, 35, 43 raka’at atau tidak
terbatas
Sholat tarawih+witir 11,23,35,43 rakaat |
Apakah sholat tarawih dan witir 11, 23, 35, 43 raka’at, Haruskah dikerjakan
berjamaah, kapan Waktu terbaik mengerjakannya,
bagaimana cara mengerjakannya dan apa sajakah Keutamaan
sholat tarawih itu?
Inilah
materi yang akan kita bahas dalam kesempatan ini mengenai sholat tarawih
11, 23, 40 rakaat atau bilangan lain serta tata cara dan hikmah atau
keutamaannya.
#A. Apakah sholat tarawih dan witir itu
Apakah sholat tarawih itu? Sholat tarawih
adalah sholat malam yang biasa dilakukan pada bulan ramadhan setelah sholat
isya sebelum datang waktu fajar karena mengharapkan pahala dan keridhaan Allah
swt
Sholat tarawih merupakan sholat yang
bilangan rakaatnya genap dan biasanya diakhiri dengan sholat witir sebagai penutup sholat yang bilangannya ganjil.
Sehingga
sebagian kaum muslimin memiliki anggapan bahwa sholat tarawih dan sholat
witir sebagai satu kesatuan karenanya
ketika ditanya tentang jumlah rakaat sholat tarawih, mereka menjawab
dengan 11 atau 23 rakaat.
#B. hukum sholat tarawih
Sebagaimana sholat malam diluar bulan
ramadhan sholat tarawih hukumnya sunah
Muakad atau sunah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan
Mengingat bulan ramadhan merupakan bulan
yang nilai kebaiakan diberikan pahala
yang berlipat ganda akan sangat rugi orang yang meninggalkan qiyamul lail atau
sholat tarawih ini.
Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu
'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat malam pada
bulan Ramadhan. Kemudian orang-orang menunggu beliau pada hari berikutnya namun
beliau tidak muncul.
Dan beliau bersabda: "Sesungguhnya aku khawatir
sholat witir ini diwajibkan atas kamu." (Hr. Ibnu Hibban).
Yang diamaksud sholat witir adalah sholat
tarawih dan witir karena bila dijumlahkan akan menghasilkan bilangan ganjil
atau witir
#C.
Boleh sholat tarawih dikerjakan berjamaah
وَعَنِ ابْنِ شِهَابٍ
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِىِّ
أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رضى الله عنه – لَيْلَةً
فِى رَمَضَانَ ، إِلَى الْمَسْجِدِ ، فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ
يُصَلِّى الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ ، وَيُصَلِّى الرَّجُلُ فَيُصَلِّى بِصَلاَتِهِ
الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّى أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ
وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ . ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ
، ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى ، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ
قَارِئِهِمْ ، قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ ، وَالَّتِى يَنَامُونَ
عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِى يَقُومُونَ . يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ ، وَكَانَ
النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
Artinya
: Dan dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah bin Az Zubair dari ‘Abdurrahman bin ‘Abdul Qariy
bahwa dia berkata, “Aku keluar bersama ‘Umar bin Al Khoththob radhiyallahu
‘anhu pada malam Ramadhan menuju masjid,
ternyata orang-orang shalat
berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada
seorang yang shalat diikuti oleh ma’mum yang jumlahnya kurang dari sepuluh
orang.
Maka ‘Umar berkata, “Aku berpikir bagaimana seandainya mereka
semuanya shalat berjama’ah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baik“. Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu
jama’ah yang dipimpin oleh Ubbay bin Ka’ab.
Kemudian aku keluar lagi bersamanya
pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jama’ah dengan
dipimpin seorang imam, lalu ‘Umar berkata, “Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini.
Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat
awal malam.”
Yang beliau maksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam,
sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam. (HR.
Bukhari no. 2010)
#D. Waktu mengerjakan
sholat tarawih
Sebagai mana tersebut dalam hadist bukhori
diatas bahwa “Orang yang tidur dulu dan
meninggalkan shalat pada permulaan malam (untuk melakukannya pada akhir malam)
adalah lebih utama daripada orang yang mendirikannya (pada awal malam).'
Sedangkan pada umumnya kita di Indonesia
melaksanakan sholat tarawih setelah selesai
sholat isya tanpa ada waktu jeda yang lama sedangkan waktu terbaik
adalah 1/3 malam yang akhir
#E. Berapa jumlah rakaat sholat tarawih dan
witir
Ada beberapa Alternatif jumlah bilangan
rakaat sholat tarawih dan witir
#1. 11 raka’at
Orang yang mengerjakan sholat 11 rekaat
terdiri atas 8 rakaat sholat tarawih dengan
witir tiga rakaat sebagaimana hadist dari Umul Muslimin Aisyah ra
'Aisyah
Radliyallaahu 'anha berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam tidak pernah menambah dalam sholat malam Ramadhan atau lainnya lebih
dari sebelas rakaat.
Beliau
sholat empat rakaat dan jangan tanyakan tentang baik dan panjangnya. Kemudian
beliau sholat empat rakaat dan jangan tanyakan tentang baik dan panjangnya.
Kemudian beliau sholat tiga rakaat.
'Aisyah
berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum sholat
witir? Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur
namun hatiku tidak." Muttafaq Alaihi.
#b. 23 Rakaat
Dasar pelaksanaan
sholat tarawih 23 rakaat adalah Dalam Musnad ‘Ali bin Al Ja’d terdapat riwayat sebagai
berikut.
حدثنا علي أنا بن أبي ذئب
عن يزيد بن خصيفة عن السائب بن يزيد قال : كانوا يقومون على عهد عمر في شهر رمضان
بعشرين ركعة وإن كانوا ليقرءون بالمئين من القرآن
Artinya
: Telah menceritakan kepada kami ‘Ali, bahwa Ibnu Abi Dzi’b dari Yazid bin
Khoshifah dari As Saib bin Yazid, ia berkata, “Mereka melaksanakan qiyam
lail di masa ‘Umar di bulan Ramadhan sebanyak 20 raka’at. Ketika itu
mereka membaca 200 ayat Al Qur’an.” (HR. ‘Ali bin Al Ja’d dalam musnadnya,
1/413)
Syaikh
Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih namun Sebagian ulama ada
yang menyatakan bahwa riwayat di atas terdapat ‘illah atau cacat yaitu karena terdapat
Yazid bin Khoshifah.
Dalam riwayat Ahmad, beliau menyatakan bahwa Yazid
itu munkarul hadits. Namun pernyataan ini tertolak dengan beberapa
alasan:
Perbuatan
sahabat di zaman ‘Umar bin Khottob
bervariasi, kadang mereka melaksanakan 11 raka’at, kadang pula –berdasarkan
riwayat yang shahih- melaksanakan 23 raka’at. Lalu bagaimana menyikapi riwayat
semacam ini?
Jawabnya, tidak ada masalah dalam menyikapi dua riwayat tersebut.
bahwa kadangkala mereka melaksanakan 11 raka’at, dan kadangkala
mereka melaksanakan 23 raka’at dilihat dari kondisi mereka masing-masing.
Al
Baihaqi dalam Sunan Al Kubro
mengatakan,
وَيُمْكِنُ الْجَمْعُ
بَيْنَ الرِّوَايَتَيْنِ ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا يَقُومُونَ بِإِحْدَى عَشْرَةَ ،
ثُمَّ كَانُوا يَقُومُونَ بِعِشْرِينَ وَيُوتِرُونَ بِثَلاَثٍ
“Dan mungkin saja kita
menggabungkan dua riwayat (yang membicarakan 11 raka’at dan 23 raka’at, -pen),
kita katakan bahwa dulu para sahabat terkadang melakukan shalat tarawih
sebanyak 11 raka’at. Di kesempatan lain, mereka lakukan 20 raka’at ditambah
witir 3 raka’at.”
Begitu pula Ibnu Hajar Al Asqolani
juga menjelaskan hal yang serupa. Beliau rahimahullah mengatakan,
وَالْجَمْعُ بَيْن هَذِهِ
الرِّوَايَات مُمْكِنٌ بِاخْتِلَافِ الْأَحْوَال ، وَيَحْتَمِل أَنَّ ذَلِكَ
الِاخْتِلَافَ بِحَسَبِ تَطْوِيلِ الْقِرَاءَة وَتَخْفِيفِهَا فَحَيْثُ يُطِيلُ
الْقِرَاءَة تَقِلُّ الرَّكَعَات وَبِالْعَكْسِ وَبِذَلِكَ جَزَمَ الدَّاوُدِيُّ
وَغَيْره
“Kompromi
antara riwayat (yang menyebutkan 11 dan 23 raka’at) amat memungkinkan dengan
kita katakan bahwa mereka melaksanakan shalat tarawih tersebut dilihat dari
kondisinya.
Kita bisa memahami bahwa perbedaan (jumlah raka’at tersebut)
dikarenakan kadangkala bacaan tiap raka’atnya panjang dan kadangkala pendek.
Ketika bacaan tersebut dipanjangkan, maka jumlah raka’atnya semakin sedikit.
Demikian sebaliknya. Inilah yang ditegaskan oleh Ad Dawudi dan ulama lainnya.
#C. 36, 40 rakaat
atau jumlah lainnya
Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin Umar tatkala ada
seorang datang kepada nabi alaihi shalatu wa salam bertanya kepada beliau
tentang shalat lail. Kata nabi shalallahu alaihi wa salam:
صَلاَةُ
اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
“Shalat malam itu
dua raka’at-dua raka’at, jika kamu takut masuk waktu shubuh maka witirlah satu
raka’at.” (HR. Muslim no.749)
Maka disini nabi alaihi shalatu wa salam
mengatakan bahwa shalat lail itu dua rakaat-dua rakaat. Beliau tidak mengatakan
jika sampai 11 rakaat maka berhenti kalian.
Nabi shalallahu alaihi wa salam
tidak membatasi sehingga apabila seorang mengerjakan lebih dari 11 rakaat, 20 rakaat atau 30 rakaat atau bahkan 40 rakaat silahkan untuk
menghidupkan malam-malam ramadhan tidak mengapa insya Allahu Ta’ala. Dan para
ulama membolehkan hal tersebut.
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
لَمْ يُوَقِّتْ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ عَدَدًا مُعَيَّنًا ؛ بَلْ
كَانَ هُوَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لَا يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ
وَلَا غَيْرِهِ عَلَى ثَلَاثَ عَشْرَةِ رَكْعَةً لَكِنْ كَانَ يُطِيلُ
الرَّكَعَاتِ فَلَمَّا جَمَعَهُمْ عُمَرُ عَلَى أبي بْنِ كَعْبٍ كَانَ يُصَلِّي
بِهِمْ عِشْرِينَ رَكْعَةً ثُمَّ يُوتِرُ بِثَلَاثِ وَكَانَ يُخِفُّ الْقِرَاءَةَ
بِقَدْرِ مَا زَادَ مِنْ الرَّكَعَاتِ لِأَنَّ ذَلِكَ أَخَفُّ عَلَى
الْمَأْمُومِينَ مِنْ تَطْوِيلِ الرَّكْعَةِ الْوَاحِدَةِ ثُمَّ كَانَ طَائِفَةٌ
مِنْ السَّلَفِ يَقُومُونَ بِأَرْبَعِينَ رَكْعَةً وَيُوتِرُونَ بِثَلَاثِ
وَآخَرُونَ قَامُوا بِسِتِّ وَثَلَاثِينَ وَأَوْتَرُوا بِثَلَاثِ وَهَذَا كُلُّهُ
سَائِغٌ فَكَيْفَمَا قَامَ فِي رَمَضَانَ مِنْ هَذِهِ الْوُجُوهِ فَقَدْ أَحْسَنَ
. وَالْأَفْضَلُ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ أَحْوَالِ الْمُصَلِّينَ فَإِنْ كَانَ
فِيهِمْ احْتِمَالٌ لِطُولِ الْقِيَامِ فَالْقِيَامُ بِعَشْرِ رَكَعَاتٍ وَثَلَاثٍ
بَعْدَهَا . كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي
لِنَفْسِهِ فِي رَمَضَانَ وَغَيْرِهِ هُوَ الْأَفْضَلُ وَإِنْ كَانُوا لَا
يَحْتَمِلُونَهُ فَالْقِيَامُ بِعِشْرِينَ هُوَ الْأَفْضَلُ وَهُوَ الَّذِي
يَعْمَلُ بِهِ أَكْثَرُ الْمُسْلِمِينَ فَإِنَّهُ وَسَطٌ بَيْنَ الْعَشْرِ
وَبَيْنَ الْأَرْبَعِينَ وَإِنْ قَامَ بِأَرْبَعِينَ وَغَيْرِهَا جَازَ ذَلِكَ
وَلَا يُكْرَهُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ . وَقَدْ نَصَّ عَلَى ذَلِكَ غَيْرُ وَاحِدٍ
مِنْ الْأَئِمَّةِ كَأَحْمَدَ وَغَيْرِهِ . وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ قِيَامَ رَمَضَانَ
فِيهِ عَدَدٌ مُوَقَّتٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يُزَادُ فِيهِ وَلَا يُنْقَصُ مِنْهُ فَقَدْ أَخْطَأَ
“Shalat
malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan bilangan tertentu. Yang dilakukan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah beliau tidak menambah di bulan Ramadhan atau bulan
lainnya lebih dari 13 raka’at.
Akan tetapi shalat tersebut dilakukan dengan
raka’at yang panjang. Tatkala ‘Umar mengumpulkan manusia dan Ubay bin Ka’ab
ditunjuk sebagai imam, dia melakukan shalat sebanyak 20 raka’at kemudian
melaksanakan witir sebanyak tiga raka’at.
Namun ketika itu bacaan setiap
raka’at lebih ringan dengan diganti raka’at yang ditambah. Karena melakukan
semacam ini lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu raka’at dengan
bacaan yang begitu panjang.
Sebagian
salaf pun ada yang melaksanakan shalat malam sampai 40 raka’at, lalu mereka
berwitir dengan 3 raka’at. Ada lagi ulama yang melaksanakan shalat malam dengan
36 raka’at dan berwitir dengan 3 raka’at.
Semua
jumlah raka’at di atas boleh dilakukan. Melaksanakan shalat malam di bulan
Ramadhan dengan berbagai macam cara tadi itu sangat bagus.
Dan memang lebih
utama adalah melaksanakan shalat malam sesuai dengan kondisi para jama’ah.
Kalau jama’ah kemungkinan senang dengan raka’at-raka’at yang panjang, maka
lebih bagus melakukan shalat malam dengan 10 raka’at ditambah dengan witir 3
raka’at,
sebagaimana hal ini dipraktekkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sendiri di bulan Ramdhan dan bulan lainnya. Dalam kondisi seperti itu,
demikianlah yang terbaik.
Namun
apabila para jama’ah tidak mampu melaksanakan raka’at-raka’at yang panjang,
maka melaksanakan shalat malam dengan 20 raka’at itulah yang lebih utama.
Seperti inilah yang banyak dipraktekkan oleh banyak ulama. Shalat malam dengan
20 raka’at adalah jalan pertengahan antara jumlah raka’at shalat malam yang
sepuluh dan yang empat puluh.
Kalaupun seseorang melaksanakan shalat malam
dengan 40 raka’at atau lebih, itu juga diperbolehkan dan tidak dikatakan makruh
sedikitpun. Bahkan para ulama juga telah menegaskan dibolehkannya hal ini
semisal Imam Ahmad dan ulama lainnya.
Oleh
karena itu, barangsiapa yang menyangka bahwa shalat malam di bulan Ramadhan
memiliki batasan bilangan tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sehingga tidak boleh lebih atau kurang dari 11 raka’at, maka sungguh dia telah
keliru.”
Cara mengerjakan sholat tarawih dan witir
Bagi
yang sholat tarawih 11 rokaat, Sholat
tarawih dan witir dapat dikerjakan dengan 4, 4, 3 atau 2x salam dengan 4 rakat dan sebagai penutup satu
salam untuk sholat tarawih dan 3 rakaat
satu salam sekaligus untuk sholat witirnya
Sholat tarawih dan witir dapat dikerjakan dengan
2,2,2,2, 3 atau 4x salam dengan 2 rakat dan sebagai penutup satu salam untuk sholat tarawih dan 3 rakaat satu salam
sekaligus untuk sholat witirnya
Dan bagi
yang 23 rokaat Sholat tarawih dan witir
dapat dikerjakan dengan 2,2,2,2,2,2,2,2,2,2,2, 3 atau 10x salam dengan 2 rakat dan sebagai penutup
satu salam untuk sholat tarawih dan 3
rakaat satu salam sekaligus untuk sholat witirnya
Bilangan
sholat witir
Dari Ali bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Sholat witirlah wahai ahli Qur'an, karena Allah sesungguhnya
witir (ganjil) dan dia mencintai yang ganjil (witir)." (H.r Imam Lima) dan
dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah
Dalam
suatu riwayat Bukhari-Muslim yang lain: Beliau sholat malam sepuluh rakaat,
sholat witir satu rakaat, dan sholat fajar dua rakaat. Jadi semuanya tiga belas
rakaat.
'Aisyah
Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam sholat malam tiga belas rakaat, lima rakaat di antaranya sholat
witir, beliau tidak pernah duduk kecuali pada rakaat terakhir.
dari
keterangan hadist diatas jelas bahwa sholat witir yang ganjil baik 1, atau 3
atau 5, maupun bilangan ganjil lainnya hanya ada satu salam
Witir sebagai sholat penutup dan hanya ada 1witir dalam semalam
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu
bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jadikanlah
sholat witir sebagai akhir sholatmu malam hari." Muttafaq Alaihi.
Tholq Ibnu Ali berkata: Aku pernah mendengar
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada dua
witir dalam satu malam." Riwayat Ahmad dan Imam tiga. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
Bila seseorang telah terbiasa sholat tarawih berjamaa 23 rakaat dan
dia sholat dimasjid yang 11 rakaat maka setelah selesai sholat tarawih 8 rokaat
hendaklah tidak melanjutkan mengikuti sholat witir tapi istirahat dan
dilanjutkan dirumah 12 rakaat sholat tarawih kemudian ditutup 3 rakaat sholat
witir
Bacaan sholat witir
Ubay Ibnu Ka'ab Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam biasanya sholat witir dengan membaca (Sabbihisma rabbikal
a'la dan (Qul yaa ayyuhal kaafiruun) dan (Qul huwallaahu Ahad)." Riwayat
Ahmad,
Abu Dawud dan Nasa'i. Nasa'i menambahkan: Beliau tidak salam kecuali
pada rakaat terakhir.
#F. Keutamaan sholat tarawih dan witir
Mendapat ampunan Allah swt
Dalam
Shahih Al Bukhari pada Bab “Keutamaan Qiyam Ramadhan” disebutkan beberapa
riwayat sebagai berikut.
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
– صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami
Malik dari Ibnu Syihab dari Humaid bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman kepada Allah dan
mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu“.(HR.
Bukhari no. 2009)
Baca : Amalan-amalan Bulan Ramadhan
Disaksikan para Malaikat
Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Barangsiapa khawatir tidak bangun pada bagian akhir malam,
hendaknya ia sholat witir pada awal malam
dan barangsiapa sangat ingin bangun
pada akhirnya hendaknya ia sholat witir pada akhir malam karena sholat pada akhir
malam itu disaksikan (oleh malaikat), dan hal itu lebih utama." Riwayat
Muslim.
Mendapat kedudukan yang terpuji
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ
يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Artinya : Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Qs. Al-A’rof (17: 79)
Demikian materi tentang Apakah sholat
tarawih dan witir 11, 23, 35, 43
raka’at, dengan mengetahui dalili-dalil diatas setiap kaum muslimin diberikan keleluasaan untuk memilih sesuai dengan kesanggupannya
dan tidak terjebak pada pertikaian sesama kita yang dapat memecah belah ukhuwah islamiyah, yang penting dalam ibadah ikhlas karena Allah swt dan benar sesuai tuntunan Rasulullah saw, semoga bermanfaat.